Jakarta: Hasil survei Wahid Institute menunjukkan tren sikap intoleransi di Indonesia cenderung meningkat dari 46 persen menjadi 54 persen. Direktur Jaringan Gusdurian Alissa Wahid mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan fenomena tersebut.
"Pertama, berkembangnya paham keagamaan yang agak jauh dengan kecintaan Indonesia. Yang merasa bahwa ketika saya semakin alim beragama itu tidak boleh ber pancasila," ucap Alissa dalam Editorial MI Metro TV, Jumat, 29 Oktober 2021.
Selain itu, intoleransi ini juga disebabkan oleh efek desentralisasi. Ia menyebut pemilihan kepala daerah secara langsung membuat pemerintah daerah dan warganya hanya melihat dari sudut pandang mayoritas yang sempit.
"Ada yang menarik, ketika ada satu daerah yang mayoritas muslim, lalu menolak pendirian gereja. Sebaliknya ada juga yang daerah mayoritas kristen menolak pendirian masjid. Nah, kalau kita lihat disini, Pemda hanya melihat dari kacamata daerahnya saja," jelas dia.
Terakhir, menurut Alissa, intoleransi juga menjamur akibat adanya kepentingan politik yang dibungkus dalam urusan keagamaan. Hal ini menimbulkan polarisasi kuat dan gesekan antar umat beragama. (Mentari Puspadini)
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id