Jakarta: Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, Bahan Beracun dan Berbahaya (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien. R mengatakan Indonesia sebenarnya tidak dalam kondisi darurat sampah. Namun, tingkat daur ulang sampah di Indonesia masih sangat rendah.
"Tingkat daur ulang di Indonesia masih rendah, masih sekitar 11-12 persen dari jumlah sampah yaitu 67,8 juta ton per tahun," ujar Rosa dalam tayangan Selamat Pagi Indonesia di Metro TV, Jumat, 17 Desember 2021.
Rosa menegaskan daur ulang sampah menjadi hal yang sangat penting dalam pengelolaan sampah di Indonesia. Tingkat daur ulang sampah yang rendah dikatakan karena masyarakat Indonesia belum memiliki budaya memilah sampah.
Selain itu, jika masyarakat sudah memilah sampah terkadang disatukan kembali oleh petugas pengangkut sampah. Maka, Rosa meminta agar masyarakat membawanya ke bank sampah.
“Persoalannya di Indonesia itu, masyarakat sudah memilah, kemudian ditaruh di depan rumah, dan dicampur lagi. Karena itu, pemerintah yaitu KLHK mendorong dibangunnya bank sampah,” kata Rosa.
Rosa menjelaskan bank sampah juga dapat meningkatkan perekonomian rakyat Indonesia. Hingga saat ini Indonesia memiliki 11.850 bank sampah di seluruh Indonesia dengan omset Rp58 miliar.
Rosa menyatakan optimistisnya menuju Indonesia bersih di tahun 2025. Laporan dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional menunjukkan sebanyak 60 persen sampah di Indonesia sudah terkelola. Tetapi memang 40 persen masih belum terkelola.
Masalah sampah yang paling utama adalah penggunaan sampah plastik sekali pakai. Rosa menekankan pengurangan sampah plastik merupakan suatu keharusan.
Baru dua provinsi di Indonesia yang melarang penggunaan kantong plastik sekali pakai yaitu DKI Jakarta dan Bali. Kemudian, sebanyak 40 kabupaten/kota membatasi penggunaan kantong plastik sekali pakai. Hal itu sangat mengurangi pembuangan sampah ke TPA.
“Banjarmasin sejak tahun 2016 sudah mengurangi pemakaian kantong plastik sekali pakai. Hasilnya sekitar 11 juta lembar plastik sekali pakai berkurang untuk dibuang ke TPA,” jelas Rosa. (Widya Finola Ifani Putri)
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, Bahan Beracun dan Berbahaya (PSLB3)
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien. R mengatakan Indonesia sebenarnya tidak dalam kondisi darurat sampah. Namun, tingkat
daur ulang sampah di Indonesia masih sangat rendah.
"Tingkat daur ulang di Indonesia masih rendah, masih sekitar 11-12 persen dari jumlah sampah yaitu 67,8 juta ton per tahun," ujar Rosa dalam tayangan Selamat Pagi Indonesia di Metro TV, Jumat, 17 Desember 2021.
Rosa menegaskan daur ulang sampah menjadi hal yang sangat penting dalam pengelolaan sampah di Indonesia. Tingkat daur ulang sampah yang rendah dikatakan karena masyarakat Indonesia belum memiliki budaya memilah
sampah.
Selain itu, jika masyarakat sudah memilah sampah terkadang disatukan kembali oleh petugas pengangkut sampah. Maka, Rosa meminta agar masyarakat membawanya ke bank sampah.
“Persoalannya di Indonesia itu, masyarakat sudah memilah, kemudian ditaruh di depan rumah, dan dicampur lagi. Karena itu, pemerintah yaitu KLHK mendorong dibangunnya bank sampah,” kata Rosa.
Rosa menjelaskan bank sampah juga dapat meningkatkan perekonomian rakyat Indonesia. Hingga saat ini Indonesia memiliki 11.850 bank sampah di seluruh Indonesia dengan omset Rp58 miliar.
Rosa menyatakan optimistisnya menuju Indonesia bersih di tahun 2025. Laporan dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional menunjukkan sebanyak 60 persen sampah di Indonesia sudah terkelola. Tetapi memang 40 persen masih belum terkelola.
Masalah sampah yang paling utama adalah penggunaan sampah plastik sekali pakai. Rosa menekankan pengurangan sampah plastik merupakan suatu keharusan.
Baru dua provinsi di Indonesia yang melarang penggunaan kantong plastik sekali pakai yaitu DKI Jakarta dan Bali. Kemudian, sebanyak 40 kabupaten/kota membatasi penggunaan kantong plastik sekali pakai. Hal itu sangat mengurangi pembuangan sampah ke TPA.
“Banjarmasin sejak tahun 2016 sudah mengurangi pemakaian kantong plastik sekali pakai. Hasilnya sekitar 11 juta lembar plastik sekali pakai berkurang untuk dibuang ke TPA,” jelas Rosa. (
Widya Finola Ifani Putri)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)