Jakarta: Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno meminta Perum Damri memperhatikan jenis kendaraan yang akan melintasi jalan Merauke dan Papua. Pasalnya, kedua jalur tersebut sangat berbahaya.
"Tidak semua jalan bisa dilewati mulus terutama saat musim hujan. Kondisi jalan di Papua Selatan tidak seperti daerah lain. Pilihan jenis kendaraan juga jadi pertimbangan," kata Djoko dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Selasa, 25 September 2018.
Selain itu, Djoko juga menyarankan agar setiap Damri di jalur tersebut memakai kernet. Hal ini dinilai perlu untuk membantu sopir bila ada kerusakan bus atau gangguan kondisi jalan.
"Selain pengemudi ada kernet yang bisa membantu mengatasi masalah," ungkapnya.
Pengamat dari Unika Soegijapranata ini pun menyarankan agar layanan bus Damri rute Merauke-Boven Digul dibuka kembali. Pada 2006, layanan itu sempat ditutup lantaran jalan yang rusak parah.
"Lalu untuk mendukung kelancaran logistik, Perum Damri dapat ikut serta membuka bisnis angkutan logistik. Terutama setelah ada tol laut yang dapat meneruskan logistik tersebut diangkut dengan cepat ke daerah penyangga yang mayoritas daerah pemukiman transmigrasi," pungkas dia.
Belum lama ini, Perum Damri menambah layanan bus perintis hingga ke daerah pelosok. Salah satunya di Kabupaten Merauke.
Ada lima rute atau trayek Bus Damri di Merauke, yaitu Merauke-Sotta sejauh 108 km ditempuh 1,5 jam dengan tarif Rp30 ribu, Merauke-Kuik Pasar (110 km, 2,5 jam, Rp30 ribu), Merauke-Rambu Toray (160 km, 4 jam, Rp50 ribu), Merauke-Jagebob (160 km, 4 jam, Rp60 ribu) dan Merauke-Muting (250 km, 5 jam, Rp100 ribu).
Layanan setiap hari sekali perjalanan pulang pergi (2 rit) dengan armada bus yang sama. Kecuali ke Muting menggunakan dua bus yang bersamaan berangkatnya. Awak bus disediakan penduduk tempat menginap dan hanya bus ini yang tidak menggunakan pendingin (AC). Terminal Wamanggu merupakan titik awal keberangkan semua armada bus Damri setiap hari mulai jam 09.00 waktu setempat.
Jakarta: Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno meminta Perum Damri memperhatikan jenis kendaraan yang akan melintasi jalan Merauke dan Papua. Pasalnya, kedua jalur tersebut sangat berbahaya.
"Tidak semua jalan bisa dilewati mulus terutama saat musim hujan. Kondisi jalan di Papua Selatan tidak seperti daerah lain. Pilihan jenis kendaraan juga jadi pertimbangan," kata Djoko dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Selasa, 25 September 2018.
Selain itu, Djoko juga menyarankan agar setiap Damri di jalur tersebut memakai kernet. Hal ini dinilai perlu untuk membantu sopir bila ada kerusakan bus atau gangguan kondisi jalan.
"Selain pengemudi ada kernet yang bisa membantu mengatasi masalah," ungkapnya.
Pengamat dari Unika Soegijapranata ini pun menyarankan agar layanan bus Damri rute Merauke-Boven Digul dibuka kembali. Pada 2006, layanan itu sempat ditutup lantaran jalan yang rusak parah.
"Lalu untuk mendukung kelancaran logistik, Perum Damri dapat ikut serta membuka bisnis angkutan logistik. Terutama setelah ada tol laut yang dapat meneruskan logistik tersebut diangkut dengan cepat ke daerah penyangga yang mayoritas daerah pemukiman transmigrasi," pungkas dia.
Belum lama ini, Perum Damri menambah layanan bus perintis hingga ke daerah pelosok. Salah satunya di Kabupaten Merauke.
Ada lima rute atau trayek Bus Damri di Merauke, yaitu Merauke-Sotta sejauh 108 km ditempuh 1,5 jam dengan tarif Rp30 ribu, Merauke-Kuik Pasar (110 km, 2,5 jam, Rp30 ribu), Merauke-Rambu Toray (160 km, 4 jam, Rp50 ribu), Merauke-Jagebob (160 km, 4 jam, Rp60 ribu) dan Merauke-Muting (250 km, 5 jam, Rp100 ribu).
Layanan setiap hari sekali perjalanan pulang pergi (2 rit) dengan armada bus yang sama. Kecuali ke Muting menggunakan dua bus yang bersamaan berangkatnya. Awak bus disediakan penduduk tempat menginap dan hanya bus ini yang tidak menggunakan pendingin (AC). Terminal Wamanggu merupakan titik awal keberangkan semua armada bus Damri setiap hari mulai jam 09.00 waktu setempat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)