medcom.id: Ketika prostitusi menjadi ilegal pada tahun 1954, sebuah tempat lokalisasi di Jalan Creek, Ketchikan, Alaska, Amerika Serikat, dipaksa untuk menutup usaha mereka. Dolly Arthur adalah satu-satunya wanita yang tetap bertahan di kota itu.
Dolly memiliki nama asli Thelma Dolly Copeland. Ia lahir di sebuah desa di Clear Lake, sekarang disebut McCall Idaho, 5 Oktober 1888. Ia memiliki masa kecil yang tidak bahagia dan pergi meninggalkan rumahnya pada usia 13 tahun. Dolly kecil pergi seorang diri ke Montana dan kemudian ke Vancouver, Kanada. Di sana ia bekerja sebagai pelayan.
Di usia yang masih belia, ditambah dengan wajah dan tubuhnya yang cantik rupawan, ia memutuskan untuk menjadi seorang wanita panggilan (pelacur) pada usia 18 tahun. Cara itu membuatnya mendapatkan banyak uang dari para pria hidung belang.
Setelah sukses menumpuk dollar, pada 1919, ia kembali ke Ketchikan. Ia mengganti namanya menjadi Dolly Arthur dan mulai membangun kerajaan bisnis prostitusinya di kota kecil itu, tepatnya di Jalan Creek No 24.
Bisnis prostitusinya terus meningkat, di sepanjang Jalan Creek dibangun rumah-rumah bordil. Setiap malam pesta pora digelar. Penambang, nelayan, penebang hutan dan warga kota berkumpul mengunjungi "Bordellos" sebutan warga setempat untuk menyebutkan lokalisasi itu. Para pengunjung pesta mabuk-mabukan, menari dan menyaksikan tarian striptis yang diperagakan oleh sejumlah wanita penghibur.
Dentuman musik mengiringi aksi nakal mereka, lampu-lampu disko yang berwarna-warni menambah suasana menjadi gemuruh. Dari jendela rumah terlihat wanita-wanita yang tengah berparade melakukan semi-nude (bertelanjang dada) mulai menggoda pria, di balik renda, aksi titillating (mencumbui sekujur tubuh wanita) dilakukan oleh para pria.
Meskipun minuman beralkohol adalah tindakan melawan hukum, namun saat itu prostitusi adalah legal, dan banyak wanita malam justru mendaftarkan usaha prostitusi mereka kepada polisi kota untuk mendapatkan izin usaha.
Ketika prostitusi menjadi ilegal pada tahun 1954, semua bisnis prostitusi yang berada di Jalan Creek, harus ditutup. Semua orang tergusur dari kota kecil Ketchikan. Mereka pergi ke berbagai daerah untuk mencari atau mendirikan usaha lain yang legal.
Kecuali Dolly. Ia tak mau pindah. Di usia yang sudah senja, sekitar 66 tahun, ia lebih memilih untuk tetap menetap di rumahnya, di Jalan Creek seorang diri. Semakin bertambah usia, kesehatannya memburuk. Akhirnya, Dolly dipindahkan ke panti jompo oleh pemerintah setempat. Ia dirawat di sana, sampai akhirnya pada 1975 ia meninggal di usia 87 tahun.
Sementara itu rumahnya di Jalan Creek, Ketchikan, kini telah menjadi museum yang diberi nama Dolly's House. Tempat itu menjadi tempat wisata. Dari dalam museum itu dapat dijumpai barang-barang peninggalan Dolly, seperti lukisan favorite Dolly, mesin jahit tua, sofa yang warnanya sudah memudar yang dulu dijadikan tempat untuk beradegan seks.
Ada juga meja rias yang digunakan Dolly untuk bersolek demi memikat perhatian pria hidung belang. Semua benda di museum ini menggambarkan kehidupan Dolly, yang berjuang membangun kerajaan bisnis prostitusinya.
Tempat prostitusi Dolly's House sudah tutup sejak 1954. Di Indonesia, Gang Dolly, tempat prostitusi di Surabaya, nampaknya baru akan menemui akhir riwayatnya. Pemerintah setempat berencana untuk menutup lokalisasi itu pada 2014 ini.
Sejarah lokalisasi Dolly di Surabaya tak terlepas dari kisah seorang perempuan bernama Dolly van Der Mart yang sosok dan identitasnya belum banyak diketahui. Menurut penuturan warga sekitar, tante Dolly adalah seorang perempuan keturunan orang kulit putih yang pertama kali membangun kawasan bisnis prostitusi itu pada masa penjajahan Belanda.
medcom.id: Ketika prostitusi menjadi ilegal pada tahun 1954, sebuah tempat lokalisasi di Jalan Creek, Ketchikan, Alaska, Amerika Serikat, dipaksa untuk menutup usaha mereka. Dolly Arthur adalah satu-satunya wanita yang tetap bertahan di kota itu.
