medcom.id, Jakarta: Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI), Fraksi PDIP, Nursuhud mengatakan Komisi IX telah membentuk panitia kerja (Panja) pengawasan peredaran obat dan vaksin palsu. Panja yang akan mulai aktif minggu depan ini akan memanggil para korban vaksin palsu.
Nursuhud mengungkapkan setelah panja benar-benar berjalan, orang yang pertama dipanggil dalam panja tersebut adalah para korban vaksin palsu. Mereka akan memberikan penjelasannya di depan panja.
"Saya akan mengusulkan pihak korban yang dipanggil pertama," kata Nursuhud dalam sebuah diskusi di Kawasan Kuningan, Jakarta, Minggu (24/7/2016).
Nursuhud juga menuturkan, yang sudah dilakukan panja adalah mengumpulkan berbagai macam data untuk memperkuat pembahasan dalam panja. Data tersebut juga akan menjadi pegangan panja agar tak termakan isu-isu yang banyak muncul dipermukaan.
"Saya sudah keliling lapangan untuk memperkuat data agar didalam panja agar mendapatkan data akurat dan tidak semata-mata karena isu-isu permukaan," ujar dia.
Dalam data tersebut disebutkannya, sudah banyak temuan-temuan. Pertama, jumlah vaksin palsu yang tersebar saat ini jumlahnya sangat banyak dan berbeda dengan yang dirilis Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Kedua, akibat adanya pemberitaan dan isu vaksin palsu ini, bukan hanya membuat panik orangtua, tapi akibat vaksin palsu ini membuat psikologis anak-anak terganggu.
"(Temuan) Sudah banyak. Jumlahnya lebih banyak dari yang disampaikan oleh menteri. Kedua, dampak terhadap vaksin palsu itu sudah terjadi. Kepanikan orang tua menjadikan penyebab psikologis anak terganggu, itu yang dianggap remeh oleh masyarakat," ungkap dia.
medcom.id, Jakarta: Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI), Fraksi PDIP, Nursuhud mengatakan Komisi IX telah membentuk panitia kerja (Panja) pengawasan peredaran obat dan vaksin palsu. Panja yang akan mulai aktif minggu depan ini akan memanggil para korban vaksin palsu.
Nursuhud mengungkapkan setelah panja benar-benar berjalan, orang yang pertama dipanggil dalam panja tersebut adalah para korban vaksin palsu. Mereka akan memberikan penjelasannya di depan panja.
"Saya akan mengusulkan pihak korban yang dipanggil pertama," kata Nursuhud dalam sebuah diskusi di Kawasan Kuningan, Jakarta, Minggu (24/7/2016).
Nursuhud juga menuturkan, yang sudah dilakukan panja adalah mengumpulkan berbagai macam data untuk memperkuat pembahasan dalam panja. Data tersebut juga akan menjadi pegangan panja agar tak termakan isu-isu yang banyak muncul dipermukaan.
"Saya sudah keliling lapangan untuk memperkuat data agar didalam panja agar mendapatkan data akurat dan tidak semata-mata karena isu-isu permukaan," ujar dia.
Dalam data tersebut disebutkannya, sudah banyak temuan-temuan. Pertama, jumlah vaksin palsu yang tersebar saat ini jumlahnya sangat banyak dan berbeda dengan yang dirilis Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Kedua, akibat adanya pemberitaan dan isu vaksin palsu ini, bukan hanya membuat panik orangtua, tapi akibat vaksin palsu ini membuat psikologis anak-anak terganggu.
"(Temuan) Sudah banyak. Jumlahnya lebih banyak dari yang disampaikan oleh menteri. Kedua, dampak terhadap vaksin palsu itu sudah terjadi. Kepanikan orang tua menjadikan penyebab psikologis anak terganggu, itu yang dianggap remeh oleh masyarakat," ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)