Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyampaikan sambutan sekaligus membuka acara Silaturahmi Nasional Da'i Kamtibmas di Jakarta, Selasa (17/7/2018). Foto: MI/Bary Fathahilah
Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyampaikan sambutan sekaligus membuka acara Silaturahmi Nasional Da'i Kamtibmas di Jakarta, Selasa (17/7/2018). Foto: MI/Bary Fathahilah

Tito Merasa Difitnah Bachtiar Nasir Soal Khilafah

Ilham wibowo • 18 Juli 2018 17:12
Jakarta: Kapolri Jenderal Tito Karnavian merasa tak nyaman dengan tudingan dirinya mendukung sistem pemerintahan khilafah. Respons tersebut sebagaimana yang diungkapkan salah satu tokoh aksi Bela Islam 212 Bachtiar Nasir dalam sebuah video yang beredar viral di internet.
 
"Jadi tidak pernah saya mengatakan kalau demokrasi terpimpin apalagi kalau ada yang mengatakan saya mendukung khilafah. Itu diplintir seperti itu," ujar Tito di Kompleks Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Rabu, 18 Juli 2018.
 
Tito menuturkan penjelasan yang disampaikan secara detail dan panjang tak dipahami secara utuh. Apalagi, kata dia, karya jurnalistik yang disebar di media masanya kerap memilih perkataan yang dianggap menarik.

"Ini kadang-kadang saya khawatir kalau terlalu panjang memberikan sambutan teman-teman media kadang-kadang nangkepnya salah. Saya tidak pernah sekalipun mengatakan demokrasi terpimpin, yang saya maksud adalah demokrasi Pancasila. Itu kata-kata saya," bebernya.
 
Pernyataan serupa juga sempat dilontarkan Tito saat acara Silaturahim Nasional Dai Kamtibmas di Jakarta, Selasa, 17 Juli 2018. Bahkan, Tito juga telah menyampaikan klarifikasi langsung kepada Bachtiar melalui pesan elektronik.
 
"Saya langsung (kirim pesan) WhastApp ke yang bersangkutan. Ustaz itu saya anggap orang yang cerdas, negarawan. Tapi, begitu saya melihat kata-kata ustaz di situ (video), hilang kesan saya. Ternyata ustaz tidak secerdas  yang saya lihat," ujarnya.
 
Diakui Tito, keduanya pernah bertemu untuk berdiskusi. Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ini membantah pernah menyampaikan kepada Bachtiar bahwa setuju dengan sistem khilafah. Menurutnya, khilafah sama berbahayanya dengan demokrasi liberal.
 
"Yang saya sampaikan demokrasi liberal saat ini kalau kebablasan bisa menjadi pemecah bangsa. Tapi, saya tidak mengatakan untuk ganti (menjadi) khilafah. Bahkan saya katakan khilafah itu bahayanya sama seperti demokrasi liberal," tuturnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan