Jakarta: Hari kemerdekaan Indonesia ke-74 harus menjadi momentum bagi Indonesia menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) yang belum selesai. Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Komaruddin Hidayat menyebut Indonesia masih memiliki tiga PR.
"Harus punya birokrasi yang berwibawa dan efektif. Kedua, ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketiga, negara harus punya identitas kuat yang sakral," kata Komaruddin di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Jum'at 16 Agustus 2019.
Menurut Komaruddin, tiga hal tersebut saling melengkapi. Menurutnya, jika satu poin hilang, akan mengacaukan langkah Indonesia untuk maju.
"Problemnya ketika birokrasi tidak efektif, science dan technology tidak berkembang, yang menonjol identitas sektarian maka semakin berat bebannya bagi negara," terang Komaruddin.
Lebih lanjut, Komaruddin mengatakan, untuk dapat menjadi bangsa yang maju, Indonesia harus menguatkan kembali komitmennya sebagai satu identitas bangsa. Pasalnya, Indonesia terdiri dari berbagai suku.
"Sebuah bangsa yang belum solid sebagai negara yang homogen itu akan makan energi yang banyak untuk menjaga kerukunan toleransi dan sebagainya, sehingga energinya tersedot ke sana," tutur Komaruddin.
Menurutnya saat ini Indonesia masih direcoki persoalan menyatukan perbedaan. Hal itulah yang dinilai Komaruddin membuat bangsa Indonesia tertinggal dengan bangsa-bangsa lainnya.
"Saya ingin Agustus ini tiga tantangan tadi harus diatasi, sebab kalau tidak kita akan ketinggalan ke depan," pungkas Komaruddin.
Jakarta: Hari kemerdekaan Indonesia ke-74 harus menjadi momentum bagi Indonesia menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) yang belum selesai. Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Komaruddin Hidayat menyebut Indonesia masih memiliki tiga PR.
"Harus punya birokrasi yang berwibawa dan efektif. Kedua, ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketiga, negara harus punya identitas kuat yang sakral," kata Komaruddin di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Jum'at 16 Agustus 2019.
Menurut Komaruddin, tiga hal tersebut saling melengkapi. Menurutnya, jika satu poin hilang, akan mengacaukan langkah Indonesia untuk maju.
"Problemnya ketika birokrasi tidak efektif,
science dan
technology tidak berkembang, yang menonjol identitas sektarian maka semakin berat bebannya bagi negara," terang Komaruddin.
Lebih lanjut, Komaruddin mengatakan, untuk dapat menjadi bangsa yang maju, Indonesia harus menguatkan kembali komitmennya sebagai satu identitas bangsa. Pasalnya, Indonesia terdiri dari berbagai suku.
"Sebuah bangsa yang belum solid sebagai negara yang homogen itu akan makan energi yang banyak untuk menjaga kerukunan toleransi dan sebagainya, sehingga energinya tersedot ke sana," tutur Komaruddin.
Menurutnya saat ini Indonesia masih direcoki persoalan menyatukan perbedaan. Hal itulah yang dinilai Komaruddin membuat bangsa Indonesia tertinggal dengan bangsa-bangsa lainnya.
"Saya ingin Agustus ini tiga tantangan tadi harus diatasi, sebab kalau tidak kita akan ketinggalan ke depan," pungkas Komaruddin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(NUR)