Jakarta: Calista, bayi berusia 15 bulan yang sempat dirawat sekitar dua pekan di RSUD Kabupaten Karawang, Jawa Barat, meninggal dunia. Bayi mungil itu mengalami benturan keras di kepala diduga akibat dianiaya oleh ibu kandungnya sendiri.
Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan Eni Gustina menyebut Calista hanyalah satu dari sekian banyak kasus kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh keluarga.
Ia menduga, kasus penganiayaan Calista oleh Sinta yang merupakan ibu kandungnya sendiri tak melulu karena faktor ekonomi. Ada banyak alasan mengapa seorang anak dijadikan pelampiasan kemarahan orang tua atau kerabat dekatnya.
"Kekerasan pada anak sebetulnya merupakan satu lingkaran. Dalam beberapa survei sepertiga anak-anak korban kekerasan akan melakukan hal yang di kemudian hari," ungkapnya, dalam Selamat Pagi Indonesia, Senin, 26 Maret 2018.
Eni mengatakan penganiayaan yang dilakukan Sinta terhadap Calista bukan tidak mungkin adalah implementasi perilaku kekerasan yang pernah dialami Sinta di masa lalu.
Sinta diketahui sudah pernah menikah dua kali dan memiliki anak dari pernikahan sebelumnya selain Calista. Eni menduga ketidakstabilan mental Sinta membuatnya secara otomatis menargetkan anak sebagai sasaran pelampiasan paling dekat.
"Seorang perempuan katakanlah ibu Calista dia tidak tahu melampiaskan ke siapa, ya sudah anaknya yang jadi korban," kata Eni.
Menurut Eni, mencegah kekerasan terhadap anak tidak bisa hanya dilakukan saat anak sudah dilahirkan. Tindakan pencegahan harus dilakukan sejak sejoli merencanakan pernikahan.
Perencanaan pernikahan bukan hanya persiapan untuk membentuk sebuah keluarga namun juga untuk menyiapkan diri secara fisik maupun mental.
Bicara fisik, menurut Eni, minimal usia pernikahan ideal adalah 20 tahun. Sayangnya satu dari enam pasangan di Indonesia menikah di bawah usia 18 tahun. Sementara dalam urusan mental, pasangan calon pengantin harus memahami bagaimana menerapkan pola asuh pada anak secara benar.
"Menikah bukan hanya berpikir dalam setahun punya anak, tapi bagaimana membentuk keluarga tangguh yang sudah siap bagaimana mengurus anak dengan pola asuh yang benar," jelas Eni.
Jakarta: Calista, bayi berusia 15 bulan yang sempat dirawat sekitar dua pekan di RSUD Kabupaten Karawang, Jawa Barat, meninggal dunia. Bayi mungil itu mengalami benturan keras di kepala diduga akibat dianiaya oleh ibu kandungnya sendiri.
Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan Eni Gustina menyebut Calista hanyalah satu dari sekian banyak kasus kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh keluarga.
Ia menduga, kasus penganiayaan Calista oleh Sinta yang merupakan ibu kandungnya sendiri tak melulu karena faktor ekonomi. Ada banyak alasan mengapa seorang anak dijadikan pelampiasan kemarahan orang tua atau kerabat dekatnya.
"Kekerasan pada anak sebetulnya merupakan satu lingkaran. Dalam beberapa survei sepertiga anak-anak korban kekerasan akan melakukan hal yang di kemudian hari," ungkapnya, dalam
Selamat Pagi Indonesia, Senin, 26 Maret 2018.
Eni mengatakan penganiayaan yang dilakukan Sinta terhadap Calista bukan tidak mungkin adalah implementasi perilaku kekerasan yang pernah dialami Sinta di masa lalu.
Sinta diketahui sudah pernah menikah dua kali dan memiliki anak dari pernikahan sebelumnya selain Calista. Eni menduga ketidakstabilan mental Sinta membuatnya secara otomatis menargetkan anak sebagai sasaran pelampiasan paling dekat.
"Seorang perempuan katakanlah ibu Calista dia tidak tahu melampiaskan ke siapa, ya sudah anaknya yang jadi korban," kata Eni.
Menurut Eni, mencegah kekerasan terhadap anak tidak bisa hanya dilakukan saat anak sudah dilahirkan. Tindakan pencegahan harus dilakukan sejak sejoli merencanakan pernikahan.
Perencanaan pernikahan bukan hanya persiapan untuk membentuk sebuah keluarga namun juga untuk menyiapkan diri secara fisik maupun mental.
Bicara fisik, menurut Eni, minimal usia pernikahan ideal adalah 20 tahun. Sayangnya satu dari enam pasangan di Indonesia menikah di bawah usia 18 tahun. Sementara dalam urusan mental, pasangan calon pengantin harus memahami bagaimana menerapkan pola asuh pada anak secara benar.
"Menikah bukan hanya berpikir dalam setahun punya anak, tapi bagaimana membentuk keluarga tangguh yang sudah siap bagaimana mengurus anak dengan pola asuh yang benar," jelas Eni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)