(Foto: Dok.Kemenkominfo)
(Foto: Dok.Kemenkominfo)

Hadapi Pandemi dengan Semangat Bersatu dan Gotong Royong

Advertorial • 09 Juli 2021 10:40
Jakarta: Masyarakat Indonesia telah lama menerapkan prinsip gotong royong. Bahkan, pada situasi sulit di tengah pandemi covid-19 masyarakat tetap bergotong-royong saling membantu dan saling menguatkan.
 
Wabah virus covid-19 mulai menyerang Indonesia pada Maret 2020. Saat itu, masker menjadi barang langka. Hal ini menyebabkan harga masker melonjak tinggi di pasaran.
 
Di tengah kelangkaan masker, Nurhayati, seorang perempuan dari Desa Sungai Diri, Bengkayang, Kalimantan Barat, bertekad membuat masker kain non-medis untuk dibagikan secara gratis kepada petugas dan masyarakat.
 
Kesulitan pertama adalah ia lekas kehabisan bahan kain. Ternyata tingkat produktivitasnya tidak sesuai bayangan semula. Targetnya tak main-main, 10 ribu unit masker. Padahal niat awal Nurhayati hanya ingin mengurangi beban petugas dan masyarakat yang berjuang sendiri dengan cara menyediakan masker buatan tangannya.
 
Gayung pun bersambut. Masalah itu cair seiring bantuan yang berdatangan dari para tetangga. Mereka membantu dengan mesin jahit sendiri-sendiri secara sukarela. Gotong royong itu pun viral hingga semakin banyak pihak yang bersimpati. Dukungan meluas hingga berlimpah bantuan bahan baku berupa kain, benang, dan juga uang tunai kepada Nurhayati dan para sukarelawan.
 
Sikap serupa juga ditunjukkan oleh ARMY Indonesia, sebutan bagi penggemar boyband BTS di Tanah Air. Kehebohan antrean pemesanan BTS Meal dari salah satu gerai resto siap saji itu mencuri perhatian publik.
 
BTS Meal hanya bisa dipesan secara online. Permintaan yang membeludak tidak diimbangi jumlah produksi yang tersedia. Hal ini menyebabkan ribuan mitra pengemudi ojek online menunggu pesanan berjam-jam dan menimbulkan kerumunan.
 
Khawatir menimbulkan kluster baru penularan covid-19, aparat keamanan langsung membubarkan kerumunan tersebut dan meminta pihak resto untuk menunda peluncuran BTS Meal. Upaya ini membuat pihak resto membatalkan setiap pesanan.
 
Salah satu pengemudi ojek online, Bagyo, mengaku hanya bisa pasrah ketika antrean dibubarkan dan sebagian pesanan dibatalkan. Dia mengambil risiko masuk dalam antrean demi menafkahi keluarga, meskipun sadar berada di kerumunan sangat rawan menularkan virus covid-19.
 
Melihat hal ini, BTS ARMY Indonesia tersentuh. Membalas kegigihan para pengemudi ojek online, mereka menggalang dana melalui platform donasi online. Simpati dan dukungan berdatangan pula dari masyarakat luas hingga terkumpul sekitar Rp262 juta.
 
Dana disalurkan secara merata kepada pengemudi melalui sistem internal platform pemesanan ojol itu. Balas jasa tak berhenti pada donasi uang. Masyarakat tergerak untuk berbuat lebih bagi para mitra pengemudi ojek online. Paket makanan, sembako, hingga layanan tes antigen gratis bagi pengemudi ojek online disediakan.
 
Nampaknya kebaikan-kebaikan bersama semacam itu terus bergulir di tengah pandemi. Selain menunjukkan karakter gotong royong tidak pernah padam, kedua contoh kasus tersebut juga bisa dibilang sebagai buah dari upaya implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan.
 
