Ilustrasi nyamuk demam berdarah/Medcom.id
Ilustrasi nyamuk demam berdarah/Medcom.id

Jumlah Kematian Akibat DBD di Awal Mei Meningkat Hampir 3 Kali Lipat

Media Indonesia.com • 12 Mei 2024 04:14
Jakarta: Kementerian Kesehatan melaporkan kasus demam berdarah dengue (DBD) kembali melonjak di berbagai daerah Indonesia. Berdasarkan data rekapitulasi terbaru hingga minggu ke-18 tahun ini, angka kematian akibat DBD menunjukkan tren kenaikan dibandingkan tahun lalu dalam periode yang sama.
 
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Imran Pambudi memaparkan pada periode Januari hingga awal Mei 2024, temuan kematian DBD naik signifikan menjadi 641 kasus. Demikian bila dihitung, terjadi kenaikan hingga 182 persen atau 2,8 kali lipat. Sementara pada periode yang sama tahun 2023, jumlah kasus kematian akibat DBD sebesar 227 kasus.
 
“Menurut data DBD minggu 18 Tahun 2024, kasus DBD sampai saat ini memang terjadi peningkatan dibandingkan dengan tahun lalu di bulan yang sama. Sampai minggu 18 tahun 2024 terdapat 91.269 kasus DBD, sedangkan tahun 2023 minggu 18 terdapat 29.822 kasus DBD,” ujarnya saat dihubungi Media Indonesia pada Sabtu, 11 Mei 2024.

Lebih lanjut, Imran menjelaskan Jawa Barat menjadi wilayah paling banyak terkena kasus dan angka kematian DBD tertinggi secara nasional. Dijelaskan bahwa Kota Bandung menjadi wilayah tertinggi angka kasus DBD di Indonesia, sementara Kabupaten Bandung menjadi wilayah tertinggi angka kasus kematian akibat DBD.
 
Baca: DBD Kian Ganas di Jabar, 193 Orang Meninggal Dunia

Imran juga melaporkan terdapat lima Kabupaten/Kota dengan kasus kematian DBD tertinggi periode Januari hingga awal Mei 2024. Dijelaskan Kabupaten Bandung dengan 29 kasus kematian, dan Kabupaten Klaten dengan 22 kasus kematian. Kemudian dilanjutkan Kabupaten Jepara 21 kematian, Kabupaten Subang dengan 20 kematian, serta Kota Bekasi dengan 19 kasus kematian.
 
“Untuk kematian DBD dilaporkan dari 180 kabupaten/kota. Proporsi kematian DBD per golongan umur 5-14 tahun masih yang tertinggi sebesar 57,98%,” imbuhnya.
 
Sementara itu, untuk data kasus DBD tertinggi terjadi di Kota Bandung dengan 3468 kasus, Tangerang dengan 2540 kasus, Kota Bogor sebanyak 1942 kasus, Bandung Barat sebanyak 1903 kasus, Kota Kendari 1659 kasus serta Kota Bekasi sebanyak 1503 kasus.
 
“Kasus DBD tersebut dilaporkan dari 460 kabupaten/kota. Dari jumlah kasus di tahun 2024 tersebut proporsi penderita berdasarkan golongan umur 15-44 tahun masih tertinggi sebesar 43,16%,” tutur Imran.
 
Imran mengatakan faktor penyebab tingginya risiko penularan DBD yang semakin meningkat sejak awal 2024 diakibatkan adanya perubahan iklim dan pergantian musim dari hujan menuju kemarau.
 
“Salah satu faktor risiko kejadian peningkatan kasus Dengue di awal tahun 2024 yaitu adanya kejadian El Nino dan sebagian wilayah sudah mulai mengalami musim penghujan yang berpengaruh pada daur hidup vektor Dengue,” katanya.
 
Merujuk adanya temuan kasus positif dan kematian akibat DBD di Indonesia, Imran juga telah mengeluarkan surat edaran untuk kepala dinas Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota tentang antisipasi dan kewaspadaan dini dengue dan mengedukasi masyarakat soal program menguras, mengubur, menutup sumber air atau 3M.
 
Lebih lanjut, Imran menyampaikan pihaknya juga terus memperkuat mitigasi melalui Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J) untuk memberantas sarang jentik nyamuk. Dikatakan bahwa setiap pekan ada petugas yang akan rutin melaksanakan sidak ke berbagai rumah warga.
 
“Gerakan untuk mewujudkan di setiap rumah yang berperan sebagai Juru Pemantau Jentik (Jumantik) yang bertugas memeriksa dan memastikan bahwa tidak ada jentik nyamuk di sekitar rumah atau bangunan masing-masing terus kamu lakukan,” imbuhnya.
 
MI/Devi Harahap
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan