Rombongan Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP) mengunjungi Wihara Dharma Bakti, Petak Sembilan, Jakarta Barat, Jumat, 16 Februari 2018 - ANT/Aprillio Akbar.
Rombongan Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP) mengunjungi Wihara Dharma Bakti, Petak Sembilan, Jakarta Barat, Jumat, 16 Februari 2018 - ANT/Aprillio Akbar.

UKP PIP Ingatkan Persatuan dalam Keberagaman

Sunnaholomi Halakrispen • 16 Februari 2018 19:37
Jakarta: Sejumlah anggota Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP) mengunjungi Vihara Dharma Bhakti, Petak Sembilan, Jakarta Barat. Anggota sengaja datang untuk melihat perayaan Imlek di sana. 
 
Rombongan itu dipimpin Kepala UKP-PIP Yudi Latief. Bersama Yudi hadir pula anggota Dewan Pengarah UKP-PIP Try Sutrisno, dan Mahfud MD, Deputi Bidang Advokasi UKP-PIP Hariyono (kiri) dan Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi UKP-PIP Silverius Yoseph Soeharso. Serta rohaniawan Benny Susetyo. 
 
Yudi mengaku pihaknya bakal terus mengunjungi masyarakat yang tengah memperingati hari besarnya. "Kami punya komitmen mendatangi mereka yang merayakan peringatan hari besar. Maksudnya meneguhkan komitmen negara dalam hal terutama menjamin kemerdekaan tiap penduduk," kata Yudi di lokasi, Jumat, 16 Februari 2018. 

Kemerdekaan di sini, kata dia, maksudnya dalam memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut kepercayaannya. Hal ini kata dia sesuai dengan amanat konstitusi Pasal 29 dan Pasal 28 i. 
 
(Baca juga: Bamsoet: Imlek Makna Penting Menghargai Keberagaman)
 
Pasal-pasal tersebut mengingatkan masyarakat bahwa terdapat banyak pasal yang menjamin keberagamaan dan indentitas kultural pada seluruh masyarakat.
 
Selain itu, UKP PIP ingin menunujukkan bahwa imigrasi Tionghoa dalam masyarakat Indonesia sudah berlangsung lama. Keberadaan budaya Tionghoa juga menambah budaya yang ada di Indonesia. 
 
Yudi bilang Vihara Dharma Bakti tempat yang damai. Ia berharap nantinya "Orang-orang Tionghoa bisa duduk berdampingan dengan suku lain. Dari Bali, Sunda, sama sekali enggak ada masalah," imbuh dia. 
 
Dia melanjutkan masalah pada bangsa Indonesia bukanlah budaya atau status keagamaan seseorang, namun politisasi indentitas. Yudi menegaskan politisasi identitas menganggu kenyataan bahwa bangsa Indonesia dapat hidup dengan damai di tengah keragamaan. 
 
"Oleh karena itu di tahun-tahun politik ini pesannya adalah bagaimana kita jangan sampai melakukan politisasi indentitas yang kita damai, justru mengoyak kenyataan kedamaian Indonesia," ucap Yudi.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan