Seorang ibu tengah menggunakan hak pilihnya sambil menggendong sang anak di sebuah TPS di Distrik Dhalai. -- Reuters/Jayanta Dey
Seorang ibu tengah menggunakan hak pilihnya sambil menggendong sang anak di sebuah TPS di Distrik Dhalai. -- Reuters/Jayanta Dey

Pemilu di India Tewaskan 12 Orang

Renatha Swasty • 13 April 2014 00:47
medcom.id, India: Pemilihan umum yang tengah berlangsung di India ternodai. Pemberontak Maoist menanam dua buah bom di negara bagian timur India, Chhattisgarh. Alhasil, 12 orang tewas.
 
"Bom pertama mengenai bus yang membawa petugas pemilihan umum di distrik Bijapur, menewaskan tujuh orang," ujar seorang polisi seperti dikutip dari BBC, Sabtu (12/4/2014).
 
Satu setengah jam kemudian, bom kedua meledak dan menewaskan lima polisi di dalam ambulance di distrik Bastar.

Petugas pemilu menyatakan bus di distrik Bijapur yang meledak, mengenai ranjau darat yang diletakkan pemberontak Maoist ketika tengah melintas antara Gudma dan Kota Kutru. Tidak hanya mengakibatkan korban tewas, empat terluka atas kejadian itu.
 
"Beberapa orang juga terluka dalam serangan terpisah di dalam sebuah ambulance yang berlangsung di Desa Kamanar" kata petugas itu.
 
Pemberontak Maoist diketahui sering melakukan serangan dalam beberapa dekade terakhir di India. Mereka mengkampanyekan agar rakyat miskin India bisa mendapatkan hasil sumber daya alam di India lebih banyak lagi.
 
India tengah melaksanakan pemilihan umum yang digadang-gadang sebagai pemilihan umum terbesar di dunia. Pemilihan umum tersebut dilaksanakan selama lima minggu ke depan dengan pemilih 814 juta orang.
 
Pada pemilihan umum itu, rakyat akan memilih Lok Sakbha atau majelis rendah parlemen yang beranggotakan 543 orang, dengan minimum partai pemenang harus mendapatkan 272 kursi. Partai Bharatiya Janata yang dipimpin oleh nasionalis Hindu, Narendra Modi diprediksi kuat akan memenangi pemilu itu.
 
Pemilu 2014 merupakan pesta demokrasi yang ditunggu-tunggu oleh berbagai kalangan di negara terluas ketujuh dunia itu. Pasalnya, partai kongres yang tengah memimpin selama sepuluh tahun dikecam akibat inflasi yang tinggi, pertumbuhan ekonomi yang lambat dan sejumlah skandal korupsi.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(BOB)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan