Jakarta: Pasien covid-19 kerap mendapatkan stigma negatif dari lingkungan sekitar. Tak jarang mereka dianggap sebagai aib karena berpotensi menularkan. Bahkan, stigma itu kerap masih melekat ketika sudah sembuh (penyintas).
Kondisi demikian bisa berdampak buruk terhadap psikis pasien. Tidak jarang, para penyintas menjadi stres. Padahal, mereka membutuhkan dukungan.
Anggota Sub Bidang Tracing Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 dr Retno Asti Werdhani memberikan dukungan bagi mereka yang masih mengalami hal tersebut. Untuk mengobati kesedihan, Retno menyarankan para pasien atau penyintas untuk mencari orang yang tepat (misalnya, teman dekat atau orang tua) untuk dijadikan tempat bercerita (curhat) dan memberi dukungan.
"Penting untuk komunikasi dengan teman dengan mencari dukungan," ujar Retno, dalam channel Youtube BNPB Indonesia.
Cara lain, Retno menyarankan untuk menghubungi media hotline. Menurutnya, saat ini sudah banyak media komunikasi yang bisa dimanfaatkan untuk menjadi teman curhat.
"Saya coba analogikan. Selama ini puskesmas punya konseling remaja dan konseling HIV. Sebetulnya mereka sudah memiliki sebuah pelayanan untuk bisa pakai sekadar telepon dan curhat untuk teman-teman yang kebetulan merasa terstigmatisasi," ujarnya.
Kata Retno, saat ini Satgas Penanganan Covid-19 sudah memiliki hotline semacam itu yang bisa membantu mengurangi beban bagi mereka yang menjadi korban stigma negatif.
Salah satu penyintas covid-19, Nia Oktavia Aksara, berbagi kisah saat berjuang menghadapi stigma tersebut. Menurutnya, kekuatan mental menjadi kunci dia bisa bertahan dari proses isolasi, hingga sembuh saat ini.
Selain itu, dia juga melakukan kegiatan yang dia suka untuk menjauhkan semua stigma negatif tersebut. Tak lupa, dia juga berolahraga karena sangat berpengaruh untuk menyeimbangkan pikiran.
Pada masa pandemi ini, pemerintah melalui #satgascovid19 terus mengampanyekan #ingatpesanibu. Jangan lupa selalu menerapkan 3M, yakni #pakaimasker, #jagajarak dan #jagajarakhindarikerumunan, serta #cucitangan dan #cucitanganpakaisabun.
Jakarta: Pasien covid-19 kerap mendapatkan stigma negatif dari lingkungan sekitar. Tak jarang mereka dianggap sebagai aib karena berpotensi menularkan. Bahkan, stigma itu kerap masih melekat ketika sudah sembuh (penyintas).
Kondisi demikian bisa berdampak buruk terhadap psikis pasien. Tidak jarang, para penyintas menjadi stres. Padahal, mereka membutuhkan dukungan.
Anggota Sub Bidang Tracing Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 dr Retno Asti Werdhani memberikan dukungan bagi mereka yang masih mengalami hal tersebut. Untuk mengobati kesedihan, Retno menyarankan para pasien atau penyintas untuk mencari orang yang tepat (misalnya, teman dekat atau orang tua) untuk dijadikan tempat bercerita (curhat) dan memberi dukungan.
"Penting untuk komunikasi dengan teman dengan mencari dukungan," ujar Retno, dalam channel Youtube BNPB Indonesia.
Cara lain, Retno menyarankan untuk menghubungi media hotline. Menurutnya, saat ini sudah banyak media komunikasi yang bisa dimanfaatkan untuk menjadi teman curhat.
"Saya coba analogikan. Selama ini puskesmas punya konseling remaja dan konseling HIV. Sebetulnya mereka sudah memiliki sebuah pelayanan untuk bisa pakai sekadar telepon dan curhat untuk teman-teman yang kebetulan merasa terstigmatisasi," ujarnya.
Kata Retno, saat ini Satgas Penanganan Covid-19 sudah memiliki hotline semacam itu yang bisa membantu mengurangi beban bagi mereka yang menjadi korban stigma negatif.
Salah satu penyintas covid-19, Nia Oktavia Aksara, berbagi kisah saat berjuang menghadapi stigma tersebut. Menurutnya, kekuatan mental menjadi kunci dia bisa bertahan dari proses isolasi, hingga sembuh saat ini.
Selain itu, dia juga melakukan kegiatan yang dia suka untuk menjauhkan semua stigma negatif tersebut. Tak lupa, dia juga berolahraga karena sangat berpengaruh untuk menyeimbangkan pikiran.
Pada masa pandemi ini, pemerintah melalui #satgascovid19 terus mengampanyekan #ingatpesanibu. Jangan lupa selalu menerapkan 3M, yakni #pakaimasker, #jagajarak dan #jagajarakhindarikerumunan, serta #cucitangan dan #cucitanganpakaisabun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)