medcom.id: Masih ingatkah Anda bagaimana ngetrennya kaos tiga warna di Tanah Air pada 80-90an? Kala itu, kaos berwarna kuning, hijau, dan merah seakan mendominasi busana masyarakat, terlebih pada masa-masa pemilihan umum.
Tidak seperti sekarang dimana sudah muncul warna-warna lainnya seperti biru, putih, oranye, dan hitam, dulu hanya kaos tiga warna itu yang menjadi primadona masyarakat, khususnya di Jakarta. Ketiga warna tersebut merupakan cerminan dukungan masyarakat terhadap tiga partai utama kala itu yakni Golkar, Partai Demokrasi Indonesia, dan Partai Persatuan Pembangunan.
Kaos merah dikenakan mereka yang mendukung Partai Demokrasi Indonesia, cikal bakal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Kaos kuning dikenakan para pendukung Golongan Karya dan kaos hijau oleh Partai Persatuan Pembangunan.
Suasana Indonesia pada 1990-an itu kini seakan bisa disaksikan kembali di 'Negeri Gajah Putih'. Semenjak krisis politik mencuat beberapa tahun silam, menjadikan kaos warna sebagai kode dukungan pun marak dilakukan warga Thailand.
Di Bangkok saja, bila Anda berkesempatan berpelesiran ke sana pada tahun lalu, dapat melihat pemandangan serupa dimana banyak warga yang berkumpul dan berdemo mengenakan kaos satu warna, bisa merah, kuning, ataupun putih. Kala itu, para kaos merah terdiri dari golongan kelas bawah, petani, dan buruh, sedangkan kaos kuning seakan mewakili golongan kelas menengah. Perumpamaan itu hampir serupa dengan kondisi di Indonesia dulu saat Golkar diidentikkan dengan partainya wong cilik.
Begitu pula di Thailand, kaos kuning merepresantasikan salah satu partai besar dan berkuasa di Thailand waktu itu yakni Aliansi Rakyat untuk Demokrasi (PAD). Ini merupakan koalisi pemrotes terhadap Thaksin Shinawatra, mantan Perdana Menteri Thailand. Pemimpinnya termasuk Sondhi Limthongkul dan Mayor Jendral Chamlong Srimuang. PAD disebut sebagai pemeran utama dalam krisis politik Thailand 2005-2006 dan krisis politik Thailand 2008.
Di sisi lain, kaos merah adalah mereka yang mendukung Thaksin Sinawatra yang berasal dari Partai Phue Thai. Partai Phue Thai didirikan pada 20 September 2008 sebagai antisipasi pengganti untuk Partai Kekuatan Rakyat yang dibubarkan Mahkamah Konstitusi Thailand kurang dari tiga bulan kemudian setelah menemukan anggota partai bersalah atas kecurangan pemilu.
Perselisihan pun dimulai, kaos merah mengklaim media Thailand tidak adil terhadap mereka karena pemodal media di Thailand adalah simpatisan kaos kuning. Sedangkan, kaos kuning mengklaim kaos merah adalah antiraja. Mirip dengan tuduhan Golkar terhadap PDI yang menyebutnya antipembangunan di zaman Orde Baru.
Muncul lagi kelompok yang kompak mengadakan aksi dengan kaos putih. Gerakan kaos putih ini bermaksud menyeru kepada warga Thailand, baik yang antipemerintah maupun pro untuk berdamai dan mengakhiri konflik politik yang telah merugikan negara.
Setelah itu, tiba-tiba muncul gerakan kaos hitam. Ini merupakan pasukan misterius yang dipercaya warga dibekingi oleh Mayor Jenderal Khattya Sawasdipol. Menurut penyelidikan Human Rights Watch, kaos hitam adalah tentara terlatih yang diterjunkan guna melindungi pendukung kaos merah.
Perselisihan utama kaos merah dan kuning mengingatkan kita pada kisah Golkar dan PDI dulu. Kisah Golkar dan PDI kini sudah berlanjut ke tahap berikutnya, tapi perseteruan antara kaos merah dan kaos kuning masih berlangsung di Thailand. Kita lihat saja, bagaimana penyelesaian konflik warna-warna itu di 'Negeri Gajah Putih',
medcom.id: Masih ingatkah Anda bagaimana ngetrennya kaos tiga warna di Tanah Air pada 80-90an? Kala itu, kaos berwarna kuning, hijau, dan merah seakan mendominasi busana masyarakat, terlebih pada masa-masa pemilihan umum.
