Jakarta: Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mengungkapkan tempat pengungsian saat bencana dapat menjadi lokasi penyebaran virus korona. Pasalnya, pengungsi cenderung berada dalam jarak berdekatan karena tempat yang terbatas.
"Ancaman ini menjadi beban ganda di mana umumnya di pengungsian akan meningkat penyakit-penyakit umum lain, seperti gangguan pencernaan, diare, atau stres," kata juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam telekonferensi, Selasa, 19 Januari 2021.
Menurut dia, kondisi ini menjadi tantangan dalam evakuasi korban bencana karena pandemi memaksa warga menjaga jarak. Sejauh ini, Satgas berusaha responsif dengan melaksanakan tes swab antigen massal, salah satunya pada korban gempa di Majene, Sulawesi Barat.
"Nantinya pengungsi yang reaktif akan dirujuk ke dinas kesehatan setempat untuk penanganan lebih lanjut," ungkap Wiku.
Wiku meminta ada pemisahan lokasi pengungsian antara kelompok rentan, yakni lansia dan penderita komorbid, dan kelompok muda demi mencegah penularan. Kondisi pasien covid-19 yang menjadi korban bencana juga perlu dievaluasi untuk dirujuk ke rumah sakit terdekat.
Baca: 154 Bencana Terjadi Sepanjang Januari 2021
"Perlu juga dilakukan disinfeksi rutin sebelum terjadi bencana dan menyiapkan lokasi pengungsian dengan memastikan ketersediaan sarana kebersihan seperti air bersih, peralatan cuci tangan, sabun atau hand sanitizer," jelas Wiku.
Cadangan alat pelindung diri (APD) dan termometer wajib disiapkan sebagai bagian dari peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). Masyarakat juga didorong tetap menjaga jarak, menggunakan masker, menjaga kebersihan diri dan sekitar saat evakuasi.
"Dan paling penting, melakukan evakuasi berdasarkan penggolongan orang terdampak covid-19. Sebaiknya pasien covid-19 tidak dirawat di daerah dengan risiko bencana tinggi agar tidak perlu dilakukan mobilisasi pasien pada saat bencana terjadi," ungkap Wiku.
Wiku meminta pemerintah daerah (pemda) menyiapkan protokol evakuasi khusus untuk pasien dan pekerja medis. Pemda juga harus memiliki data lokasi-lokasi kasus positif pada area terdampak bencana.
"Selanjutnya memberi tanda khusus bagi kasus positif dan tidak saat evakuasi, serta memberikan pita dengan warna khusus di tangan, masker dengan tanda khusus atau tanda lain. Perlu dipertimbangkan juga rencana jalur evakuasi dan rencana pengungsian di mana kasus positif dan warga yang sehat terpisah dengan dibarengi sosialisasi yang masif sebelum pelaksanaan evakuasi," jelas Wiku.
Menurut Wiku, daerah yang berada di zonasi merah dan kuning harus punya persiapan lebih. Hal ini mengingat laju penularan yang tinggi, sedangkan pengungsian menjadi lokasi yang riskan terjadi penularan covid-19.
"Kami berharap pemda didukung pemerintah pusat dapat mengambil langkah-langkah untuk mencegah covid-19 di tempat pengungsian," ungkap Wiku.
Jakarta: Satuan Tugas (
Satgas) Penanganan
Covid-19 mengungkapkan tempat pengungsian saat
bencana dapat menjadi lokasi penyebaran virus korona. Pasalnya, pengungsi cenderung berada dalam jarak berdekatan karena tempat yang terbatas.
"Ancaman ini menjadi beban ganda di mana umumnya di pengungsian akan meningkat penyakit-penyakit umum lain, seperti gangguan pencernaan, diare, atau stres," kata juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam telekonferensi, Selasa, 19 Januari 2021.
Menurut dia, kondisi ini menjadi tantangan dalam evakuasi korban bencana karena pandemi memaksa warga menjaga jarak. Sejauh ini, Satgas berusaha responsif dengan melaksanakan tes
swab antigen massal, salah satunya pada korban gempa di Majene, Sulawesi Barat.
"Nantinya pengungsi yang reaktif akan dirujuk ke dinas kesehatan setempat untuk penanganan lebih lanjut," ungkap Wiku.
Wiku meminta ada pemisahan lokasi pengungsian antara kelompok rentan, yakni lansia dan penderita komorbid, dan kelompok muda demi mencegah penularan. Kondisi pasien covid-19 yang menjadi korban bencana juga perlu dievaluasi untuk dirujuk ke rumah sakit terdekat.
Baca:
154 Bencana Terjadi Sepanjang Januari 2021
"Perlu juga dilakukan disinfeksi rutin sebelum terjadi bencana dan menyiapkan lokasi pengungsian dengan memastikan ketersediaan sarana kebersihan seperti air bersih, peralatan cuci tangan, sabun atau
hand sanitizer," jelas Wiku.
Cadangan alat pelindung diri (APD) dan termometer wajib disiapkan sebagai bagian dari peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). Masyarakat juga didorong tetap menjaga jarak, menggunakan masker, menjaga kebersihan diri dan sekitar saat evakuasi.
"Dan paling penting, melakukan evakuasi berdasarkan penggolongan orang terdampak covid-19. Sebaiknya pasien covid-19 tidak dirawat di daerah dengan risiko bencana tinggi agar tidak perlu dilakukan mobilisasi pasien pada saat bencana terjadi," ungkap Wiku.
Wiku meminta pemerintah daerah (pemda) menyiapkan protokol evakuasi khusus untuk pasien dan pekerja medis. Pemda juga harus memiliki data lokasi-lokasi kasus positif pada area terdampak bencana.
"Selanjutnya memberi tanda khusus bagi kasus positif dan tidak saat evakuasi, serta memberikan pita dengan warna khusus di tangan, masker dengan tanda khusus atau tanda lain. Perlu dipertimbangkan juga rencana jalur evakuasi dan rencana pengungsian di mana kasus positif dan warga yang sehat terpisah dengan dibarengi sosialisasi yang masif sebelum pelaksanaan evakuasi," jelas Wiku.
Menurut Wiku, daerah yang berada di zonasi merah dan kuning harus punya persiapan lebih. Hal ini mengingat laju penularan yang tinggi, sedangkan pengungsian menjadi lokasi yang riskan terjadi penularan covid-19.
"Kami berharap pemda didukung pemerintah pusat dapat mengambil langkah-langkah untuk mencegah covid-19 di tempat pengungsian," ungkap Wiku.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)