medcom.id, Jakarta: Populasi Gajah Sumatera di alam liar tinggal 1.600-an ekor. Padahal tiga dekade sebelumnya populasi mamalia paling besar di darat itu bisa mencapai 6.000-an ekor.
Ahli satwa liar WWF Indonesia, Sunarto mengatakan aktivitas manusia sebagai punyumbang utama penurunan populasi Gajah Sumatera di alam liar. Hutan sebagai habitat alami terus menyusut hingga kerap terjadi konflik antara satwa dan masyarakat.
"Hutan sebagai habitat Gajah secara masif dikonversi menjadi perkebunan terutama kelapa sawit. Hingga konflik antara satwa dan warga kerap terjadi, ini karena Gajah tidak punya ruang lagi untuk bergerak," kata Sunarto di kampanye nasional perlindungan gajah di Jalan MH Thamrin Jakarta, Minggu (9/11/2014).
Lebih lanjut, karena ruang hidup yang semakin menyempit dan maraknya perburuan liar menjadikan populasi Gajah menurun drastis. Oleh karena itu, dibutuhkan langkah nyata untuk menyelamatkan satwa endemik Pulau Sumatera itu dari jurang kepunahan.
"Saat ini populasi gajah di alam liar seperti terjun bebas dan belum ada remnya hingga saat ini. Kita tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah dan LSM, perlu kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat untuk mendukung pelestarian gajah di alam liar," ungkapnya.
Sementara karya seni 20 seniman yang bertemakan "Eksis di Pemberitaan, Bukan di Hutan" Karya seniman Ginda Buana yang menggambarkan nasib gajah sekarang ini mejeng di acara Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB).
Jejeran karya seni bertema Gajah itu adalah bagian dari kampanye nasional WWF Indonesia untuk perlindungan Gajah Sumatera. Melalui kampanye ini diharapkan membangkitkan kesadaran masyarakat akan nasib gajah yang populasinya masuk kategori kritis alias terancam punah.
Pantauan Metrotvnews.com deretan karya seni yang tepat berada di depan Menara BCA Jalan MH Thamrin ini menarik perhatian warga yang melintas. Banyak diantaranya asyik borfoto dengan badut gajah WWF dan spanduk yang berisikan pesan tentang nasib gajah yang terancam punah di alam liar.
medcom.id, Jakarta: Populasi Gajah Sumatera di alam liar tinggal 1.600-an ekor. Padahal tiga dekade sebelumnya populasi mamalia paling besar di darat itu bisa mencapai 6.000-an ekor.
Ahli satwa liar WWF Indonesia, Sunarto mengatakan aktivitas manusia sebagai punyumbang utama penurunan populasi Gajah Sumatera di alam liar. Hutan sebagai habitat alami terus menyusut hingga kerap terjadi konflik antara satwa dan masyarakat.
"Hutan sebagai habitat Gajah secara masif dikonversi menjadi perkebunan terutama kelapa sawit. Hingga konflik antara satwa dan warga kerap terjadi, ini karena Gajah tidak punya ruang lagi untuk bergerak," kata Sunarto di kampanye nasional perlindungan gajah di Jalan MH Thamrin Jakarta, Minggu (9/11/2014).
Lebih lanjut, karena ruang hidup yang semakin menyempit dan maraknya perburuan liar menjadikan populasi Gajah menurun drastis. Oleh karena itu, dibutuhkan langkah nyata untuk menyelamatkan satwa endemik Pulau Sumatera itu dari jurang kepunahan.
"Saat ini populasi gajah di alam liar seperti terjun bebas dan belum ada remnya hingga saat ini. Kita tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah dan LSM, perlu kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat untuk mendukung pelestarian gajah di alam liar," ungkapnya.
Sementara karya seni 20 seniman yang bertemakan "Eksis di Pemberitaan, Bukan di Hutan" Karya seniman Ginda Buana yang menggambarkan nasib gajah sekarang ini mejeng di acara Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB).
Jejeran karya seni bertema Gajah itu adalah bagian dari kampanye nasional WWF Indonesia untuk perlindungan Gajah Sumatera. Melalui kampanye ini diharapkan membangkitkan kesadaran masyarakat akan nasib gajah yang populasinya masuk kategori kritis alias terancam punah.
Pantauan
Metrotvnews.com deretan karya seni yang tepat berada di depan Menara BCA Jalan MH Thamrin ini menarik perhatian warga yang melintas. Banyak diantaranya asyik borfoto dengan badut gajah WWF dan spanduk yang berisikan pesan tentang nasib gajah yang terancam punah di alam liar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)