Jakarta: Albert Einstein pernah berkata, imajinasi merupakan fondasi dasar yang mampu melampaui pengetahuan apa pun. Itu artinya, daya imajinasi dan kreativitas penting untuk dikembangkan karena merupakan kekayaan intelektual yang berharga.
Daya imajinasi dan kreativitas ini lebih banyak diatur oleh otak kanan. Sayangnya, sekolah di Indonesia pada umumnya lebih memfokuskan pendidikan pada pengembangan otak kiri. Otak kiri terkait dengan kegiatan membaca, menulis, menghitung, dan berpikir menggunakan logika.
Berkaca pada kondisi tersebut, Royal Primary Academy (Sekolah Royal Tunas Mulia) melakukan terobosan pendidikan dengan menyeimbangkan antara pengembangan otak kiri dan kanan anak.
"Semua kemampuan potensial ada di otak kita. Dan ini harus dilatih sejak masa golden year," kata pendiri Royal Primary Academy (Sekolah Royal Tunas Mulia) Indri Gautama, ditemui usai pertunjukan drama pelajar RPA Musical Rock Bottom di Eagle Auditorium Gedung Kuningan Place, Jakarta, Kamis, 6 Desember 2018.
Untuk mendorong pengembangan otak kanan para siswa, sekolah yang berlokasi di Kuningan Place, Jakarta Selatan, itu menerapkan International Primary Curriculum (IPC). Metode pembelajaran yang diterapkan menstimulasi kemampuan murid memecahkan masalah secara mandiri.
"Otak mereka akan terlatih menganalisa, menjadi kreatif, kritis, tidak hanya sekadar hafalan mentah. Mereka bisa menggunakan otak mereka secara optimal. Ini akan jadi aset," ucap Indri.
Lebih lanjut, Principal RPA Shelley Gibson menjelaskan RPA bertekad mencetak lulusan yang unggul dari segi akademik dan berkualitas tinggi.
Principal Royal Primary Academy (Sekolah Royal Tunas Mulia) Shelley Gibson (Foto:Medcom.id/Anggi Tondi Martaon)
Dalam proses belajar mengajar menggunakan Bahasa Inggris. RPA juga memasukkan Bahasa Indonesia dan Mandarin dalam mata pelajaran.
Dalam satu tahun terbagi dalam empat term. Setiap term, siswa diberikan tugas, kemudian akan dipresentasikan dan ditampilkan pada papan infomasi di samping kelas mereka.
Hal yang lebih penting lagi, mereka diminta untuk menyelesaikan tugas tersebut secara mandiri. Guru hanya sebagai pembimbing. Metode ini baik untuk mengasah kemampuan murid dalam menyelesaikan tugas secara mandiri.
"Kami memiliki harapan yang tinggi terhadap siswa kami. Mereka tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga sebagai individu yang sukses pada masa depan," kata Shelley Gibson.
Metode yang diterapkan RPA dinilai berhasil. Para murid menjadi lebih percaya diri saat mempresentasikan kemampuan mereka. Hal itu dapat dilihat dari penampilan murid pada drama Musical Rock Bottom. Mereka tidak terlihat canggung memainkan peran dalam drama tersebut. Bahkan setiap narasi yang diucapkan dalam bahasa Inggris pun disampaikan seperti sudah di luar kepala, tidak terbata-bata.
Para siswa dan orang tua usai pertunjukan drama pelajar RPA Musical Rock Bottom (Foto:Medcom.id/Anggi Tondi Martaon)
Drama musikal yang ditampilkan sebagai salah satu wadah bagi siswa memamerkan hal yang telah mereka pelajari. Ilmu yang didapat di sekolah bisa dipresentasikan sendiri oleh murid dan disaksikan langsung oleh orang tuanya.
Sarana dan Fasilitas Lengkap
Kemampuan yang ditampilkan murid RPA didukung sarana dan prasarana lengkap. Medcom.id diajak berkeliling melihat berbagai fasilitas sekolah. Principal RPA Shelley Gibson turut mendampingi. Dia sekaligus memperlihatkan ruangan dan fasilitas kepada orang tua calon murid.
Royal Primary Academy (Sekolah Royal Tunas Mulia) didukung sarana dan prasarana lengkap (Foto:Medcom.id/Anggi Tondi Martaon)
Perkenalan dimulai dari ruang pustaka. Di sana, terlihat buku berbahasa Inggris tersusun rapi di dalam ruangan yang luas. Selanjutnya, Gibson mengarahkan rombongan ke aula olahraga. RPA memiliki dua fasilitas olahraga, yaitu lapangan futsal yang dipadu dengan basket dan kolam renang.
Berlanjut ke ruangan seni, di RPA cukup lengkap. Alat musik berupa satu set drum, belasan gitar berbagai ukuran, hingga angklung tersedia di sana.
(Foto:Medcom.id/Anggi Tondi Martaon)
Tak ketinggalan, ruangan kelas menjadi tujuan utama yang dilihat oleh orang tua calon murid. Suasana ruang kelas terlihat berbeda dari sekolah pada umumnya. Interaksi murid dan guru tidak kaku dalam proses belajar mengajar di kelas. Tema ruangan juga disesuaikan dengan tingkatan kelas murid. Setiap kelas diisi maksimal 25 murid.