Dolly memiliki nama asli Thelma Dolly Copeland. Ia lahir di sebuah desa di Clear Lake, sekarang disebut McCall Idaho, 5 Oktober 1888. Ia memiliki masa kecil yang tidak bahagia dan pergi meninggalkan rumahnya pada usia 13 tahun. Dolly kecil pergi seorang diri ke Montana dan kemudian ke Vancouver, Kanada. Di sana ia bekerja sebagai pelayan.
Di usia yang masih belia, ditambah dengan wajah dan tubuhnya yang cantik rupawan, ia memutuskan untuk menjadi seorang wanita panggilan (pelacur) pada usia 18 tahun. Cara itu membuatnya mendapatkan banyak uang dari para pria hidung belang.
Setelah sukses menumpuk dollar, pada 1919, ia kembali ke Ketchikan. Ia mengganti namanya menjadi Dolly Arthur dan mulai membangun kerajaan bisnis prostitusinya di kota kecil itu, tepatnya di Jalan Creek No 24.
Bisnis prostitusinya terus meningkat, di sepanjang Jalan Creek dibangun rumah-rumah bordil. Setiap malam pesta pora digelar. Penambang, nelayan, penebang hutan dan warga kota berkumpul mengunjungi "Bordellos" sebutan warga setempat untuk menyebutkan lokalisasi itu. Para pengunjung pesta mabuk-mabukan, menari dan menyaksikan tarian striptis yang diperagakan oleh sejumlah wanita penghibur.
Dentuman musik mengiringi aksi nakal mereka, lampu-lampu disko yang berwarna-warni menambah suasana menjadi gemuruh. Dari jendela rumah terlihat wanita-wanita yang tengah berparade melakukan semi-nude (bertelanjang dada) mulai menggoda pria, di balik renda, aksi titillating (mencumbui sekujur tubuh wanita) dilakukan oleh para pria.
Meskipun minuman beralkohol adalah tindakan melawan hukum, namun saat itu prostitusi adalah legal, dan banyak wanita malam justru mendaftarkan usaha prostitusi mereka kepada polisi kota untuk mendapatkan izin usaha.
Ketika prostitusi menjadi ilegal pada tahun 1954, semua bisnis prostitusi yang berada di Jalan Creek, harus ditutup. Semua orang tergusur dari kota kecil Ketchikan. Mereka pergi ke berbagai daerah untuk mencari atau mendirikan usaha lain yang legal.
Kecuali Dolly. Ia tak mau pindah. Di usia yang sudah senja, sekitar 66 tahun, ia lebih memilih untuk tetap menetap di rumahnya, di Jalan Creek seorang diri. Semakin bertambah usia, kesehatannya memburuk. Akhirnya, Dolly dipindahkan ke panti jompo oleh pemerintah setempat. Ia dirawat di sana, sampai akhirnya pada 1975 ia meninggal di usia 87 tahun.
Sementara itu rumahnya di Jalan Creek, Ketchikan, kini telah menjadi museum yang diberi nama Dolly's House. Tempat itu menjadi tempat wisata. Dari dalam museum itu dapat dijumpai barang-barang peninggalan Dolly, seperti lukisan favorite Dolly, mesin jahit tua, sofa yang warnanya sudah memudar yang dulu dijadikan tempat untuk beradegan seks.
Ada juga meja rias yang digunakan Dolly untuk bersolek demi memikat perhatian pria hidung belang. Semua benda di museum ini menggambarkan kehidupan Dolly, yang berjuang membangun kerajaan bisnis prostitusinya.
Tempat prostitusi Dolly's House sudah tutup sejak 1954. Di Indonesia, Gang Dolly, tempat prostitusi di Surabaya, nampaknya baru akan menemui akhir riwayatnya. Pemerintah setempat berencana untuk menutup lokalisasi itu pada 2014 ini.
Sejarah lokalisasi Dolly di Surabaya tak terlepas dari kisah seorang perempuan bernama Dolly van Der Mart yang sosok dan identitasnya belum banyak diketahui. Menurut penuturan warga sekitar, tante Dolly adalah seorang perempuan keturunan orang kulit putih yang pertama kali membangun kawasan bisnis prostitusi itu pada masa penjajahan Belanda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIT)