Jakarta: Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menggelar Pertemuan Koordinasi dan Penyusunan Rencana Kerja Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Berpotensi Pandemi. Pertemuan itu dilakukan guna meningkatkan koordinasi pencegahan wabah yang berjangkit serempak.
Dalam sambutannya, Deputi Peningkatan Kesehatan Kemenko PMK Sigit Priohutomo menekankan koordinasi lintas sektoral untuk mengantisipasi ancaman pandemi. Menurutnya, kesiap-siagaan perlu ditingkatkan agar terbebas dari efek negatif penyebaran wabah.
"Langkah ini dilakukan untuk melindungi hilangnya potensi sumber daya manusia dan dampak-dampak lain yang ditimbulkan hingga meliputi aspek ekonomi dan ketahanan negara," katanya di Ruangan Heritage Kantor Kemenko PMK di Jalan Merdeka Barat, Jakarta, Rabu 5 September 2018.
Karenanya Kemenko PMK menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk memperkuat langkah pencegahan, pendeteksian, hingga merespon potensi pandemi. "Ancaman wabah harus dihadapi bersama-sama. Tidak bisa hanya mengandalkan satu sektoral saja," ungkap dia.
Sigit menyebutkan, tingkat penyebaran flu burung hingga saat ini terus berkurang seiring dengan langkah antisipasi dan pencegahan yang dilakukan pemerintah.
"Di 2017 dan 2018 ini, kalau satu atau dua kayak bawaan lahir atau sesional tertentu, misalnya musim hujan, dan perubahan musim bisa terjadi tapi tidak jadi flare yang merugikan perekonomian, karena ini bisa sangat terjadi," sebut dia.
Hal senada disampaikan oleh USAID Deputy Mission Director Ruan Washburn. Dia menilai, Indonesia telah membuat langkah yang luar biasa dalam mengembangkan sistem deteksi dini, mencegah dan merespon ancaman pandemi. Namun demikian, masih diperlukan komitmen lebih lanjut guna memastikan sistem tersebut dapat terus berjalan dengan baik.
“Untuk bisa secara bersama-sama menurunkan risiko maupun dampak yang bisa dihadapi Indonesia dari ancaman pandemi ini dibutuhkan koordinasi lintas sektoral dan perlu dukungan dari para pengambil keputusan. Mari kita duduk bersama-sama untuk menyusun rencana kerja yang sejalan dengan sasaran pembangunan pemerintah Indonesia," kata Washburn.
Seperti diketahui, Indonesia merupakan salah satu hotspot munculnya penyakit infeksi baru di Asia. Pada umumnya, penyakit infeksi baru bersumber dari satwa liar dan hewan ternak.
Salah satu pandemi yang cukup menggegerkan yaitu virus flu burung. Selama 11 tahun terakhir, penyakit yang ditularkan oleh unggas itu menelan korban 168 jiwa manusia dan berdampak buruk terhadap perekonomian. Namun Indonesia berhasil terbebas dari serangan penyakit tersebut.
Pertemuan ini dihadiri oleh berbagai Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah. Hadir pula perwakilan World Health Organization (WHO), Food and Agriculture Organization (FAO), USAID, DFAT-Australia.
Jakarta: Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menggelar Pertemuan Koordinasi dan Penyusunan Rencana Kerja Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Berpotensi Pandemi. Pertemuan itu dilakukan guna meningkatkan koordinasi pencegahan wabah yang berjangkit serempak.
Dalam sambutannya, Deputi Peningkatan Kesehatan Kemenko PMK Sigit Priohutomo menekankan koordinasi lintas sektoral untuk mengantisipasi ancaman pandemi. Menurutnya, kesiap-siagaan perlu ditingkatkan agar terbebas dari efek negatif penyebaran wabah.
"Langkah ini dilakukan untuk melindungi hilangnya potensi sumber daya manusia dan dampak-dampak lain yang ditimbulkan hingga meliputi aspek ekonomi dan ketahanan negara," katanya di Ruangan Heritage Kantor Kemenko PMK di Jalan Merdeka Barat, Jakarta, Rabu 5 September 2018.
Karenanya Kemenko PMK menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk memperkuat langkah pencegahan, pendeteksian, hingga merespon potensi pandemi. "Ancaman wabah harus dihadapi bersama-sama. Tidak bisa hanya mengandalkan satu sektoral saja," ungkap dia.
Sigit menyebutkan, tingkat penyebaran flu burung hingga saat ini terus berkurang seiring dengan langkah antisipasi dan pencegahan yang dilakukan pemerintah.
"Di 2017 dan 2018 ini, kalau satu atau dua kayak bawaan lahir atau sesional tertentu, misalnya musim hujan, dan perubahan musim bisa terjadi tapi tidak jadi flare yang merugikan perekonomian, karena ini bisa sangat terjadi," sebut dia.
Hal senada disampaikan oleh USAID Deputy Mission Director Ruan Washburn. Dia menilai, Indonesia telah membuat langkah yang luar biasa dalam mengembangkan sistem deteksi dini, mencegah dan merespon ancaman pandemi. Namun demikian, masih diperlukan komitmen lebih lanjut guna memastikan sistem tersebut dapat terus berjalan dengan baik.
“Untuk bisa secara bersama-sama menurunkan risiko maupun dampak yang bisa dihadapi Indonesia dari ancaman pandemi ini dibutuhkan koordinasi lintas sektoral dan perlu dukungan dari para pengambil keputusan. Mari kita duduk bersama-sama untuk menyusun rencana kerja yang sejalan dengan sasaran pembangunan pemerintah Indonesia," kata Washburn.
Seperti diketahui, Indonesia merupakan salah satu hotspot munculnya penyakit infeksi baru di Asia. Pada umumnya, penyakit infeksi baru bersumber dari satwa liar dan hewan ternak.
Salah satu pandemi yang cukup menggegerkan yaitu virus flu burung. Selama 11 tahun terakhir, penyakit yang ditularkan oleh unggas itu menelan korban 168 jiwa manusia dan berdampak buruk terhadap perekonomian. Namun Indonesia berhasil terbebas dari serangan penyakit tersebut.
Pertemuan ini dihadiri oleh berbagai Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah. Hadir pula perwakilan World Health Organization (WHO), Food and Agriculture Organization (FAO), USAID, DFAT-Australia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(Des)