Jakarta: Albert Einstein pernah berkata, imajinasi merupakan fondasi dasar yang mampu melampaui pengetahuan apa pun. Itu artinya, daya imajinasi dan kreativitas penting untuk dikembangkan karena merupakan kekayaan intelektual yang berharga.
Daya imajinasi dan kreativitas ini lebih banyak diatur oleh otak kanan. Sayangnya, sekolah di Indonesia pada umumnya lebih memfokuskan pendidikan pada pengembangan otak kiri. Otak kiri terkait dengan kegiatan membaca, menulis, menghitung, dan berpikir menggunakan logika.
Berkaca pada kondisi tersebut, Royal Primary Academy (Sekolah Royal Tunas Mulia) melakukan terobosan pendidikan dengan menyeimbangkan antara pengembangan otak kiri dan kanan anak.
"Semua kemampuan potensial ada di otak kita. Dan ini harus dilatih sejak masa golden year," kata pendiri Royal Primary Academy (Sekolah Royal Tunas Mulia) Indri Gautama, ditemui usai pertunjukan drama pelajar RPA Musical Rock Bottom di Eagle Auditorium Gedung Kuningan Place, Jakarta, Kamis, 6 Desember 2018.
Untuk mendorong pengembangan otak kanan para siswa, sekolah yang berlokasi di Kuningan Place, Jakarta Selatan, itu menerapkan International Primary Curriculum (IPC). Metode pembelajaran yang diterapkan menstimulasi kemampuan murid memecahkan masalah secara mandiri.
"Otak mereka akan terlatih menganalisa, menjadi kreatif, kritis, tidak hanya sekadar hafalan mentah. Mereka bisa menggunakan otak mereka secara optimal. Ini akan jadi aset," ucap Indri.
Lebih lanjut, Principal RPA Shelley Gibson menjelaskan RPA bertekad mencetak lulusan yang unggul dari segi akademik dan berkualitas tinggi.
Principal Royal Primary Academy (Sekolah Royal Tunas Mulia) Shelley Gibson (Foto:Medcom.id/Anggi Tondi Martaon)
Dalam proses belajar mengajar menggunakan Bahasa Inggris. RPA juga memasukkan Bahasa Indonesia dan Mandarin dalam mata pelajaran.
Dalam satu tahun terbagi dalam empat term. Setiap term, siswa diberikan tugas, kemudian akan dipresentasikan dan ditampilkan pada papan infomasi di samping kelas mereka.
Hal yang lebih penting lagi, mereka diminta untuk menyelesaikan tugas tersebut secara mandiri. Guru hanya sebagai pembimbing. Metode ini baik untuk mengasah kemampuan murid dalam menyelesaikan tugas secara mandiri.
"Kami memiliki harapan yang tinggi terhadap siswa kami. Mereka tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga sebagai individu yang sukses pada masa depan," kata Shelley Gibson.
Metode yang diterapkan RPA dinilai berhasil. Para murid menjadi lebih percaya diri saat mempresentasikan kemampuan mereka. Hal itu dapat dilihat dari penampilan murid pada drama Musical Rock Bottom. Mereka tidak terlihat canggung memainkan peran dalam drama tersebut. Bahkan setiap narasi yang diucapkan dalam bahasa Inggris pun disampaikan seperti sudah di luar kepala, tidak terbata-bata.
Para siswa dan orang tua usai pertunjukan drama pelajar RPA Musical Rock Bottom (Foto:Medcom.id/Anggi Tondi Martaon)
Drama musikal yang ditampilkan sebagai salah satu wadah bagi siswa memamerkan hal yang telah mereka pelajari. Ilmu yang didapat di sekolah bisa dipresentasikan sendiri oleh murid dan disaksikan langsung oleh orang tuanya.
Sarana dan Fasilitas Lengkap
Kemampuan yang ditampilkan murid RPA didukung sarana dan prasarana lengkap.
Medcom.id diajak berkeliling melihat berbagai fasilitas sekolah. Principal RPA Shelley Gibson turut mendampingi. Dia sekaligus memperlihatkan ruangan dan fasilitas kepada orang tua calon murid.
Royal Primary Academy (Sekolah Royal Tunas Mulia) didukung sarana dan prasarana lengkap (Foto:Medcom.id/Anggi Tondi Martaon)
Perkenalan dimulai dari ruang pustaka. Di sana, terlihat buku berbahasa Inggris tersusun rapi di dalam ruangan yang luas. Selanjutnya, Gibson mengarahkan rombongan ke aula olahraga. RPA memiliki dua fasilitas olahraga, yaitu lapangan futsal yang dipadu dengan basket dan kolam renang.
Berlanjut ke ruangan seni, di RPA cukup lengkap. Alat musik berupa satu set drum, belasan gitar berbagai ukuran, hingga angklung tersedia di sana.
(Foto:Medcom.id/Anggi Tondi Martaon)
Tak ketinggalan, ruangan kelas menjadi tujuan utama yang dilihat oleh orang tua calon murid. Suasana ruang kelas terlihat berbeda dari sekolah pada umumnya. Interaksi murid dan guru tidak kaku dalam proses belajar mengajar di kelas. Tema ruangan juga disesuaikan dengan tingkatan kelas murid. Setiap kelas diisi maksimal 25 murid.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(ROS)