Jakarta: Kementerian Perhubungan berencana membangun O-Bahn di Indonesia. O-Bahn merupakan sistem transportasi bus berbasis rel.
"Kita ingin meningkatkan transportasi publik. O-Bahn bisa menjadi solusi," kata Kepala Dirjen Perkeretaapian Kemenhub, Zulfikri, di Jalan Adityawarman, Jakarta Selatan, Minggu, 22 Juni 2019.
Saat ini, ia menyebut O-Bahn sudah diterapkan di sejumlah negara seperti di Australia, Jepang, dan Jerman. Belajar dari negara lain, Zulfikri melihat O-Bahn bisa menjadi solusi kemacetan di Indonesia
Menurutnya, O-Bahn lebih efektif dibandingkan moda transportasi lain. Sebab, biaya operasionalnya lebih murah dibandingkan Bus Rapid Transit (BRT), Moda Raya Terpadu (MRT), maupun Light Rail Transit (LRT).
Tak hanya itu, daya angkut O-Bahn pun lebih tinggi dibandingkan BRT. Kelebihan lainnya, O-Bahn bisa mengantarkan penumpang hingga titik terdekat dengan tempat tinggalnya.
"Biaya operasional antara O-Bahn dengan BRT lebih murah O-Bahn. Kapasitasnya pun lebih tinggi 20% dibandingkan BRT," ucapnya.
Namun, pembuatan O-Bahn baru sebatas wacana. Kementerian Perhubungan masih melakukan kajian terhadap moda transportasi ini.
Kemenhub pun belum bisa menentukan kota mana yang cocok untuk menjadi proyek percontohan. Tak hanya itu, Kemenhub juga tak bisa menjawab kapan proyek ini akan dilakukan.
"Ini masih dalam kajian. O-Bahn bisa jalan di jalan khusus tapi bisa jalan di jalan raya juga. Yang jelas kita masih kaji regulasinya," pungkas dia.
Jakarta: Kementerian Perhubungan berencana membangun O-Bahn di Indonesia. O-Bahn merupakan sistem transportasi bus berbasis rel.
"Kita ingin meningkatkan transportasi publik. O-Bahn bisa menjadi solusi," kata Kepala Dirjen Perkeretaapian Kemenhub, Zulfikri, di Jalan Adityawarman, Jakarta Selatan, Minggu, 22 Juni 2019.
Saat ini, ia menyebut O-Bahn sudah diterapkan di sejumlah negara seperti di Australia, Jepang, dan Jerman. Belajar dari negara lain, Zulfikri melihat O-Bahn bisa menjadi solusi kemacetan di Indonesia
Menurutnya, O-Bahn lebih efektif dibandingkan moda transportasi lain. Sebab, biaya operasionalnya lebih murah dibandingkan Bus Rapid Transit (BRT), Moda Raya Terpadu (MRT), maupun Light Rail Transit (LRT).
Tak hanya itu, daya angkut O-Bahn pun lebih tinggi dibandingkan BRT. Kelebihan lainnya, O-Bahn bisa mengantarkan penumpang hingga titik terdekat dengan tempat tinggalnya.
"Biaya operasional antara O-Bahn dengan BRT lebih murah O-Bahn. Kapasitasnya pun lebih tinggi 20% dibandingkan BRT," ucapnya.
Namun, pembuatan O-Bahn baru sebatas wacana. Kementerian Perhubungan masih melakukan kajian terhadap moda transportasi ini.
Kemenhub pun belum bisa menentukan kota mana yang cocok untuk menjadi proyek percontohan. Tak hanya itu, Kemenhub juga tak bisa menjawab kapan proyek ini akan dilakukan.
"Ini masih dalam kajian. O-Bahn bisa jalan di jalan khusus tapi bisa jalan di jalan raya juga. Yang jelas kita masih kaji regulasinya," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)