Jakarta: Komite Nasional Keselamatan Konstruksi (KNKK) belum bisa menyimpulkan penyebab longsornya underpass Jalan Perimeter Selatan, Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Insiden ini diduga karena faktor teknis, bukan dampak gempa bumi.
"Gempa kok disalahkan. Mestinya kalau gempa bangunan-bangunan lain juga sama. Kita masih collecting data-data," kata Iwan Zakarsih Anggota Sub Komite KNKK Bidang Jalan dan Jembatan saat ditemui Medcom.id di kantornya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa, 6 Februari 2018.
Saat ini KNKK masih mengumpulkan data-data di lapangan, terkait insiden ini. "Semakin tinggi temboknya tekanan tanahnya semakin tinggi. Ada kooefesien tekanan tanah aktif," jelas Iwan.
Baca: Underpass Soetta Kembali Dibersihkan
Apalagi di musim penghujan saat ini, tekanan air menjadi lebih besar. Tekanan air yang besar diduga mendorong tembok tersebut hingga terjadi longsor. Pasalnya, daya tekanan air lebih besar dibandingkan daya tekanan tanah.
"Tetapi ingat tanah itu tekanannya sepertiga dari pada air. Berarti lebih tinggi air," ucap Iwan.
Untuk mengantisipasi hal serupa, ia menyarankan dibuatkan drainase di belakang tembok beton pembatas terowongan tersebut. Sehingga tekanan air jauh lebih berkurang. "Artinya air itu kita salurkan dan kelola biar tanah-tanah tidak menjadi jenuh," ujarnya.
Peristiwa longsor underpass Jalan Perimeter Selatan Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten terjadi pada Senin sore, 5 Februari 2018. Satu mobil tertimbun material longsor.
Akibat kejadian itu satu karyawan GMF AeroAsia, Dianti Diah Cahyani Putri meninggal saat menjalani perawatan di RS Mayapada. Dianti dan kawannya Mukhmainna terjebak di dalam mobil saat longsor terjadi.
Dianti yang duduk di bangku kemudi dievakuasi sekira pukul 03.15 WIB. Setelah menjalani perawatan, dia meninggal pada 06.47 WIB. Sementara Mukhmainna masih dalam perawatan di RS Siloam.
Jakarta: Komite Nasional Keselamatan Konstruksi (KNKK) belum bisa menyimpulkan penyebab longsornya underpass Jalan Perimeter Selatan, Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Insiden ini diduga karena faktor teknis, bukan dampak gempa bumi.
"Gempa kok disalahkan. Mestinya kalau gempa bangunan-bangunan lain juga sama. Kita masih collecting data-data," kata Iwan Zakarsih Anggota Sub Komite KNKK Bidang Jalan dan Jembatan saat ditemui
Medcom.id di kantornya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa, 6 Februari 2018.
Saat ini KNKK masih mengumpulkan data-data di lapangan, terkait insiden ini. "Semakin tinggi temboknya tekanan tanahnya semakin tinggi. Ada kooefesien tekanan tanah aktif," jelas Iwan.
Baca: Underpass Soetta Kembali Dibersihkan
Apalagi di musim penghujan saat ini, tekanan air menjadi lebih besar. Tekanan air yang besar diduga mendorong tembok tersebut hingga terjadi longsor. Pasalnya, daya tekanan air lebih besar dibandingkan daya tekanan tanah.
"Tetapi ingat tanah itu tekanannya sepertiga dari pada air. Berarti lebih tinggi air," ucap Iwan.
Untuk mengantisipasi hal serupa, ia menyarankan dibuatkan drainase di belakang tembok beton pembatas terowongan tersebut. Sehingga tekanan air jauh lebih berkurang. "Artinya air itu kita salurkan dan kelola biar tanah-tanah tidak menjadi jenuh," ujarnya.
Peristiwa longsor underpass Jalan Perimeter Selatan Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten terjadi pada Senin sore, 5 Februari 2018. Satu mobil tertimbun material longsor.
Akibat kejadian itu satu karyawan GMF AeroAsia, Dianti Diah Cahyani Putri meninggal saat menjalani perawatan di RS Mayapada. Dianti dan kawannya Mukhmainna terjebak di dalam mobil saat longsor terjadi.
Dianti yang duduk di bangku kemudi dievakuasi sekira pukul 03.15 WIB. Setelah menjalani perawatan, dia meninggal pada 06.47 WIB. Sementara Mukhmainna masih dalam perawatan di RS Siloam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)