Keluarga korban pesawat AirAsia menangis saat mengetahui penemuan puing dan jenazah penumpang AirAsia QZ 8501, Seasa (30/12/2014)--AP/Trisnadi
Keluarga korban pesawat AirAsia menangis saat mengetahui penemuan puing dan jenazah penumpang AirAsia QZ 8501, Seasa (30/12/2014)--AP/Trisnadi

Psikolog menyebar di Crisis Center Bandara Juanda

31 Desember 2014 16:30
medcom.id, Sidoarjo: Himpunan Psikologi Indonesia mendirikan posko di crisis center Bandara Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, untuk melayani keluarga penumpang dan awak pesawat AirAsia QZ8501 yang membutuhkan layanan psikologis.
 
Humas Himpunan Psikologi Indonesia Margaretha menuturkan posko sudah berdiri sejak Minggu (28/12/2014) lalu. Himpsi mendirikan posko beberapa jam setelah terdengar kabar pesawat AirAsia QZ8501 yang membawa 155 penumpang dan tujuh kru pesawat hilang kontak.
 
"Kami memberikan pendampingan saat mereka (keluarga korban) menanti berita, lalu setelah mendapatkan berita tentang kecelakaan kami terus memberikan pendampingan. Selain pendampingan kami juga memberikan layanan penyetabilan emosi agar keluarga menjadi lebih tenang," kata Margaretha kepada Metro TV, Rabu (31/14/2014).

Para psikolog yang tersebar di crisis center mengamati tingkah laku keluarga korban. Jika sekiranya ada yang membutuhkan layanan psikologis, tim langsung mendekati untuk menawarkan bantuan.
 
"Jika diperbolehkan dan mereka meminta bantuan tentu saja kami memberikan bantuan dan mendampingi mereka untuk datang ke posko kami," ujarnya.
 
Di posko, mereka akan mendapatkan layanan psikologis, dari relaksasi hingga trauma healing. "Di sini ada berbagai ahli psikologi yang datang, baik dari Himpsi pusat yang sudah berkoordinasi dengan rumah sakit maupun dari kepolisian. Kami memberikan layanan untuk menyetabilkan mood," paparnya.
 
Margaretha memaparkan ada langkah-langkah tahapan untuk memulihkan kejiwaan seseorang yang terguncang akibat peristiwa menyedihkan. Langkah awal, kata dia, adalah menyetabilkan mood mereka yang merespons peristwa dengan kesedihan yang luar biasa.
 
"Di sini kami perlu menenangkannya," kata Margaretha. Sementara untuk orang-orang yang tampak terdiam, pasif atau merasa tak berdaya, psikolog akan berusaha untuk membuatnya sedikit memiliki semangat.
 
"Ketika mereka sudah stabil kita akan ajak mereka untuk masuk ke dalam langkah berikutnya, yaitu merekonstruksi harapan," ujar Margaretha. Yang perlu dipahami, lanjutnya, orang yang berduka mengalami perubahan besar dalam hidupnya. Mereka kehilangan orang yang disayangi dan sangat berpengaruh dalam hidup.
 
"Perubahan-perubahan ini memang bisa menjadi beban psikologi. Nah, pendampingan psikologis dapat membantu keluarga atau orang-orang yang ditinggalkan untuk bisa merekonstruksi harapan-harapan hidupnya," papar dia.
 
Setelah itu, tahap reintegrasi atau melanjutkan hidup. Syarat untuk masuk ke tahap ini seseorang harus bisa menerima kenyataan. "Jika masih belum bisa sulit untuk masuk ke tahap reintegrasi," ujarnya.
 
Margaretha mengatakan kesedihan karena peristiwa kecelakaan yang menghilangkan nyawa orang yang terkasih merupakan hal yang alamiah. Setiap orang harus memberikan mereka yang kehilangan untuk berduka secara alamiah.
 
"Tapi jika memang ada orang-orang yang secara khusus membutuhkan pendampingan psikologis lebih, misalkan jika mengalami trauma karena kedukaan yang berlanjut misalnya sebelumnya pernah ditinggal sekarang ditinggal lagi, kita siap memberikan pendampingan," pungkasnya.  
 

 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(KRI)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan