Tim Inafis dari Polda Sulawesi Tenggara (Sultra) bersama tim dari Mabes Polri melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan menemukan tiga selongsong peluru. Foto:AntaraJojon
Tim Inafis dari Polda Sulawesi Tenggara (Sultra) bersama tim dari Mabes Polri melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan menemukan tiga selongsong peluru. Foto:AntaraJojon

Wakapolri: Lembaga Sipil Terlibat Usut Kematian Dua Mahasiswa

Candra Yuri Nuralam • 28 September 2019 22:18
Kendari: Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia Komjen Ari Dono Sukmanto mengatakan tim gabungan yang dibentuk untuk menginvestigasi insiden kematian dua orang mahasiswa peserta unjuk rasa di Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pengusutan juga melibatkan pihak dari komponen lembaga sipil.  
 
"Investigasi untuk mengungkap kejadian sebenarnya saat aksi unjuk rasa ribuan orang menolak revisi undang-undang yang mengundang kontroversi akan dilakukan profesional dan transparan ke publik," kata Wakapolri Ari Dono dikutip Antara, Sabtu, 28 September 2019.
 
Menurutnya, kewenangan investigasi kasus tindak pidana pada prinsipnya pihak kepolisian. Namun terbuka ruang manakala ada aspirasi yang menghendaki pelibatan komponen lain seperti Ombudsman, Komnas HAM maupun akademisi.

"Kepolisian komitmen menjalankan tugas dengan profesional. Tim investigasi bekerja secara transparan untuk membuktikan peristiwa yang terjadi saat unjuk rasa yang menelan korban jiwa," ujarnya.
 
Sejauh ini, kata dia, investigasi yang dilakukan baru melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Semua jenis senjata yang digunakan personel kepolisian saat pengamanan di DPRD Sultra juga telah ditarik. 
 
"Saat ini baru tahap investigasi TKP dan mengumpulkan senjata-senjata yang digunakan saat penugasan personel," paparnya.
 
Kepolisian dalam menangani unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa dilarang menggunakan senjata mematikan. Personel yang bertugas hanya dibekali tameng, tongkat Polisi dan gas air mata.
 
"Karena ada temuan selongsong peluru maka perlu diperiksa, termasuk polisi yang ditugaskan. Perlu kita data senjata apa saja yang dibagi, amunisinya berapa untuk diteliti," ucap Ari. 
 
Tim investigasi sudah mengantongi data hasil autopsi dan rekam medis dari kedua jenazah. Nantinya data ini akan dicocokkan dalam rangkaian teknik investigasi.
 
“Insya Allah secara periodik hasil investigasi akan disampaikan kepada publik. Harapannya lebih cepat lebih baik, sekarang pun tim sudah bekerja,” tuturnya.
 
Mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO), Kendari, Immawan Rendy, tewas diduga ditembak saat unjuk rasa di depan DPRD, Kamis, 26 September 2019. Rendy sempat dibawa ke Rumah Sakit TNI AD dr Ismoyo pada pukul 16.18 WITA. Namun, nyawa mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan itu tak tertolong.
 
Sementara itu, mahasiswa lainnya, Yusuf Kardawi, sempat dirawat di rumah sakit. Yusuf kritis karena luka berat di bagian kepala. Dia meninggal setelah dirawat intensif di Rumah Sakit Bahteramas Kendari.
 
Presiden Joko Widodo telah memerintahkan Kapolri Jenderal Tito Karnavian menginvestigasi jajarannya terkait pengamanan demonstrasi mahasiswa. Jokowi belum mau menyimpulkan insiden ini sebelum investigasi rampung.
 

 

 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(BOW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan