Jakarta: Ahli Vulkanologi Pusat Vukanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Devy Kamil Syahbana menyebut Gunung Marapi di Sumatra Barat (Sumbar) meletus 60 kali sepanjag Februari. Data ini yang terekam PVMBG hingga pukul 18.11 WIB Kamis, 29 Februari 2024.
"Gunung Marapi telah meletus 60 kali dalam sebulan. Adapun embusan tercatat 1.093 kali. Namun, Gunung api Marapi juga kembali terpantau mengalami erupsi pukul 19.25 dan 19.38 WIB," kata Devy dalam keterangannya, Jumat, 1 Maret 2024.
Devy mengatakan pancaran cahaya atau volcanic glow berwarna jingga kemerahan dari akitivitas vulkanik terlihat dari segala penjuru ketika Gunung Marapi meletus pada Kamis malam, 29 Februari 2024. Fenomena itu dapat diindikasikan adanya sistem terbuka, sehingga magma dengan mudah ke permukaan. Hal itu diharapkan menjadi pertanda energi berangsur dikeluarkan dan cepat habis.
Volcanic glow merupakan istilah vulkanologi yakni cahaya yang diakibatkan panas dari magma yang keluar ke permukaan kemudian membakar udara di sekitar sehingga tampak terang.
"Cahaya yang diakibatkan panas dari magma yang keluar permukaan, membakar udara di sekitar, sehingga tampak terang. Ini mengindikasikan sistem terbuka, dengan sistem terbuka, magma bisa dengan mudah naik ke permukaan, mudah2an saja dengan cara seperti itu energinya cepat habis," terangnya.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan hasil perekaman data instrumental PVMBG per pukul 19.38 WIB disimpulkan letusan gunung api Marapi ditandai adanya kolom abu. Namun, tingginya tidak teramati.
"Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 4.5 mm dan durasi sementara ini kurang lebih 1 menit 15 detik. Bahkan erupsi masih berlangsung saat tim PVMBG dan Pos Pengamat Gunungapi Marapi membuat laporan," ujar Abdul.
Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, PVMBG telah memberikan rekomendasi bahwa masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pendaki, pengunjung atau wisatawan diminta tidak memasuki dan tidak melakukan kegiatan di radius 4,5 kilometer dari pusat erupsi (Kawah Verbeek).
"Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah/aliran/bantaran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunungapi Marapi agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan," jelas Abdul.
Apabila terjadi hujan abu maka masyarakat diimbau untuk menggunakan masker penutup hidung dan mulut untuk menghindari gangguan saluran pernapasan (ISPA), serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit. Selain itu agar mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang tebal agar tidak roboh.
Jakarta: Ahli Vulkanologi Pusat Vukanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Devy Kamil Syahbana menyebut
Gunung Marapi di Sumatra Barat (Sumbar) meletus 60 kali sepanjag Februari. Data ini yang terekam PVMBG hingga pukul 18.11 WIB Kamis, 29 Februari 2024.
"Gunung Marapi telah meletus 60 kali dalam sebulan. Adapun embusan tercatat 1.093 kali. Namun, Gunung api Marapi juga kembali terpantau mengalami erupsi pukul 19.25 dan 19.38 WIB," kata Devy dalam keterangannya, Jumat, 1 Maret 2024.
Devy mengatakan pancaran cahaya atau volcanic glow berwarna jingga kemerahan dari akitivitas vulkanik terlihat dari segala penjuru ketika Gunung Marapi meletus pada Kamis malam, 29 Februari 2024. Fenomena itu dapat diindikasikan adanya sistem terbuka, sehingga magma dengan mudah ke permukaan. Hal itu diharapkan menjadi pertanda energi berangsur dikeluarkan dan cepat habis.
Volcanic glow merupakan istilah vulkanologi yakni cahaya yang diakibatkan panas dari magma yang keluar ke permukaan kemudian membakar udara di sekitar sehingga tampak terang.
"Cahaya yang diakibatkan panas dari magma yang keluar permukaan, membakar udara di sekitar, sehingga tampak terang. Ini mengindikasikan sistem terbuka, dengan sistem terbuka, magma bisa dengan mudah naik ke permukaan, mudah2an saja dengan cara seperti itu energinya cepat habis," terangnya.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan hasil perekaman data instrumental PVMBG per pukul 19.38 WIB disimpulkan letusan gunung api Marapi ditandai adanya kolom abu. Namun, tingginya tidak teramati.
"Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 4.5 mm dan durasi sementara ini kurang lebih 1 menit 15 detik. Bahkan erupsi masih berlangsung saat tim PVMBG dan Pos Pengamat Gunungapi Marapi membuat laporan," ujar Abdul.
Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, PVMBG telah memberikan rekomendasi bahwa masyarakat di sekitar
Gunung Marapi dan pendaki, pengunjung atau wisatawan diminta tidak memasuki dan tidak melakukan kegiatan di radius 4,5 kilometer dari pusat erupsi (Kawah Verbeek).
"Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah/aliran/bantaran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunungapi Marapi agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan," jelas Abdul.
Apabila terjadi hujan abu maka masyarakat diimbau untuk menggunakan masker penutup hidung dan mulut untuk menghindari gangguan saluran pernapasan (ISPA), serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit. Selain itu agar mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang tebal agar tidak roboh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)