medcom.id, Surabaya: Tim Disaster Victim Identification (DVI) yang menangani jenazah penumpang dan kru AirAsia QZ8501 tak akan dipindahkan ke Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Pangkalan Bun merupakan tempat pengumpulan jenazah yang ditemukan dari perairan dekat Teluk Kumai.
Sebelumnya, tercetus rencana pemindahan tim identifikasi ke Rumah Sakit Iskandar Imanuddin, Pangkalan Bun. Namun, rencana tampaknya tak bakal terjadi. Salah satu kendalanya adalah keterbatasan alat di RS tersebut. Karenanya, hingga kini jenazah penumpang yang sudah ditemukan masih dikirim ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jawa Timur di Surabaya.
Hal itu pun diamini Brigadir Jenderal Polisi Arthur Tampi, Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri.
"Memang ada opsi itu, tapi itu sulit untuk dilaksankan. Kondisinya sangat beda terutama untuk tenaga-tenaga ahlinya. Kalau buka posko postmortem di Pangkalan Bun sulit. Maka ini hanya dilaksanakan di Surabaya," ujar dia di RS Bhayangkara Polda Jatim, Minggu (4/1/2014).
Saat ini jumlah anggota tim DVI yang bekerja di RS Bhayangkara Surabaya mencapai 160 orang. Jumlah anggota bakal bertambah dengan bantuan tujuh ahli dari Singapura.
"Kemarin kita kedatangan rekan-rekan DVI Singapura. Ada tujuh personel, lima orang dari finger print, ada odontologi, dan satu dari patologi. Mereka akan ikut kerja sama dengan tetap dalam kendali DVI kita," kata Arthur.
medcom.id, Surabaya: Tim Disaster Victim Identification (DVI) yang menangani jenazah penumpang dan kru AirAsia QZ8501 tak akan dipindahkan ke Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Pangkalan Bun merupakan tempat pengumpulan jenazah yang ditemukan dari perairan dekat Teluk Kumai.
Sebelumnya, tercetus rencana pemindahan tim identifikasi ke Rumah Sakit Iskandar Imanuddin, Pangkalan Bun. Namun, rencana tampaknya tak bakal terjadi. Salah satu kendalanya adalah keterbatasan alat di RS tersebut. Karenanya, hingga kini jenazah penumpang yang sudah ditemukan masih dikirim ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jawa Timur di Surabaya.
Hal itu pun diamini Brigadir Jenderal Polisi Arthur Tampi, Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri.
"Memang ada opsi itu, tapi itu sulit untuk dilaksankan. Kondisinya sangat beda terutama untuk tenaga-tenaga ahlinya. Kalau buka posko postmortem di Pangkalan Bun sulit. Maka ini hanya dilaksanakan di Surabaya," ujar dia di RS Bhayangkara Polda Jatim, Minggu (4/1/2014).
Saat ini jumlah anggota tim DVI yang bekerja di RS Bhayangkara Surabaya mencapai 160 orang. Jumlah anggota bakal bertambah dengan bantuan tujuh ahli dari Singapura.
"Kemarin kita kedatangan rekan-rekan DVI Singapura. Ada tujuh personel, lima orang dari finger print, ada odontologi, dan satu dari patologi. Mereka akan ikut kerja sama dengan tetap dalam kendali DVI kita," kata Arthur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)