Jakarta: Memulai karir merupakan suatu pengalaman yang tak terlupakan. Saat kita menginjakkan kaki dan menatapkan kaki pertama kali di tempat kerja, muncul berbagai pertanyaan di benak sobat dari apa perkembangan sobat dalam 3 tahun kedepan?, apa yang sobat perlu pelajari?, dll.
Tapi setelah memulai kerja untuk beberapa hari atau minggu, mungkin untuk beberapa dari kita muncul beberapa perasaan-perasaan baru berupa self-doubt, meragukan kemampuan kita, prestasi yang kita raih, sampai-sampai merasa bahwa diri sendiri adalah seorang penipu yang takut terekspos.
Perasaan tersebut merupakan salah satu gejala dari Imposter syndrome. Berdasarkan pengertian dari psikolog Klinis UGM, Tri Hayuning Tyas, imposter syndrome merupakan fenomena psikologis dimana seseorang tidak mampu menerima dan keberhasilan yang ia raih.
Imposter syndrome tidak termasuk sebagai gangguan jiwa, tetapi merupakan kondisi psikologis negatif yang dapat menyebabkan stress berlebihan, penurunan kinerja, sampai depresi.
Gejala Imposter Syndrome
Mengutip dari National Library of Medicine, sindrom penipu adalah fenomena yang sering dilaporkan dan dialami yang memengaruhi individu yang aktif dan berprestasi. Sindrom ini memiliki banyak potensi dan dampak buruk pada individu terjangkit.
Selain berbagai penyakit penyerta yang terkait, termasuk depresi, kecemasan, dan masalah kesehatan perilaku lainnya, identifikasi, dan pengobatan terhadap mereka yang terkena sindrom ini sangat penting.
Berikut beberapa gejala lain dari imposter syndrome:
1. Berpikir bahwa semua orang lebih tahu daripada diri sendiri
2. Berpikir semua orang lebih ahli daripada diri sendiri
3. Merasa tidak pantas berada di lingkungan kerja
4. Selalu merasa harus melakukan yang terbaik bahkan lebih dari yang diminta
5. Ketakutan berlebihan untuk mengecewakan orang lain
6. Sulit melupakan kesalahan, tidak peduli sekecil apapun
Penyebab Imposter Syndrome
Melansir Alodokter, Faktor-faktor dari imposter syndrome biasanya dikarenakan:
1. Kepribadian: Sobat yang perfeksionis dan juga memiliki percaya diri yang rendah rentan terhadap imposter syndrome.
2. Lingkungan Masa Kecil: Banyak orang yang memilki imposter syndrome dibesarkan pada keluarga yang sangat menjunjung prestasi dan kesuksesasn. Jika saat sobat masih kecil diberi terlalu banyak pujian atau kritikan, sobat mungkin akan merasa seperti penipu jika melakukan kesalahan dalam lingkungan kerja.
3. Lingkungan Kompetitif: Jika sobat berada di lingkungan kerja dengan tingkat kompetisi yang sangat tinggi dan sobat bukan merupakan orang yang kompetitif, sobat lebih rentan terkena imposter syndrome.
4. Peran Baru: Merupakan hal yang biasa bagi orang-orang merasa khawatir dalam memiliki peran dan pengalaman yang baru..
Cara Mengatasi Imposter Syndrome
Melampir dari website resmi kementerian keuangan Indonesia, cara mengatasi kondisi ini diantaranya:
1. Ingatlah bahwa sobat tidak sendirian
Memiliki keraguan diri merupakan hal yang dialami banyak orang. Kenyataannya Albert Einstein pernah merasa seperti penipu dan prestasi yang dia miliki tidak pantas mendapat pujian yang didapatkan.
2. Terbuka atas bantuan orang lain
Banyak orang yang memiliki imposter syndrome merasa sungkan untuk meminta bantuan orang lain dan harus mandiri sepenuhnya. Meminta tolong merupakan yang normal dalam lingkungan kerja dan tidak perlu malu untuk meminta bimbingan.
3. Terima kegagalan
Setiap orang memiliki jalan prestasinya masing-masing. Hanya karena sobat selalu melihat keberhasilan mereka bukan berarti mereka tidak punya kegagalan. Menerima kegagalan dan berhenti membandingkan diri dengan orang lain sangat bagus untuk sobat.
Demikian informasi dari medcom.id tentang Imposter syndrome, terima kasih telah membaca.
