medcom.id, Berau: Sekitar 1.300 karyawan PT Kertas Nusantara, Berau, Kalimantan Timur, saat ini merana. Pasalnya, perusahaan yang diketahui milik Prabowo Subianto itu mengunggak lima bulan gaji karyawan.
"Kami sebagai pekerja juga memahami kondisi keuangan perusahaan yang memang jarang beroperasi. Tapi, tidak juga harus menunggu lama hingga 5 bulan baru gaji dibayarkan. Tidak ada penghasilan tambahan, kalau tidak dibayar tepat waktu, keluarga kami makan apa? Jadi, berteriak dulu, baru dibayar?" kata Sekretaris Pekerja PT Kertas Nusantara, Syaiful, kepada Media Indonesia, Selasa (24/6/2014).
Sebelumnya, para buruh dijadwalkan melakukan unjuk rasa ke Kantor Pemerintah Kabupaten Berau. Namun, aksi itu urung dilakukan karena pihak perusahaan akhir melakukan pembayaran gaji.
"Kami batalkan dulu aksi karena perusahaan janji gaji akan dibayar sbagian. Memang berulang kali seperti itu, ketika kami aksi, maka dibayar sebulan," ungkap Ketua DPC Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) Kabupaten Berau, Suyadi, Selasa.
Tunggakan gaji karyawan bermula pada Agustus 2013. Pasalnya, perusahaan yang sebelumnya bernama PT Kiani Kertas itu mengalami kesulitan keuangan hingga akhir tahun lalu. Produksi pulp yang menjadi bahan kertas, merosot. Padahal, perusahaan memproduksi sekitar 1.500 hingga 2.000 ton pulp tiap hari.
"Kepada kami disampaikan selama ini bahwa ini karena kondisi keuangan perusahaan yang dipicu perusahaan tak ada kegiatan. Memang per bulan Agustus tahun lalu sudah tak ada kegiatan pabrik," jelas Suyadi.
Sementara menurut Syaiful, turunnya produksi perusahaan dikarenakan kurangnya kayu akasia yang menjadi bahan baku utama pembuatan pulp. Ketersediaan bahan baku di dalan negeri, terutama di Kalimantan Timur, terus berkurang. Bahkan, terkadang bahan baku harus diimpor dari Australia.
Kondisi ini menyebabkan keuangan perusahaan mengalami krisis dan berdampak pada pembayaran gaji karyawan, bahkan sejumlah karyawan dirumahkan hingga batas waktu yang telah ditentukan. Karyawan yang dirumahkan itu sebagian besar beralih dulu menjadi tukang ojek atau nelayan hingga kembali bekerja di Kertas Nusantara.
"Memang banyak yang dirumahkan, sementara ada juga yang mengundurkan diri. Biasalah, perusahaan kalau mengalami krisis keuangan. Apalagi perusahaan harus mengeluarkan biaya gaji karyawan berkisar Rp10 miliar hingga Rp11 miliar tiap bulan. Tapi, sekali lagi kami menginginkan hak-hak pekerja yang diatur dalam undang-undang harus dilaksanakan," jelas Suryadi.
Pihak Suyadi menerima informasi bahwa perusahaan tersebut mempunyai utang hingga Rp7 triliun. Padahal, nilai usaha PT Kertas Nusantara hanya Rp3,5 triliun.
medcom.id, Berau: Sekitar 1.300 karyawan PT Kertas Nusantara, Berau, Kalimantan Timur, saat ini merana. Pasalnya, perusahaan yang diketahui milik Prabowo Subianto itu mengunggak lima bulan gaji karyawan.
"Kami sebagai pekerja juga memahami kondisi keuangan perusahaan yang memang jarang beroperasi. Tapi, tidak juga harus menunggu lama hingga 5 bulan baru gaji dibayarkan. Tidak ada penghasilan tambahan, kalau tidak dibayar tepat waktu, keluarga kami makan apa? Jadi, berteriak dulu, baru dibayar?" kata Sekretaris Pekerja PT Kertas Nusantara, Syaiful, kepada Media Indonesia, Selasa (24/6/2014).
Sebelumnya, para buruh dijadwalkan melakukan unjuk rasa ke Kantor Pemerintah Kabupaten Berau. Namun, aksi itu urung dilakukan karena pihak perusahaan akhir melakukan pembayaran gaji.
"Kami batalkan dulu aksi karena perusahaan janji gaji akan dibayar sbagian. Memang berulang kali seperti itu, ketika kami aksi, maka dibayar sebulan," ungkap Ketua DPC Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) Kabupaten Berau, Suyadi, Selasa.
Tunggakan gaji karyawan bermula pada Agustus 2013. Pasalnya, perusahaan yang sebelumnya bernama PT Kiani Kertas itu mengalami kesulitan keuangan hingga akhir tahun lalu. Produksi pulp yang menjadi bahan kertas, merosot. Padahal, perusahaan memproduksi sekitar 1.500 hingga 2.000 ton pulp tiap hari.
"Kepada kami disampaikan selama ini bahwa ini karena kondisi keuangan perusahaan yang dipicu perusahaan tak ada kegiatan. Memang per bulan Agustus tahun lalu sudah tak ada kegiatan pabrik," jelas Suyadi.
Sementara menurut Syaiful, turunnya produksi perusahaan dikarenakan kurangnya kayu akasia yang menjadi bahan baku utama pembuatan pulp. Ketersediaan bahan baku di dalan negeri, terutama di Kalimantan Timur, terus berkurang. Bahkan, terkadang bahan baku harus diimpor dari Australia.
Kondisi ini menyebabkan keuangan perusahaan mengalami krisis dan berdampak pada pembayaran gaji karyawan, bahkan sejumlah karyawan dirumahkan hingga batas waktu yang telah ditentukan. Karyawan yang dirumahkan itu sebagian besar beralih dulu menjadi tukang ojek atau nelayan hingga kembali bekerja di Kertas Nusantara.
"Memang banyak yang dirumahkan, sementara ada juga yang mengundurkan diri. Biasalah, perusahaan kalau mengalami krisis keuangan. Apalagi perusahaan harus mengeluarkan biaya gaji karyawan berkisar Rp10 miliar hingga Rp11 miliar tiap bulan. Tapi, sekali lagi kami menginginkan hak-hak pekerja yang diatur dalam undang-undang harus dilaksanakan," jelas Suryadi.
Pihak Suyadi menerima informasi bahwa perusahaan tersebut mempunyai utang hingga Rp7 triliun. Padahal, nilai usaha PT Kertas Nusantara hanya Rp3,5 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JCO)