medcom.id, Jakarta: Ulah Sultan Aziansyah menyentak banyak pihak. Warga tak percaya pemuda berusia 22 tahun itu nekat menyerang tiga polisi di Pos Polisi Yuppentek, Cikokol, Tangerang, kemarin pagi.
Hanafi, tetangga Sultan, tidak habis pikir atas ulah Sultan. Sebab, Sultan diketahui tak punya perangai mencurigakan selama tinggal di Desa Lebak Wangi, RT04/02, Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang.
"Anaknya biasa saja. Memang kurang begitu bergaul," kata Hanafi kepada Metrotvnews.com di Desa Lebak Wangi, Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang, Jumat (21/10/2016).
Sultan dikenal tak pandai bersosialisai. Ia jarang meriung dengan teman sebayanya di Lebak Wangi. Tapi, keluarga Sultan, di mata warga, tak punya cacat.
"Keluarga sopan. Kalau ada undangan warga juga selalu datang," kata Hanafi.
Delapan tahun lalu Sultan bersama keluarganya pindah ke Lebak Wangi. Sebelum pindah ke Lebak Wangi, Sultan tinggal di daerah Karawaci, Kota Tangerang. Sultan lalu bersekolah di SMPN 1 Kota Tangerang.
Saat pindah ke Lebak Wangi, Sultan melanjutkan ke SMA di daerah Sepatan. Kala itu, sosok Sultan malah dikenal sebagai bocah yang suka mangkal di warung rental permainan. "Hobinya main play station," kata Bandi, rekan sekaligus tetangga Sultan.
Bandi rada terheran-heran selepas kejadian penyerangan Sultan dikaitkan dengan kelompok teroris jaringan ISIS. Sebab, Sultan maupun keluarga dikenal tak begitu ekstrem menekuni agama. Bandi juga bilang, "Di masa kecilnya, Sultan tidak terlalu ekstrem menekuni agama."
Sekitar 2012, Sultan kuliah di salah satu kampus swasta di bilangan Cikokol, Tangerang Kota. Dia mulai hobi ke warung internet. Mulai dari situ, dia makin jarang meriung dengan teman sebaya.
"Sultan lebih sering ke masjid belakang rumah daripada berkumpul dengan teman sebaya," kata Bandi
Muhidin, Ketua RT04 mengatakan, Sultan merupakan bungsu dari empat bersaudara. Ayahnya bernama Abdu, ibunya bernama Rokibah.
Sultan punya tiga saudara kandung. Kakak pertama Sultan seorang satpam bernama Puadi. Dua kakak lainnya masing-masing bernama Abid dan Ihsan. Keduanya anggota polisi. Abid dinas di Polres Kota Tangerang, sedangkan Ihsan di Polres Metro Tangerang.
"Semua kakaknya memang tidak terlalu bergaul. Tapi mereka selalu tegur sapa kalau papasan sama saya," kata Muhidin.
Yang paling diingat Munasik, tetangga Sultan, adalah hobi pemuda itu berlatih silat. Munasik yang punya bengkel tambal ban tepat di depan rumah Sultan itu kerap melihat Sultan berlatih beladiri saban pagi.
"Ini buat angkat-angkat badannya, hampir tiap pagi memang (belajar beladiri)," kata Munasik sembari menunjukkan alat-alat untuk berlatih beladiri yang ada di teras rumah Sultan.
Hari ini, rumah Sultan sepi penghuni. Keluarga belum kembali ke Lebak Wangi usai menjemput jenazah Sultan di RS Polri Kramat Jati.
Yang jelas, keluarga dikabarkan sudah memakamkan jenazah Sultan. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono mengonfirmasi, keluarga langsung menguburkan jenazah Sultan usai dibawa pulang dari RS Polri Kramat Jato, dini hari tadi.
"Dimakamkan di TPU Sodong Tigaraksa," kata Awi di Mapolda Metro Jaya.
Sultan Aziansyah menyerang Kapolsek Tangerang Kota Kompol Effendi dan dua anggota lainnya secara membabi buta, Kamis 20 Oktober 2016 pagi. Penyerangan itu terjadi di sekitar Lembaga Pendidikan Yupentek, Cikokol, Tangerang Kota.
Sultan menyerang menggunakan sangkur. Dia juga sempat melempar diduga bom ke dalam pospol sebelum ditembak petugas.
Effendi mengalami luka tusuk di dada. Sementara anggota polisi lain, Iptu Bambang Haryadi terluka di dada dan punggung kiri dan Bripka Sukardi menderita luka bacok di punggung dan lengan.