Jakarta: Memulai karir merupakan suatu pengalaman yang tak terlupakan. Saat kita menginjakkan kaki dan menatapkan kaki pertama kali di tempat kerja, muncul berbagai pertanyaan di benak sobat dari apa perkembangan sobat dalam 3 tahun kedepan?, apa yang sobat perlu pelajari?, dll.
Tapi setelah memulai kerja untuk beberapa hari atau minggu, mungkin untuk beberapa dari kita muncul beberapa perasaan-perasaan baru berupa
self-doubt, meragukan kemampuan kita, prestasi yang kita raih, sampai-sampai merasa bahwa diri sendiri adalah seorang penipu yang takut terekspos.
Perasaan tersebut merupakan salah satu gejala dari
Imposter syndrome. Berdasarkan pengertian dari psikolog Klinis UGM, Tri Hayuning Tyas,
imposter syndrome merupakan fenomena psikologis dimana seseorang tidak mampu menerima dan keberhasilan yang ia raih.
Imposter syndrome tidak termasuk sebagai gangguan jiwa, tetapi merupakan kondisi
psikologis negatif yang dapat menyebabkan stress berlebihan, penurunan kinerja, sampai
depresi.
Gejala Imposter Syndrome
Mengutip dari
National Library of Medicine, sindrom penipu adalah fenomena yang sering dilaporkan dan dialami yang memengaruhi individu yang aktif dan berprestasi. Sindrom ini memiliki banyak potensi dan dampak buruk pada individu terjangkit.
Selain berbagai penyakit penyerta yang terkait, termasuk depresi, kecemasan, dan masalah kesehatan perilaku lainnya, identifikasi, dan pengobatan terhadap mereka yang terkena sindrom ini sangat penting.
Berikut beberapa gejala lain dari
imposter syndrome:
1. Berpikir bahwa semua orang lebih tahu daripada diri sendiri
2. Berpikir semua orang lebih ahli daripada diri sendiri
3. Merasa tidak pantas berada di lingkungan kerja
4. Selalu merasa harus melakukan yang terbaik bahkan lebih dari yang diminta
5. Ketakutan berlebihan untuk mengecewakan orang lain
6. Sulit melupakan kesalahan, tidak peduli sekecil apapun
Penyebab Imposter Syndrome
Melansir Alodokter, Faktor-faktor dari imposter syndrome biasanya dikarenakan:
1. Kepribadian: Sobat yang perfeksionis dan juga memiliki percaya diri yang rendah rentan terhadap imposter syndrome.
2. Lingkungan Masa Kecil: Banyak orang yang memilki imposter syndrome dibesarkan pada keluarga yang sangat menjunjung prestasi dan kesuksesasn. Jika saat sobat masih kecil diberi terlalu banyak pujian atau kritikan, sobat mungkin akan merasa seperti penipu jika melakukan kesalahan dalam lingkungan kerja.
3. Lingkungan Kompetitif: Jika sobat berada di lingkungan kerja dengan tingkat kompetisi yang sangat tinggi dan sobat bukan merupakan orang yang kompetitif, sobat lebih rentan terkena imposter syndrome.
4. Peran Baru: Merupakan hal yang biasa bagi orang-orang merasa khawatir dalam memiliki peran dan pengalaman yang baru..
Cara Mengatasi Imposter Syndrome
Melampir dari website resmi kementerian keuangan Indonesia, cara mengatasi kondisi ini diantaranya:
1. Ingatlah bahwa sobat tidak sendirian
Memiliki keraguan diri merupakan hal yang dialami banyak orang. Kenyataannya Albert Einstein pernah merasa seperti penipu dan prestasi yang dia miliki tidak pantas mendapat pujian yang didapatkan.
2. Terbuka atas bantuan orang lain
Banyak orang yang memiliki imposter syndrome merasa sungkan untuk meminta bantuan orang lain dan harus mandiri sepenuhnya. Meminta tolong merupakan yang normal dalam lingkungan kerja dan tidak perlu malu untuk meminta bimbingan.
3. Terima kegagalan
Setiap orang memiliki jalan prestasinya masing-masing. Hanya karena sobat selalu melihat keberhasilan mereka bukan berarti mereka tidak punya kegagalan. Menerima kegagalan dan berhenti membandingkan diri dengan orang lain sangat bagus untuk sobat.
Demikian informasi dari medcom.id tentang Imposter syndrome, terima kasih telah membaca.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)