medcom.id, Surabaya: Ahli Patologi Forensik dr. Sukri menjelaskan, air laut dapat merusak jaringan lunak pada korban AirAsia QZ8501. Alhasil, sidik jari korban sulit diidentifikasi.
"Air laut itu mengandung kadar NaCL yang tinggi antara 3 sampai 6 persen. Padahal di air tawar hanya 0,3 persen. Sementara tubuh kita 0,9 persen," ujar dia di Crisis Center Mapolda Jatim, Jl Ahmad Yani, Surabaya, Jatim, Selasa (13/1/2015).
Menurut dia, setelah terendam air laut selama hampir tiga minggu kulit dan sidik jari sudah rusak. Kadar NaCL yang tinggi itu masuk ke kulit melalui pori-pori tubuh korban. Perlahan, jaringan lunak ini kemudian hancur sedikit demi sedikit.
Itu sebabnya, proses identifikasi korban, kata dia, lebih mengutamakan pencocokan data ante mortem dan post mortem berupa gambaran gigi. Pasalnya, gigi lebih sulit digerus NaCL air laut.
"Gigi juga bisa lepas, tapi bekas gigi itu tetap berguna dengan bantuan rontgen sebagainya kita bisa deteksi semua itu," papar dia.
Selain itu, lanjut Sukri, tim identifikasi korban juga melibatkan properti terakhir yang digunakan korban. Data pakaian terkahir korban amat membantu tim untuk mengungkap identitas suatu jenazah.
"Dari baju itu kita temukan jelas di post mortem. Di CCTV diputar nanti keluarga lihat. Nanti dia tahu, 'lho itu lo mbakyu ku. Itu bajunya'. Lalu kita foto dan cocokan," pungkas Sukri.
medcom.id, Surabaya: Ahli Patologi Forensik dr. Sukri menjelaskan, air laut dapat merusak jaringan lunak pada korban AirAsia QZ8501. Alhasil, sidik jari korban sulit diidentifikasi.
"Air laut itu mengandung kadar NaCL yang tinggi antara 3 sampai 6 persen. Padahal di air tawar hanya 0,3 persen. Sementara tubuh kita 0,9 persen," ujar dia di Crisis Center Mapolda Jatim, Jl Ahmad Yani, Surabaya, Jatim, Selasa (13/1/2015).
Menurut dia, setelah terendam air laut selama hampir tiga minggu kulit dan sidik jari sudah rusak. Kadar NaCL yang tinggi itu masuk ke kulit melalui pori-pori tubuh korban. Perlahan, jaringan lunak ini kemudian hancur sedikit demi sedikit.
Itu sebabnya, proses identifikasi korban, kata dia, lebih mengutamakan pencocokan data ante mortem dan post mortem berupa gambaran gigi. Pasalnya, gigi lebih sulit digerus NaCL air laut.
"Gigi juga bisa lepas, tapi bekas gigi itu tetap berguna dengan bantuan rontgen sebagainya kita bisa deteksi semua itu," papar dia.
Selain itu, lanjut Sukri, tim identifikasi korban juga melibatkan properti terakhir yang digunakan korban. Data pakaian terkahir korban amat membantu tim untuk mengungkap identitas suatu jenazah.
"Dari baju itu kita temukan jelas di post mortem. Di CCTV diputar nanti keluarga lihat. Nanti dia tahu, 'lho itu lo mbakyu ku. Itu bajunya'. Lalu kita foto dan cocokan," pungkas Sukri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)