Dari lokasi kejadian, polisi menyita barang bukti satu pisau, satu badik, satu sarung badik, dua benda diduga bom pipa, satu tas hitam, satu sorban putih, dan satu stiker berlambang ISIS.
medcom.id, Jakarta: Ulah Sultan Aziansyah menyentak banyak pihak. Warga tak percaya pemuda berusia 22 tahun itu nekat menyerang tiga polisi di Pos Polisi Yuppentek, Cikokol, Tangerang, kemarin pagi.
Hanafi, tetangga Sultan, tidak habis pikir atas ulah Sultan. Sebab, Sultan diketahui tak punya perangai mencurigakan selama tinggal di Desa Lebak Wangi, RT04/02, Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang.
"Anaknya biasa saja. Memang kurang begitu bergaul," kata Hanafi kepada Metrotvnews.com di Desa Lebak Wangi, Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang, Jumat (21/10/2016).
Sultan dikenal tak pandai bersosialisai. Ia jarang meriung dengan teman sebayanya di Lebak Wangi. Tapi, keluarga Sultan, di mata warga, tak punya cacat.
"Keluarga sopan. Kalau ada undangan warga juga selalu datang," kata Hanafi.
Delapan tahun lalu Sultan bersama keluarganya pindah ke Lebak Wangi. Sebelum pindah ke Lebak Wangi, Sultan tinggal di daerah Karawaci, Kota Tangerang. Sultan lalu bersekolah di SMPN 1 Kota Tangerang.
Saat pindah ke Lebak Wangi, Sultan melanjutkan ke SMA di daerah Sepatan. Kala itu, sosok Sultan malah dikenal sebagai bocah yang suka mangkal di warung rental permainan. "Hobinya main play station," kata Bandi, rekan sekaligus tetangga Sultan.
Bandi rada terheran-heran selepas kejadian penyerangan Sultan dikaitkan dengan kelompok teroris jaringan ISIS. Sebab, Sultan maupun keluarga dikenal tak begitu ekstrem menekuni agama. Bandi juga bilang, "Di masa kecilnya, Sultan tidak terlalu ekstrem menekuni agama."
Sekitar 2012, Sultan kuliah di salah satu kampus swasta di bilangan Cikokol, Tangerang Kota. Dia mulai hobi ke warung internet. Mulai dari situ, dia makin jarang meriung dengan teman sebaya.
"Sultan lebih sering ke masjid belakang rumah daripada berkumpul dengan teman sebaya," kata Bandi
Muhidin, Ketua RT04 mengatakan, Sultan merupakan bungsu dari empat bersaudara. Ayahnya bernama Abdu, ibunya bernama Rokibah.
Sultan punya tiga saudara kandung. Kakak pertama Sultan seorang satpam bernama Puadi. Dua kakak lainnya masing-masing bernama Abid dan Ihsan. Keduanya anggota polisi. Abid dinas di Polres Kota Tangerang, sedangkan Ihsan di Polres Metro Tangerang.
"Semua kakaknya memang tidak terlalu bergaul. Tapi mereka selalu tegur sapa kalau papasan sama saya," kata Muhidin.
Yang paling diingat Munasik, tetangga Sultan, adalah hobi pemuda itu berlatih silat. Munasik yang punya bengkel tambal ban tepat di depan rumah Sultan itu kerap melihat Sultan berlatih beladiri saban pagi.
"Ini buat angkat-angkat badannya, hampir tiap pagi memang (belajar beladiri)," kata Munasik sembari menunjukkan alat-alat untuk berlatih beladiri yang ada di teras rumah Sultan.
Hari ini, rumah Sultan sepi penghuni. Keluarga belum kembali ke Lebak Wangi usai menjemput jenazah Sultan di RS Polri Kramat Jati.
Yang jelas, keluarga dikabarkan sudah memakamkan jenazah Sultan. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono mengonfirmasi, keluarga langsung menguburkan jenazah Sultan usai dibawa pulang dari RS Polri Kramat Jato, dini hari tadi.
"Dimakamkan di TPU Sodong Tigaraksa," kata Awi di Mapolda Metro Jaya.
Sultan Aziansyah menyerang Kapolsek Tangerang Kota Kompol Effendi dan dua anggota lainnya secara membabi buta, Kamis 20 Oktober 2016 pagi. Penyerangan itu terjadi di sekitar Lembaga Pendidikan Yupentek, Cikokol, Tangerang Kota.
Sultan menyerang menggunakan sangkur. Dia juga sempat melempar diduga bom ke dalam pospol sebelum ditembak petugas.
Effendi mengalami luka tusuk di dada. Sementara anggota polisi lain, Iptu Bambang Haryadi terluka di dada dan punggung kiri dan Bripka Sukardi menderita luka bacok di punggung dan lengan.
Dari lokasi kejadian, polisi menyita barang bukti satu pisau, satu badik, satu sarung badik, dua benda diduga bom pipa, satu tas hitam, satu sorban putih, dan satu stiker berlambang ISIS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)