Jakarta: Perkembangan era digital membawa disrupsi ke berbagai sektor kehidupan masyarakat. Salah satunya media massa yang harus 'mendigitalisasi diri' agar bisa mengikuti kebutuhan masyarakat.
Head of New Media Research Center Akademi Televisi Indonesia (ATVI) Agus Sudibyo menyebut disrupsi jurnalisme media massa ini salah satunya dibawa platform digital global. Contohnya, Google dan Facebook.
Agus menyebut media massa harus berhati-hati agar fungsi dan paradigma jurnalisme yang mereka miliki tak terpengaruh kepentingan bisnis platform global.
"Karena perlu diingat, walaupun mereka (platform global) memberikan kontribusi untuk engangement dengan pembaca (media massa), kepentingan mereka pada dasarnya adalah bisnis," kata Agus dalam rangkain Ujian Kompetensi Wartawan yang digelar Lembaga Uji Kompentensi Media Indonesia, Jakarta, Kamis, 22 Desember 2022.
Agus menyebut hubungan media massa dan platform global. Terutama platform raksasa, seperti Google dan Facebook, yang bak frienemy (friend-enemy). Media massa dan platform global bak musuh sekaligus teman.
Platform global tersebut bisa membantu media massa meningkatkan engagement (keikutsertaan) pembaca. Apalagi data Statcounter mencatat Google menguasai dunia maya dengan penguasaan 92,24% porsi pasar search engine global.
Di sisi lain, keduanya saling berebut pemasukan iklan hingga berburu leverage (daya pengaruh). "Karena ‘coopetation’, cooperation-competition (kerja sama-kompetisi), antara media massa dan platform global ini membuat media massa tidak boleh tergantung kepada mereka," tegas Agus.
Agus menyebut media massa digital tak boleh tergantung kepada adsense dari platform global, terpengaruh gaya sosial media, hingga 'menghamba' kepada jumlah klik. Media massa bakal tak bisa bertahan lama.
Apalagi, dia melihat media massa justru meninggalkan fungsi jurnalisme karena mengikuti arus algoritma yang disusun platform global tersebut. "Yang bisa bertahan lama (di era digital) adalah media massa yang menjaga konten sesuai kaidah jurnalistik. Karena itulah keunggulan komparatif media massa dari media sosial," terang Agus.
Jakarta: Perkembangan era digital membawa disrupsi ke berbagai sektor kehidupan masyarakat. Salah satunya media massa yang harus '
mendigitalisasi diri' agar bisa mengikuti kebutuhan masyarakat.
Head of New Media Research Center Akademi Televisi Indonesia (ATVI) Agus Sudibyo menyebut disrupsi jurnalisme media massa ini salah satunya dibawa platform digital global. Contohnya, Google dan Facebook.
Agus menyebut media massa harus berhati-hati agar fungsi dan paradigma jurnalisme yang mereka miliki tak terpengaruh kepentingan bisnis platform global.
"Karena perlu diingat, walaupun mereka (platform global) memberikan kontribusi untuk
engangement dengan pembaca (media massa), kepentingan mereka pada dasarnya adalah bisnis," kata Agus dalam rangkain Ujian Kompetensi Wartawan yang digelar Lembaga Uji Kompentensi Media Indonesia, Jakarta, Kamis, 22 Desember 2022.
Agus menyebut hubungan media massa dan platform global. Terutama platform raksasa, seperti Google dan Facebook, yang bak
frienemy (friend-enemy). Media massa dan platform global bak musuh sekaligus teman.
Platform global tersebut bisa membantu media massa meningkatkan
engagement (keikutsertaan) pembaca. Apalagi data Statcounter mencatat Google menguasai dunia maya dengan penguasaan 92,24% porsi pasar search engine global.
Di sisi lain, keduanya saling berebut pemasukan iklan hingga berburu
leverage (daya pengaruh). "Karena ‘
coopetation’,
cooperation-competition (kerja sama-kompetisi), antara media massa dan platform global ini membuat media massa tidak boleh tergantung kepada mereka," tegas Agus.
Agus menyebut media massa
digital tak boleh tergantung kepada
adsense dari platform global, terpengaruh gaya sosial media, hingga 'menghamba' kepada jumlah klik. Media massa bakal tak bisa bertahan lama.
Apalagi, dia melihat media massa justru meninggalkan fungsi jurnalisme karena mengikuti arus algoritma yang disusun platform global tersebut. "Yang bisa bertahan lama (di era digital) adalah media massa yang menjaga konten sesuai kaidah jurnalistik. Karena itulah keunggulan komparatif media massa dari media sosial," terang Agus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)