medcom.id, Jakarta: Ratusan sopir taksi menolak keberadaan penyedia aplikasi layanan GrabCar dan Uber Taxi. Dikabarkan, saat ini, sejumlah sopir taksi sweeping di beberapa lokasi.
Ahlan, 40, salah seorang calon sopir GrabCar tidak takut dengan aksi sweeping dan demo ratusan sopir konvensional. Dia bilang, teknologi semakin maju. Aplikasi GrabCar dan Uber Taxi salah satu bentuk kemajuan zaman.
"Enggak usah demo lah, kita sama-sama cari makan. Kita sama-sama sopir. Sekarang zamanya online, bos!" kata Ahlan kepada Metrotvnews.com di Kantor Pusat Grab Indonesia, Jalan Gunung Sahari, Pademangan, Jakarta Utara, Rabu (16/3/2016).
Pria yang memiliki warung makan ini mengaku, ingin mandaftar GrabCar untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Ahlan termotivasi dari tetangganya, Ali, yang lebih dulu bergabung dengan Grab.
"Karena tetangga, saya ke sini. Tetangga ngajak saya, dia bilang sebulan bisa sampai Rp8 juta," cerita Ahlan.
Sedikit berbeda dengan Ahlan, Samsul, 44, ingin menekuni bisnis taksi online ini. Warga Depok yang sudah 3 minggu menjadi driver GrabCar menargetkan pendapatan bersih rerata Rp6 juta setiap bulan.
"Saya memang niat cari duit. Jadi sopir GrabCar bukan sampingan," ujar Samsul.
Menurut Samsul, ratusan sopir taksi konvensional tidak perlu melakukan aksi demo. Sebab, keberadaan taksi online merupakan kebutuhan masyarakat.
"Grab kan punya izin operasi, tidak dilarang. Soal pendapatan sopir taksi menurun, rezeki sudah ada yang ngatur," tutur dia.
Lain pula dengan Arman, 28, yang tidak ingin menjadi sopir GrabCar. Dia mengaku takut, banyak sopir taksi konvensional yang demo dan sweeping.
Arman baru saja dinyatakan lolos menjadi driver GrabCar. Pria asal Pluit ini, tinggal menjalani tes kemudi.
"Baru tahu ada demo kemarin dari berita online. Takut sih, tapi udah terlanjur keluarin modal buat jadi driver GrabCar. Saya habis Rp500 ribu, buat beli voucher, pulsa, sama kartu perdana," kata Arman.
medcom.id, Jakarta: Ratusan sopir taksi menolak keberadaan penyedia aplikasi layanan GrabCar dan Uber Taxi. Dikabarkan, saat ini, sejumlah sopir taksi
sweeping di beberapa lokasi.
Ahlan, 40, salah seorang calon sopir GrabCar tidak takut dengan aksi
sweeping dan demo ratusan sopir konvensional. Dia bilang, teknologi semakin maju. Aplikasi GrabCar dan Uber Taxi salah satu bentuk kemajuan zaman.
"Enggak usah demo lah, kita sama-sama cari makan. Kita sama-sama sopir. Sekarang zamanya
online, bos!" kata Ahlan kepada
Metrotvnews.com di Kantor Pusat Grab Indonesia, Jalan Gunung Sahari, Pademangan, Jakarta Utara, Rabu (16/3/2016).
Pria yang memiliki warung makan ini mengaku, ingin mandaftar GrabCar untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Ahlan termotivasi dari tetangganya, Ali, yang lebih dulu bergabung dengan Grab.
"Karena tetangga, saya ke sini. Tetangga ngajak saya, dia bilang sebulan bisa sampai Rp8 juta," cerita Ahlan.
Sedikit berbeda dengan Ahlan, Samsul, 44, ingin menekuni bisnis taksi
online ini. Warga Depok yang sudah 3 minggu menjadi
driver GrabCar menargetkan pendapatan bersih rerata Rp6 juta setiap bulan.
"Saya memang niat cari duit. Jadi sopir GrabCar bukan sampingan," ujar Samsul.
Menurut Samsul, ratusan sopir taksi konvensional tidak perlu melakukan aksi demo. Sebab, keberadaan taksi online merupakan kebutuhan masyarakat.
"Grab kan punya izin operasi, tidak dilarang. Soal pendapatan sopir taksi menurun, rezeki sudah ada yang ngatur," tutur dia.
Lain pula dengan Arman, 28, yang tidak ingin menjadi sopir GrabCar. Dia mengaku takut, banyak sopir taksi konvensional yang demo dan
sweeping.
Arman baru saja dinyatakan lolos menjadi
driver GrabCar. Pria asal Pluit ini, tinggal menjalani tes kemudi.
"Baru tahu ada demo kemarin dari berita
online. Takut sih, tapi udah terlanjur keluarin modal buat jadi
driver GrabCar. Saya habis Rp500 ribu, buat beli voucher, pulsa, sama kartu perdana," kata Arman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(OGI)