Dua orang peneliti BPPT memeriksa alat pendeteksi tsunami gempa laut Ocean Bottom Unity dan Buoy Tsunami yang diangkut dengan kapal Baruna Jaya
Dua orang peneliti BPPT memeriksa alat pendeteksi tsunami gempa laut Ocean Bottom Unity dan Buoy Tsunami yang diangkut dengan kapal Baruna Jaya

Perjuangan Kapal Canggih BPPT Mencari AirAsia QZ8501

Lukman Diah Sari • 02 Januari 2015 18:11
medcom.id, Teluk Kumai: Diberi amanah mencari badan AirAsia QZ8501 di dasar Selat Karimata, Kapal Baruna Jaya I membawa banyak peralatan canggih. Di antaranya radar sonar yang kerap Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pakai untuk pemetaan dasar laut.
 
Sehari sebelum malam tahun baru, Baruna Jaya I bertolak dari Pelabuhan Muara Baru, Pluit, Jakarta Utara. Kapal langsung menuju titik hilangnya pesawat di perairan antara Tanjung Pandan dengan Pontianak.
 
Perjalanan semula diperkirakan hanya 24 jam. Namun di tengah laut semua rencana ngebut pun buyar. Cuaca buruk memaksa Baruna Jaya I menurunkan kecepatan hingga waktu molor enam jam lebih lama.

Setiba di lokasi pada 31 Desember, tim disambut ombak setinggi tiga meter. Kapal Baruna Jaya pun goyang diterjang ombak. Beberapa anggota tim yang rata-rata adalah ilmuwan tampak tak kuasa menahan mabuk laut.
 
Tiba di sektor lima, tim BPPT bergegas menurunkan alat-alat. Fokusnya, mencari badan AirAsia dan kotak hitam yang merekam semua komunikasi pilot saat di pesawat. Ada empat alat canggih yang dibawa tim BPPT untuk mendukung pencarian dua benda penting itu.
 
Empat alat tersebut yakni multibeam echo sounder yang berfungsi memetakan biometri dalam laut. Juga side scan sonar yang fungsinya hampir sama dengan multibeam echo tapi dengan daya tangkapnya lebih peka.
 
Alat ketiga adalah megato meter atau alat deteksi logam. Alat ini dipakai bila hasil yang didapat kedua tes awal menunjukkan indikasi adanya objek di dasar laut. Terakhir adalah remote operated vehicle, alat yang bisa menampilkan gambar keadaan bawah laut.
 
Multibeam echo sounder diturunkan ke bawah laut dan tak berapa lama kemudian langsung mengirim sinyal. Namun, ketika akan diteliti lebih lanjut, tim Baruna Jaya I menemukan itu adalah jenazah manusia.
 
Multibeam echo sounder diputuskan ditarik ke atas. Semua fokus mengevakuasi jenazah.
 
Kapal Baruna Jaya tak ditugaskan membawa jenazah ke Pangkalan Bun, Kaliamantan Tengah. Karena itu, tim memutuskan menghubungi kapal pencari. Kapal Diraja Lekir milik Malaysia saat itu yang terdekat dengan Kapal Baruna Jaya dan merapat ke untuk mengambil jenazah.
 
Ketika pencarian akan dilanjutkan, badai menerjang Kapal Baruna Jaya. Ketinggian ombak di lokasi sekira empat hingga lima meter.
 
Cuaca buruk tak memungkinkan tim bekerja, hingga akhirnya Kapal Baruna Jaya I diputuskan menepi di Teluk Kumai. Operasi akan kembali dilanjutkan saat cuaca mendukung.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TRK)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan