medcom.id, Jakarta: Bareskrim Polri menelusuri dugaan eksploitasi anak di tempat spa di Bali. Saat diselidiki ditemukan 11 remaja berusia 14 sampai 15 tahun di tempat mandi uap itu.
"Yang paling muda umur 13 tahun. Dari segi fisik mereka tidak terlihat anak-anak," jelas Kasubdit III Dittipidum Bareskrim Polri Kombes Umar Surya Fana di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (1/8/2016).
Umar mengatakan, pihaknya masih mendalami apakah anak-anak ini hanya dipekerjakan sebagai terapis atau juga dieksploitasi secara fisik. Menurut dia, pemilik spa telah diperiksa.
"Makanya tadi saya sebutkan ada tiga suspect yakni yang melakukan rekrutmen, penampungan sementara, dan eksploitasinya," kata dia.
Pihaknya menegaskan, hingga kini masih menyelidikidan mengumpulkan sejumlah barang bukti.
"Kami sampai sekarang belum menentukan korbannya. Sekali lagi kami sedang selidiki," kata dia.
Menurut Data UNICEF dan Koalisi Nasional Eksploitasi Seksual Komersial Anak mengungkapkan bahwa 30 persen pekerja seks di Indonesia adalah anak di bawah usia 18 tahun. Indonesia menempati urutan ketiga untuk perdagangan anak di Asia Tenggara setelah Kamboja dan Vietnam.
Rumah Faye, organisasi sosial, meminta Pemerintah Pusat dan Daerah melakukan pengawasan ketat soal perdagangan anak online dan pornografi melalui koordinasi dan kerja sama yang baik antara kementerian yang menjadi Satgas Nasional Tindak Perdagangan Orang Perdagangan dan Satgas Nasional Perlindungan Anak.
Setiap tahun, 150 ribu anak Indonesia diperdagangkan untuk seks dan 40.00-70.000 dari mereka menjadi korban eksploitasi seks. Eksploitasi seksual anak merupakan tujuan terbesar dalam perdagangan anak di Indonesia.
Kemiskinan, putus sekolah, kemajuan informasi dan teknologi, lemahnya penegakan hukum dan perkembangan pariwisata yang pesat merupakan beberapa faktor semakin maraknya perdagangan anak.
<blockquote class="twitter-video" data-lang="en"><p lang="in" dir="ltr">Polri Selidiki Kasus Eksploitasi Anak di Spa <a href="https://t.co/O3CUHN81Bq">https://t.co/O3CUHN81Bq</a> <a href="https://t.co/fLWB9BQjWh">pic.twitter.com/fLWB9BQjWh</a></p>— METRO TV (@Metro_TV) <a href="https://twitter.com/Metro_TV/status/759987391025205248">August 1, 2016</a></blockquote>
<script async src="//platform.twitter.com/widgets.js" charset="utf-8"></script>
medcom.id, Jakarta: Bareskrim Polri menelusuri dugaan eksploitasi anak di tempat spa di Bali. Saat diselidiki ditemukan 11 remaja berusia 14 sampai 15 tahun di tempat mandi uap itu.
"Yang paling muda umur 13 tahun. Dari segi fisik mereka tidak terlihat anak-anak," jelas Kasubdit III Dittipidum Bareskrim Polri Kombes Umar Surya Fana di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (1/8/2016).
Umar mengatakan, pihaknya masih mendalami apakah anak-anak ini hanya dipekerjakan sebagai terapis atau juga dieksploitasi secara fisik. Menurut dia, pemilik spa telah diperiksa.
"Makanya tadi saya sebutkan ada tiga suspect yakni yang melakukan rekrutmen, penampungan sementara, dan eksploitasinya," kata dia.
Pihaknya menegaskan, hingga kini masih menyelidikidan mengumpulkan sejumlah barang bukti.
"Kami sampai sekarang belum menentukan korbannya. Sekali lagi kami sedang selidiki," kata dia.
Menurut Data UNICEF dan Koalisi Nasional Eksploitasi Seksual Komersial Anak mengungkapkan bahwa 30 persen pekerja seks di Indonesia adalah anak di bawah usia 18 tahun. Indonesia menempati urutan ketiga untuk perdagangan anak di Asia Tenggara setelah Kamboja dan Vietnam.
Rumah Faye, organisasi sosial, meminta Pemerintah Pusat dan Daerah melakukan pengawasan ketat soal perdagangan anak online dan pornografi melalui koordinasi dan kerja sama yang baik antara kementerian yang menjadi Satgas Nasional Tindak Perdagangan Orang Perdagangan dan Satgas Nasional Perlindungan Anak.
Setiap tahun, 150 ribu anak Indonesia diperdagangkan untuk seks dan 40.00-70.000 dari mereka menjadi korban eksploitasi seks. Eksploitasi seksual anak merupakan tujuan terbesar dalam perdagangan anak di Indonesia.
Kemiskinan, putus sekolah, kemajuan informasi dan teknologi, lemahnya penegakan hukum dan perkembangan pariwisata yang pesat merupakan beberapa faktor semakin maraknya perdagangan anak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)