Jakarta: Fenomena Solstis diprakirakan terjadi di Indonesia pada Kamis, 22 Desember 2022. Fenomena ini terjadi akibat tingkat kesuburan perairan (kandungan oksigen, klorofil, phytoplankton, dan lain-lain) di sekitar pesisir lebih baik dibandingkan dengan yang lebih tengah/lepas.
Forecaster Pusat Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bagas Briliano mengatakan wilayah Indonesia yang berada di ekuator memiliki keunikan, yakni durasi siang dan malam yang hampir sama sepanjang tahunnya.
"Fenomena solstis yang terjadi pada Kamis, 22 Desember 2022 ini tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap suhu di wilayah Indonesia yang cenderung konstan sepanjang tahunnya," kata Bagas saat dihubungi, Selasa, 20 Desember 2022.
Namun jika menelisik lebih dalam, fenomena ini menyebabkan suhu di Belahan Bumi Selatan lebih tinggi dibandingkan di Belahan Bumi Utara. Sehingga menyebabkan angin Monsun Asia menjadi lebih signifikan, sehingga meningkatkan potensi curah hujan di Indonesia.
"Untuk wilayah Indonesia bagian selatan sendiri mengalami durasi siang yang sedikit lebih panjang dibandingkan malam harinya," terang Bagas.
Untuk saat ini, dampak fenomena solstis terhadap wilayah Indonesia hanya pada durasi siang yang sedikit lebih panjang dan malam yang sedikit lebih singkat di wilayah Indonesia bagian Selatan. Selain itu, juga terjadi peningkatan curah hujan akibat monsun asia yang lebih signifikan selama Desember-Februari.
"Untuk itu masyarakat harus lebih mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi yang dapat terjadi selama bulan-bulan tersebut," ujar dia.
Di sisi lain, Koordinator Bidang Informasi Meteorologi Maritim BMKG Andri Ramadhani mengatakan fenomena Solstis dapat disebabkan adanya arus laut dan energi gelombang laut, serta upwelling yang mendorong sekelompok ikan menuju garis pantai.
"Masyarakat tidak perlu panik dengan dikaitkan gempa dan tsunami karena bukan menjadi penyebab terjadinya fenomena tersebut. Namun diperlukan penelitian lebih lanjut terkait dugaan penyebabnya yang lebih kongkrit," jelas Andri. (Naufal Zuhdi)
Jakarta:
Fenomena Solstis diprakirakan terjadi di Indonesia pada Kamis, 22 Desember 2022. Fenomena ini terjadi akibat tingkat kesuburan perairan (kandungan oksigen, klorofil, phytoplankton, dan lain-lain) di sekitar pesisir lebih baik dibandingkan dengan yang lebih tengah/lepas.
Forecaster Pusat Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (
BMKG) Bagas Briliano mengatakan wilayah Indonesia yang berada di ekuator memiliki keunikan, yakni durasi siang dan malam yang hampir sama sepanjang tahunnya.
"Fenomena solstis yang terjadi pada Kamis, 22 Desember 2022 ini tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap suhu di wilayah Indonesia yang cenderung konstan sepanjang tahunnya," kata Bagas saat dihubungi, Selasa, 20 Desember 2022.
Namun jika menelisik lebih dalam, fenomena ini menyebabkan suhu di Belahan Bumi Selatan lebih tinggi dibandingkan di Belahan Bumi Utara. Sehingga menyebabkan angin Monsun Asia menjadi lebih signifikan, sehingga meningkatkan potensi
curah hujan di Indonesia.
"Untuk wilayah Indonesia bagian selatan sendiri mengalami durasi siang yang sedikit lebih panjang dibandingkan malam harinya," terang Bagas.
Untuk saat ini, dampak fenomena solstis terhadap wilayah Indonesia hanya pada durasi siang yang sedikit lebih panjang dan malam yang sedikit lebih singkat di wilayah Indonesia bagian Selatan. Selain itu, juga terjadi peningkatan curah hujan akibat monsun asia yang lebih signifikan selama Desember-Februari.
"Untuk itu masyarakat harus lebih mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi yang dapat terjadi selama bulan-bulan tersebut," ujar dia.
Di sisi lain, Koordinator Bidang Informasi Meteorologi Maritim BMKG Andri Ramadhani mengatakan fenomena Solstis dapat disebabkan adanya arus laut dan energi gelombang laut, serta upwelling yang mendorong sekelompok ikan menuju garis pantai.
"Masyarakat tidak perlu panik dengan dikaitkan gempa dan tsunami karena bukan menjadi penyebab terjadinya fenomena tersebut. Namun diperlukan penelitian lebih lanjut terkait dugaan penyebabnya yang lebih kongkrit," jelas Andri.
(Naufal Zuhdi) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)