 

Pancasila, Jati Diri Bangsa


 
Aksi gotong royong kebaikan seperti pada dua kisah di atas merupakan buah dari upaya internalisasi nilai-nilai kebangsaan dan kenegaraan selama puluhan tahun, yaitu Pancasila.
 
Perjalanan Pancasila dapat ditelusuri jejaknya dari peristiwa pengasingan, oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda terhadap Koesno Sosrodiharjo atau lebih dikenal sebagai Soekarno. Ia diasingkan di Pulau Ende selama kurun waktu tahun 1934-1938. Selama di pengasingan itu Soekarno atau Bung Karno mengumpulkan dan merumuskan nilai-nilai kebangsaan yang kelak mempersatukan seluruh rakyat Indonesia ke dalam sebuah pedoman, yaitu Pancasila.
 
Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri atas dua suku kata, yakni Panca artinya lima dan sila artinya dasar. Pancasila dimaknai oleh Sang Proklamator sebagai lima pedoman hidup berbangsa dan bernegara di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 
Gagasan kemerdekaan tidak serta merta diwujudkan semudah membalik telapak tangan. Bung Karno menyadari bahwa bangsa ini harus bersatu. Ia membutuhkan sesuatu yang dapat
menyatukan jutaan orang dari berbagai suku, etnis, budaya, agama, politik, dan lain sebagainya.
 
Perilaku sehari-hari masyarakat di berbagai daerah dirumuskan Bung Karno menjadi pedoman hidup berbangsa dan bernegara yang akhirnya menyatukan orang-orang sebagai bangsa.
 
Pedoman itu diungkapkannya dalam pidatonya pada sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan tanggal 1 Juni 1945. Bung Karno mencetuskan rumusan dasar negara dalam lima butir gagasan, yaitu kebangsaan, internasionalisme dan kemanusiaan, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial, dan ketuhanan yang maha esa. Ia menyebut lima butir gagasan itu sebagai Pancasila.
 
 

Bersatu Hadapi Pandemi

 

Pada situasi pandemi ini, karakter gotong royong perlu kembali diperkuat. Sebab, agar menang menghadapi pandemi ini tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak saja. Tidak bisa hanya dari pemerintah saja, relawan, dan tenaga kesehatan. Peran masyarakat juga tidak kalah pentingnya.
 
Dimulai dari patuh terhadap protokol kesehatan. Penerapan 3M mutlak diperlukan, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Begitu juga pelaksanaan 3T, yaitu pemeriksaan dini (testing), pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment).
 
Demikian juga dengan vaksinasi. Vaksinasi sebagai intervensi kesehatan diupayakan untuk mempercepat pengendalian demi mencapai kekebalan kelompok dengan target sasaran 181,5 juta penduduk Indonesia.
 
Dengan kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat dalam menerapkan 3M, 3T, dan vaksinasi diharapkan gelombang serangan covid-19 dapat segera diatasi.
 
Jika kerja sama ini dapat disiplin dijalankan, bukan tidak mungkin pandemi akan segera kita kalahkan. Menjalani interaksi antarsesama tanpa sekatan bukan menjadi impian lagi. Untuk itu, Presiden Joko Widodo mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk bersatu melawan pandemi covid-19.
 
Pemerintah pun tak tinggal diam melakukan berbagai upaya pemulihan ekonomi nasional akibat terdampak pandemi covid-19. Pemerintah mencatat realisasi anggaran tersebut sebesar Rp 252 triliun hingga Semester I-2021. Penyerapan terbesar diperuntukkan bagi program-program perlindungan sosial, dukungan UMKM dan koperasi, kesehatan, insentif usaha, dan berbagai program prioritas lainnya.
 
Pasca pemberlakuan PPKM Darurat, pemerintah merealokasi anggaran penanganan covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional pada sektor kesehatan, perlindungan sosial, dan insentif usaha.(*)
 
*Advertorial Direktorat Informasi dan Komunikasi Politik Hukum dan Keamanan (Ditjen IKP) Kemkominfo
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)


BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan