medcom.id, Jakarta: Sunu Widyatmoko, Presiden Direktur PT Indonesia AirAsia enggan berkomentar soal kabar mantan pilot AirAsia bergabung ke ISIS. Sunu mengaku, hal itu bukan urusannya.
"Saya enggak mau berkomentar," kata Sunu saat dikonfirmasi Metrotvnews.com, Kamis (9/7/2015).
Sunu menyebut, pilot tersebut bukan lagi karyawan AirAsia. Lantaran itu, dia tak mau ikut berkomentar terkait polemik tersebut.
"Sudah bukan urusan kami," tegas Sunu.
The Intercept pada 8 Juli 2015 merilis dokumen yang berjudul "Identification of Indonesian pilots with possible extremist persuasions" atau berarti "Dua pilot Indonesia teridentifikasi dengan kemungkinan terlibat ekstremisme".
"Kedua pilot sepertinya terpengaruh dengan elemen pro ISIS, termasuk propaganda ekstremis secara online yang disebarkan oleh kelompok radikal. Mereka juga diperkirakan terpengaruh oleh warga Indonesia yang sudah berada di Suriah atau Irak," tulis The Intercept, berdasarkan dokumen itu.
"Pilot, awak kabin dan lainnya yang memiliki akses dalam lingkungan industri penerbangan jelas bisa menimbulkan ancaman bahaya bisa mereka berubah radikal. Akses dan pengetahuan mereka akan keamanan dan keselamatan, menunjukkan kemampuan melakukan serangan," isi dari peringatan dokumen milik Australian Federal Police.
Sementara Ridwan yang diyakini sudah berada di Suriah, keberadaan dari istrinya Diah Suci Wulandari hingga saat ini masih belum diketahui. Diah diketahui juga sebagai karyawan AirAsia dan sempat memposting dukungan untuk ISIS.
Pilot kedua yang diketahui juga bergabung bersama ISIS adalah Tommy Hendratno. Namanya saat ini sudah berubah menjadi Abu Alfatih Hendratno.
Tommy dikenal sebagai mantan pilot militer yang dilatih di Paris dan bekerja untuk sebuah sekolah penerbangan lokal. Berita terakhir Tommy menjadi pilot perusahaan penerbangan carter Premiair.
medcom.id, Jakarta: Sunu Widyatmoko, Presiden Direktur PT Indonesia AirAsia enggan berkomentar soal kabar mantan pilot AirAsia bergabung ke ISIS. Sunu mengaku, hal itu bukan urusannya.
"Saya enggak mau berkomentar," kata Sunu saat dikonfirmasi
Metrotvnews.com, Kamis (9/7/2015).
Sunu menyebut, pilot tersebut bukan lagi karyawan AirAsia. Lantaran itu, dia tak mau ikut berkomentar terkait polemik tersebut.
"Sudah bukan urusan kami," tegas Sunu.
The Intercept pada 8 Juli 2015 merilis dokumen yang berjudul "
Identification of Indonesian pilots with possible extremist persuasions" atau berarti "Dua pilot Indonesia teridentifikasi dengan kemungkinan terlibat ekstremisme".
"Kedua pilot sepertinya terpengaruh dengan elemen pro ISIS, termasuk propaganda ekstremis secara online yang disebarkan oleh kelompok radikal. Mereka juga diperkirakan terpengaruh oleh warga Indonesia yang sudah berada di Suriah atau Irak," tulis
The Intercept, berdasarkan dokumen itu.
"Pilot, awak kabin dan lainnya yang memiliki akses dalam lingkungan industri penerbangan jelas bisa menimbulkan ancaman bahaya bisa mereka berubah radikal. Akses dan pengetahuan mereka akan keamanan dan keselamatan, menunjukkan kemampuan melakukan serangan," isi dari peringatan dokumen milik
Australian Federal Police.
Sementara Ridwan yang diyakini sudah berada di Suriah, keberadaan dari istrinya Diah Suci Wulandari hingga saat ini masih belum diketahui. Diah diketahui juga sebagai karyawan AirAsia dan sempat memposting dukungan untuk ISIS.
Pilot kedua yang diketahui juga bergabung bersama ISIS adalah Tommy Hendratno. Namanya saat ini sudah berubah menjadi Abu Alfatih Hendratno.
Tommy dikenal sebagai mantan pilot militer yang dilatih di Paris dan bekerja untuk sebuah sekolah penerbangan lokal. Berita terakhir Tommy menjadi pilot perusahaan penerbangan carter Premiair.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TII)