Jakarta: Sebaran berita bohong atau hoaks dan informasi tak valid disebut secara tidak langsung memengaruhi psikologis masyarakat. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan masifnya hoaks juga dapat memengaruhi tumbuh kembang anak.
"Hoaks ini sangat masif penyebarannya dan berdasarkan penelusuran KPAI ada jutaan berita bohong dan postingan di media sosial yang membuat resah seperti teror," ujar Komisioner KPAI Retno Listyarti dalam Selamat Pagi Indonesia Metro TV, Rabu, 7 November 2018.
Salah satu hoaks yang marak beredar belakangan ini, kata Retno, adalah soal penculikan anak. Sebaran informasi yang begitu masif membuat orang tua merasa tidak aman melepaskan anaknya kendati hanya untuk bermain di luar rumah.
Ia mengatakan KPAI bersama dengan Polri bahkan Kementerian Komunikasi dan Informatika kerap memberikan pemahaman kepada masyarakat termasuk menyajikan secara utuh informasi yang asli. Sayangnya tak sedikit masyarakat khususnya orang tua cenderung memercayai hoaks ketimbang informasi resmi dari pemerintah.
"Muncul kalimat-kalimat yang justru lebih percaya ke hoaks itu. Akhirnya kami memberikan saja tips menjaga anak dari penculikan dan bilang orang tua boleh waspada tapi jangan mudah percaya berita semacam itu," kata dia.
Retno mengatakan pihaknya sering kali mendapatkan fakta bahwa sejumlah orang tua cenderung melarang anaknya beraktivitas di luar rumah karena termakan isu hoaks. Imbasnya kehidupan sosial dan tumbuh kembang anak sedikit terhambat.
Tak cuma melarang bermain, orang tua juga kerap menakut-nakuti anak dengan menunjukkan foto atau video hoaks terkait penculikan jika tak mematuhi apa yang disampaikan orang tua.
"Akhirnya anak secara psikologis mengalami ketakutan. Ini berbahaya bagi tumbuh kembang dia. Makanya kami bilang kewaspadaan penting tetapi jangan mudah mempercayai berita apalagi yang tidak keluar dari institusi negara," pungkasnya.
Jakarta: Sebaran berita bohong atau hoaks dan informasi tak valid disebut secara tidak langsung memengaruhi psikologis masyarakat. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan masifnya hoaks juga dapat memengaruhi tumbuh kembang anak.
"Hoaks ini sangat masif penyebarannya dan berdasarkan penelusuran KPAI ada jutaan berita bohong dan postingan di media sosial yang membuat resah seperti teror," ujar Komisioner KPAI Retno Listyarti dalam
Selamat Pagi Indonesia Metro TV, Rabu, 7 November 2018.
Salah satu hoaks yang marak beredar belakangan ini, kata Retno, adalah soal penculikan anak. Sebaran informasi yang begitu masif membuat orang tua merasa tidak aman melepaskan anaknya kendati hanya untuk bermain di luar rumah.
Ia mengatakan KPAI bersama dengan Polri bahkan Kementerian Komunikasi dan Informatika kerap memberikan pemahaman kepada masyarakat termasuk menyajikan secara utuh informasi yang asli. Sayangnya tak sedikit masyarakat khususnya orang tua cenderung memercayai hoaks ketimbang informasi resmi dari pemerintah.
"Muncul kalimat-kalimat yang justru lebih percaya ke hoaks itu. Akhirnya kami memberikan saja tips menjaga anak dari penculikan dan bilang orang tua boleh waspada tapi jangan mudah percaya berita semacam itu," kata dia.
Retno mengatakan pihaknya sering kali mendapatkan fakta bahwa sejumlah orang tua cenderung melarang anaknya beraktivitas di luar rumah karena termakan isu hoaks. Imbasnya kehidupan sosial dan tumbuh kembang anak sedikit terhambat.
Tak cuma melarang bermain, orang tua juga kerap menakut-nakuti anak dengan menunjukkan foto atau video hoaks terkait penculikan jika tak mematuhi apa yang disampaikan orang tua.
"Akhirnya anak secara psikologis mengalami ketakutan. Ini berbahaya bagi tumbuh kembang dia. Makanya kami bilang kewaspadaan penting tetapi jangan mudah mempercayai berita apalagi yang tidak keluar dari institusi negara," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(MEL)