Tidak seperti sekarang dimana sudah muncul warna-warna lainnya seperti biru, putih, oranye, dan hitam, dulu hanya kaos tiga warna itu yang menjadi primadona masyarakat, khususnya di Jakarta. Ketiga warna tersebut merupakan cerminan dukungan masyarakat terhadap tiga partai utama kala itu yakni Golkar, Partai Demokrasi Indonesia, dan Partai Persatuan Pembangunan.
Kaos merah dikenakan mereka yang mendukung Partai Demokrasi Indonesia, cikal bakal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Kaos kuning dikenakan para pendukung Golongan Karya dan kaos hijau oleh Partai Persatuan Pembangunan.
Suasana Indonesia pada 1990-an itu kini seakan bisa disaksikan kembali di 'Negeri Gajah Putih'. Semenjak krisis politik mencuat beberapa tahun silam, menjadikan kaos warna sebagai kode dukungan pun marak dilakukan warga Thailand.
Di Bangkok saja, bila Anda berkesempatan berpelesiran ke sana pada tahun lalu, dapat melihat pemandangan serupa dimana banyak warga yang berkumpul dan berdemo mengenakan kaos satu warna, bisa merah, kuning, ataupun putih. Kala itu, para kaos merah terdiri dari golongan kelas bawah, petani, dan buruh, sedangkan kaos kuning seakan mewakili golongan kelas menengah. Perumpamaan itu hampir serupa dengan kondisi di Indonesia dulu saat Golkar diidentikkan dengan partainya wong cilik.
Begitu pula di Thailand, kaos kuning merepresantasikan salah satu partai besar dan berkuasa di Thailand waktu itu yakni Aliansi Rakyat untuk Demokrasi (PAD). Ini merupakan koalisi pemrotes terhadap Thaksin Shinawatra, mantan Perdana Menteri Thailand. Pemimpinnya termasuk Sondhi Limthongkul dan Mayor Jendral Chamlong Srimuang. PAD disebut sebagai pemeran utama dalam krisis politik Thailand 2005-2006 dan krisis politik Thailand 2008.
Di sisi lain, kaos merah adalah mereka yang mendukung Thaksin Sinawatra yang berasal dari Partai Phue Thai. Partai Phue Thai didirikan pada 20 September 2008 sebagai antisipasi pengganti untuk Partai Kekuatan Rakyat yang dibubarkan Mahkamah Konstitusi Thailand kurang dari tiga bulan kemudian setelah menemukan anggota partai bersalah atas kecurangan pemilu.
Perselisihan pun dimulai, kaos merah mengklaim media Thailand tidak adil terhadap mereka karena pemodal media di Thailand adalah simpatisan kaos kuning. Sedangkan, kaos kuning mengklaim kaos merah adalah antiraja. Mirip dengan tuduhan Golkar terhadap PDI yang menyebutnya antipembangunan di zaman Orde Baru.
Muncul lagi kelompok yang kompak mengadakan aksi dengan kaos putih. Gerakan kaos putih ini bermaksud menyeru kepada warga Thailand, baik yang antipemerintah maupun pro untuk berdamai dan mengakhiri konflik politik yang telah merugikan negara.
Setelah itu, tiba-tiba muncul gerakan kaos hitam. Ini merupakan pasukan misterius yang dipercaya warga dibekingi oleh Mayor Jenderal Khattya Sawasdipol. Menurut penyelidikan Human Rights Watch, kaos hitam adalah tentara terlatih yang diterjunkan guna melindungi pendukung kaos merah.
Perselisihan utama kaos merah dan kuning mengingatkan kita pada kisah Golkar dan PDI dulu. Kisah Golkar dan PDI kini sudah berlanjut ke tahap berikutnya, tapi perseteruan antara kaos merah dan kaos kuning masih berlangsung di Thailand. Kita lihat saja, bagaimana penyelesaian konflik warna-warna itu di 'Negeri Gajah Putih',
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(PRI)