Pada dasarnya Silvi mempertanyakan alasan monopoli transportasi di Bandara Halim yang hanya menawarkan tiga opsi antara lain taksi Puskopau, Grab Puskopau, dan Gojek Puskopau.
Lebih lanjut ia juga mengeluhkan tarif yang mahal dibandingkan taksi lainnya seperti Blue Bird.
"Blue bird ngga ada. Semua yang ada Puskopau ini harganya mark-up. HLP - rumakh gw itu kisaran 60-80 an. Grab gw 118 (ribu). Udah gitu penumpang disuruh bayar lagi surcharge 15k," cuit akun @sylvkartika.
Hari ini gw turun Bandara Halim. Pilihan kendaraanya hanya
— Sil (@sylvkartika) December 26, 2022
1. Taxi PUSKOPAU
2. Grab Puskopau
3. Gojek Puskopau
Bluebird ga ada. Semua yg ada puskopau ini harganya mark-up. HLP - rumah gw itu kisaran 60an - 80an.
Grab gw 118. Udah gitu penumpang disuruh bayar lagi surcharge 15K pic.twitter.com/ZC4mVAeh7j
"I dont know artinya premanisme secara harfiah. Tapi ini masyarakat kaya dipaksa bayar dari segala sisi, bayar mark-up harga taksi, bayar surcharge lagi. Kita juga maskapai yang udah termasuk service bandara. Klo emang tujuannya untuk maintenance bandara, kenapa nggak dibebankan," lanjutnya.
Tak hanya itu, dalam cuitannya ia juga mempertanyakan legalitas penetapan harga ini dengan menandai sejumlah akun seperti Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Puskopau Halim, dan Dinas Perhubungan DKI Jakarta.
"Keluhan gue ini cuma keluhan warga yang mau pelayanan publik itu lebih baik, bukan berarti gue harus jalan keluar dulu. Kita punya KPPU yang mengatur tentang monopoli usaha, katanya negara hukum. So let's use that as the basis," bebernya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News