Jakarta: Penderita orang dengan HIV (ODHIV) diminta bergabung ke dalam semua komunitas. Hal itu dinilai perlu dilakukan agar mereka bisa mendapat pengobatan secara rutin secara medis.
“Tak bisa hanya sendirian bertumpu pada kelompok tertentu. Peran komunitas itu, (mereka) bisa lebih menjangkau ODHIV,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu 29 November 2023.
Imran mengatakan fasilitas kesehatan (faskes) dan tenaga kesehatan (nakes) memiliki keterbatasan untuk menjangkau mereka satu persatu secara langsung. Namun, komunitas bisa merangkul para ODHIV jika memang berkendala untuk menjalani pengobatan.
“Dari teman-teman komunitas bisa menjangkau, bisa temani waktu down, depresi. Karena mereka pernah berada di dalam titik itu. Kalau nakes hanya bisa ngomong, tidak bisa merasakan (apa yang dirasakan ODHIV),” ungkap dia.
Perlu diketahui, per tahun 2022, ada sebanyak 630.000 orang meninggal dunia akibat AIDS. Sebanyak 26.000 di antaranya berada di Indonesia.
Selain itu, penurunan infeksi HIV baru sebesar 38 persen sejak tahun 2010. Untuk menekan pertumbuhan virus di dalam tubuh penderita, mereka harus mengonsumsi pengobatan antri retroviral (ARV) secara rutin. Sayangnya, setiap 1 dari 4 ODHIV tidak memiliki akses ke ARV.
Direktur Utama Program Gabungan PBB untuk HIV/AIDS (UNAIDS) Tina Boonto mengatakan ada jarak yang lebih besar di Indonesia. Yakni, sebanyak 2 dari 3 ODHIV tak memiliki akses ke ARV.
Maka, komunitas memiliki peran penting bagi ODHIV. Mulai dari pengobatan, hingga pemenuhan hak-hak dasar sebagai manusia.
Jakarta: Penderita orang dengan
HIV (ODHIV) diminta bergabung ke dalam semua komunitas. Hal itu dinilai perlu dilakukan agar mereka bisa mendapat pengobatan secara rutin secara medis.
“Tak bisa hanya sendirian bertumpu pada kelompok tertentu. Peran komunitas itu, (mereka) bisa lebih menjangkau ODHIV,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (
Kemenkes) Imran Pambudi dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu 29 November 2023.
Imran mengatakan fasilitas kesehatan (faskes) dan tenaga kesehatan (nakes) memiliki keterbatasan untuk menjangkau mereka satu persatu secara langsung. Namun, komunitas bisa merangkul para ODHIV jika memang berkendala untuk menjalani pengobatan.
“Dari teman-teman komunitas bisa menjangkau, bisa temani waktu down, depresi. Karena mereka pernah berada di dalam titik itu. Kalau nakes hanya bisa ngomong, tidak bisa merasakan (apa yang dirasakan ODHIV),” ungkap dia.
Perlu diketahui, per tahun 2022, ada sebanyak 630.000 orang meninggal dunia akibat
AIDS. Sebanyak 26.000 di antaranya berada di Indonesia.
Selain itu, penurunan infeksi HIV baru sebesar 38 persen sejak tahun 2010. Untuk menekan pertumbuhan virus di dalam tubuh penderita, mereka harus mengonsumsi pengobatan antri retroviral (ARV) secara rutin. Sayangnya, setiap 1 dari 4 ODHIV tidak memiliki akses ke ARV.
Direktur Utama Program Gabungan PBB untuk HIV/AIDS (UNAIDS) Tina Boonto mengatakan ada jarak yang lebih besar di Indonesia. Yakni, sebanyak 2 dari 3 ODHIV tak memiliki akses ke ARV.
Maka, komunitas memiliki peran penting bagi ODHIV. Mulai dari pengobatan, hingga pemenuhan hak-hak dasar sebagai manusia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABK)