Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono. Dok. Tangkapan Layar
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono. Dok. Tangkapan Layar

Cakupan Bulan Imunisasi Anak Nasional di Jawa-Bali Mencapai 80%

Antara • 21 September 2022 07:34
Jakarta: Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono melaporkan capaian Program Bulan Imunisasi Nasional (BIAN) 2022 di Pulau Jawa-Bali telah mencapai 80 persen lebih kepesertaan. Data ini terhimpun hingga Agustus 2022.
 
"BIAN tahap 2 di Jawa Bali sudah mencapai 87,7 persen," kata dia dalam agenda Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IX yang diikuti dari YouTube di Jakarta, Selasa, 20 September 2022.
 
Dia mengatakan BIAN tahap 1 di luar Jawa-Bali telah mencapai 59,1 persen. Cakupannya ditargetkan mencapai lebih dari 60 persen di wilayah setempat pada bulan ini.

BIAN 2022 terbagi atas dua tahap pelaksanaan. Tahap 1 bergulir mulai Mei 2022 dan tahap 2 dimulai Agustus 2022 dengan sasaran imunisasi anak usia 12-59 bulan yang belum melengkapi imunisasi OPV, IPV, dan DPT HB Hib.
 
Wilayah sasarannya, seperti Aceh, Riau, Kepulauan Riau, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat untuk campak dan rubela pada usia sembilan bulan hingga di atas 15 tahun.
 
Bengkulu, Jambi, Sumatra Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua menyasar imunisasi campak dan rubela untuk usia sembilan bulan hingga di atas 12 tahun.
 
DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur menyasar imunisasi campak dan rubela untuk usia 9-59 bulan.
 
"Bali dan DI Yogyakarta tidak melaksanakan karena ternyata cukup mencapai target walau terkendala pandemi covid-19," kata dia.
 

Baca: Menkes: Imunisasi PCV Bisa Turunkan Kematian Bayi, Balita, dan Stunting


Kemenkes membagi kegiatan BIAN 2022 ke dalam empat kelompok. Yakni, imunisasi tambahan campak dan rubela, imunisasi kejar (OPV, IPV, dan DPT HB-Hib), pemberian satu dosis vaksin campak dan rubela tanpa memandang status imunisasi sebelumnya, serta pemberian satu atau lebih jenis imunisasi untuk melengkapi status imunisasi dasar maupun lanjutan.
 
"Kegiatan ini didasari atas rekomendasi ahli dari ITAGI, Komite Nasional Eliminasi Campak Rubela, serta Komite Ahli Difteri bahwa perlu dilaksanakan imunisasi tambahan campak dan rubela untuk mencapai eliminasi penyakit tersebut pada 2023," katanya.
 
Kemenkes mencatat ada sekitar lebih dari 1,7 juta bayi di Indonesia yang belum mendapatkan imunisasi dasar selama periode 2019-2021. Dari jumlah tersebut, lebih dari 600 ribu atau sekitar 37,5 persen bayi berasal dari wilayah Jawa dan Bali.
 
"Tantangan dari program BIAN adalah karena informasinya belum sepenuhnya diketahui sebagian besar masyarakat," kata dia.
 
Salah satu contohnya adalah kabar bohong tentang BIAN dianggap sebagai vaksin covid-19 masih beredar di masyarakat.
 
Selain itu, isu kehalalan vaksin di beberapa tempat masih menjadi kendala hingga ketakutan melakukan multiple penyuntikan vaksinasi masih menjadi permasalahan dalam BIAN tahun ini.
 
"Saat ini ada perbedaan data sasaran cakupan daerah dan perkotaan masih rendah, serta tidak ada dana alokasi khusus operasional di daerah," kata dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan