Jakarta: Kasus balita terindikasi positif narkoba usai mengonsumsi permen di Kota Selatpanjang, Meranti, Riau, mengundang keprihatinan. Bukan hanya mengganggu tumbuh kembang, balita yang terpapar narkoba juga berpotensi menjadi manusia tidak produktif di masa depan.
Kasubdit Penguatan Direktorat Pascarehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Amrita Dewi menilai kasus temuan balita mengonsumsi narkoba di Riau cukup meresahkan.
Ia meyakini bandar atau pengedar akan selalu mencari celah untuk terus menghidupkan bisnis haramnya. Anak-anak remaja, usia dini, bahkan usia prasekolah menjadi pangsa pasar yang cukup menjanjikan bagi bisnis narkoba.
"Karena kalau kita lihat semakin mereka terpapar, potensi mengalami ketergantungan dan kecanduan di usia dini semakin besar," ungkap Amrita, dalam Selamat Pagi Indonesia, Rabu, 4 April 2018.
Amrita mengatakan dampak buruk narkoba terhadap anak-anak terutama balita tak main-main. Seperti lazimnya obat pada umumnya, narkoba yang merupakan zat psikoaktif akan memodifikasi kerja otak.
Tak cuma memengaruhi pola pikir seseorang, suasana hati atau perasaan sampai dengan perilaku dapat terganggu di bawah pengaruh narkoba.
"Pada balita tentu dampak yang ditimbulkan bisa secara fisik maupun psikis. Secara garis besar akan memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku," katanya.
Berkaca dari kasus balita terpapar narkoba di Riau, Amrita mendorong adanya penelusuran lebih lanjut dan intens terutama soal pola asuh dengan keseharian anak di lingkungannya.
Boleh jadi sikap ibu korban yang langsung melaporkan perilaku tak beres anaknya ke penegak hukum tanpa didahului pemeriksaan medis menjadi indikasi bahwa di lingkungan tempat tinggal mereka rawan kasus semacam itu.
Menurut Amrita menjadi menarik untuk mengungkap apa yang tidak terekspos dan tergali seperti apakah ibu dan anak memang sedang sakit atau mengalami keluhan fisik sehingga perlu mengonsumsi obat-obatan.
"Karena ada beberapa obat yang menunjukkan status positif pada urine. Khusus anak kecil bisa jadi indikasi positif itu berasal dari obat batuk pilek atau obat infeksi saluran pernapasan lebih lanjut sehingga perlu kita gali informasi lebih lanjut," jelas Amrita.
Jakarta: Kasus balita terindikasi positif narkoba usai mengonsumsi permen di Kota Selatpanjang, Meranti, Riau, mengundang keprihatinan. Bukan hanya mengganggu tumbuh kembang, balita yang terpapar narkoba juga berpotensi menjadi manusia tidak produktif di masa depan.
Kasubdit Penguatan Direktorat Pascarehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Amrita Dewi menilai kasus temuan balita mengonsumsi narkoba di Riau cukup meresahkan.
Ia meyakini bandar atau pengedar akan selalu mencari celah untuk terus menghidupkan bisnis haramnya. Anak-anak remaja, usia dini, bahkan usia prasekolah menjadi pangsa pasar yang cukup menjanjikan bagi bisnis narkoba.
"Karena kalau kita lihat semakin mereka terpapar, potensi mengalami ketergantungan dan kecanduan di usia dini semakin besar," ungkap Amrita, dalam
Selamat Pagi Indonesia, Rabu, 4 April 2018.
Amrita mengatakan dampak buruk narkoba terhadap anak-anak terutama balita tak main-main. Seperti lazimnya obat pada umumnya, narkoba yang merupakan zat psikoaktif akan memodifikasi kerja otak.
Tak cuma memengaruhi pola pikir seseorang, suasana hati atau perasaan sampai dengan perilaku dapat terganggu di bawah pengaruh narkoba.
"Pada balita tentu dampak yang ditimbulkan bisa secara fisik maupun psikis. Secara garis besar akan memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku," katanya.
Berkaca dari kasus balita terpapar narkoba di Riau, Amrita mendorong adanya penelusuran lebih lanjut dan intens terutama soal pola asuh dengan keseharian anak di lingkungannya.
Boleh jadi sikap ibu korban yang langsung melaporkan perilaku tak beres anaknya ke penegak hukum tanpa didahului pemeriksaan medis menjadi indikasi bahwa di lingkungan tempat tinggal mereka rawan kasus semacam itu.
Menurut Amrita menjadi menarik untuk mengungkap apa yang tidak terekspos dan tergali seperti apakah ibu dan anak memang sedang sakit atau mengalami keluhan fisik sehingga perlu mengonsumsi obat-obatan.
"Karena ada beberapa obat yang menunjukkan status positif pada urine. Khusus anak kecil bisa jadi indikasi positif itu berasal dari obat batuk pilek atau obat infeksi saluran pernapasan lebih lanjut sehingga perlu kita gali informasi lebih lanjut," jelas Amrita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(MEL)