Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memastikan pembangunan sarana dan prasarana (sarpras) di Loh Buaya, Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur tidak menanggu ekosistem komodo. Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, Wiratno, memastikan tidak akan ada komodo yang terluka atau menjadi korban dalam pembangunan itu.
Wiratno menjelaskan sarpas akan berdiri di atas area seluas 1 hektare. Sedangkan populasi komodo tersebar di area seluas 500 hektare atau sekitar 2,5 persen dari luas Pulau Rinca yang mencapai 20 ribu hektare.
"Walapun persentase kecil, kita memastikan komodo tidak boleh ada satupun menjadi korban pembangunan," ujar Wiratno dalam konferensi pers secara virtual, Rabu, 28 Oktober 2020.
Dia mengatakan ada beberapa protokol yang diterapkan selama proses pembangunan sarpras untuk menjamin keselamatan komodo. Salah satunya ada 10 pawang yang akan mengecek area pembangunan dari aktivitas komodo.
"Setiap hari selalu cek apakah di bawah alat-alat berat ada komodonya atau tidak," tuturnya.
Baca: Pembangunan di Kawasan Taman Nasional Komodo Dipastikan dengan Kehati-hatian
Upaya tersebut juga untuk menghindari adanya alat berat yang melewati jalur komodo. Hal ini mengantisipasi terulangnya kejadian sebuah truk dihadang seekor komodo yang kemudian viral di media sosial.
"Foto yang viral itu, memang jalur komodo. Karena itu rapat dilakukan memastikan tidak ada komodo yang melintas," jelasnya.
Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memastikan pembangunan sarana dan prasarana (sarpras) di Loh Buaya, Pulau Rinca,
Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur tidak menanggu ekosistem
komodo. Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, Wiratno, memastikan tidak akan ada komodo yang terluka atau menjadi korban dalam pembangunan itu.
Wiratno menjelaskan sarpas akan berdiri di atas area seluas 1 hektare. Sedangkan populasi komodo tersebar di area seluas 500 hektare atau sekitar 2,5 persen dari luas Pulau Rinca yang mencapai 20 ribu hektare.
"Walapun persentase kecil, kita memastikan komodo tidak boleh ada satupun menjadi korban pembangunan," ujar Wiratno dalam konferensi pers secara virtual, Rabu, 28 Oktober 2020.
Dia mengatakan ada beberapa protokol yang diterapkan selama proses pembangunan sarpras untuk menjamin keselamatan komodo. Salah satunya ada 10 pawang yang akan mengecek area pembangunan dari aktivitas komodo.
"Setiap hari selalu cek apakah di bawah alat-alat berat ada komodonya atau tidak," tuturnya.
Baca: Pembangunan di Kawasan Taman Nasional Komodo Dipastikan dengan Kehati-hatian
Upaya tersebut juga untuk menghindari adanya alat berat yang melewati jalur komodo. Hal ini mengantisipasi terulangnya kejadian sebuah truk dihadang seekor komodo yang kemudian viral di media sosial.
"Foto yang viral itu, memang jalur komodo. Karena itu rapat dilakukan memastikan tidak ada komodo yang melintas," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)