medcom.id, Jakarta: Pesawat baru kepresidenan disambut secara resmi di Bandar Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Kamis (10/4/2014). Di dunia, Hanya ada dua negara yang menggunakan Jet 2 Green sebagai pesawat kepresidenan.
Selain Indonesia, negara lain yang menggunakan Jet 2 Green adalah Madagaskar. Sayang, pesawat yang dibeli oleh pemerintah Madagaskar pada tahun 2008 dengan harga USD60 juta tersebut memicu geger di negara tersebut.
Pembelian pesawat dari pabrik Boeing itu memicu amarah rakyat karena kondisi ekonomi negara pulau di Samudera Hindia itu sedang terpuruk. Salah satu tokoh yang menentang keras kebijakan pembelian pesawat itu adalah Wali kota Antananarivo. Dia berhasil membujuk militer untuk mengkudeta Presiden Ravalomanana.
Akhirnya pada 2009, Marc Ravalomanana turun dari singgasananya karena dipicu pembelian pesawat yang sejenis dengan yang dibeli pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Rezim pengganti Antananarivo kemudian menjualnya tidak lebih dari setengah harga asli, yaitu sebesar USD24 juta.
Di Indonesia, kisah pembelian pesawat bermula dari usulan presiden SBY, yang kemudian disetujui oleh DPR pada 2012. Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara Lambock V Nahattand berdalih bahwa pembelian pesawat dinilai lebih menguntungkan bila ditinjau dari segi keamanan. Menurutnya, pesawat Boeing banyak digunakan untuk penerbangan VVIP negara-negara di dunia.
Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi mengklaim pembelian pesawat ini akan menghemat sekitar Rp114,2 miliar pertahun. Sementara untuk penyewaan pertahun mencapai Rp840 miliar.
Namun tanggapan berbeda datang dari pengamat penerbangan Dudi Sudibyo. Ia menyoroti tingkat frekwensi penggunaan pesawat kepresidenan tersebut. Bila jarang dipergunakan, menurutnya, yang terjadi justru pemborosan.
Ia juga menyayangkan memilih pesawat Boeing-737 sebagai pesawat kepresidenan Indonesia. Ia menilai penggunaan jenis pesawat seperti ini tidak akan efisien karena hanya mampu mendarat di bandara di kota-kota besar.
Untuk perjalanan dinas untuk wilayah dalam negeri akan lebih efektif menggunakan pesawat CN235 yang mampu menjangkau berbagai wilayah di Indonesia ketimbang pesawat berjenis Boeing-737.
CN 235 sendiri merupakan pesawat buatan dalam negeri yang dikelola oleh PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Di kancah industri pesawat terbang internasional, PT DI menjadi salah satu penyuplai sub-kontraktor (Komponen) untuk industri-industri pesawat terbang ternama seperti Boeing, Airbus, General Dynamic, Fokker, Sukhoi dan lain sebagainya. PT DI juga membuat pesawat pesanan dari negara Asia Tenggara lainnya seperti Thailand, Malaysia, Filipina dan Brunei. Tercatat, Pada tahun 2012 lalu, perusahaan penerbangan yang didirikan pada 26 April 1976 ini berhasil mengirimkan 4 pesawat jenis CN 235 pesanan khusus dari Korea Selatan.
Selain itu PT DI juga sering terlibat dalam kerja sama dalam pembuatan pesawat seperti rancangan membangun pesawat tempur siluman KFX bersama Korea Selatan. Tak hanya pesawat, PT DI juga mampu memproduksi helikopter, senjata, dan menyediakan pelatihan dan jasa pemeliharaan (maintenance service) untuk mesin-mesin pesawat.
medcom.id, Jakarta: Pesawat baru kepresidenan disambut secara resmi di Bandar Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Kamis (10/4/2014). Di dunia, Hanya ada dua negara yang menggunakan Jet 2 Green sebagai pesawat kepresidenan.
Selain Indonesia, negara lain yang menggunakan Jet 2 Green adalah Madagaskar. Sayang, pesawat yang dibeli oleh pemerintah Madagaskar pada tahun 2008 dengan harga USD60 juta tersebut memicu geger di negara tersebut.
Pembelian pesawat dari pabrik Boeing itu memicu amarah rakyat karena kondisi ekonomi negara pulau di Samudera Hindia itu sedang terpuruk. Salah satu tokoh yang menentang keras kebijakan pembelian pesawat itu adalah Wali kota Antananarivo. Dia berhasil membujuk militer untuk mengkudeta Presiden Ravalomanana.
Akhirnya pada 2009, Marc Ravalomanana turun dari singgasananya karena dipicu pembelian pesawat yang sejenis dengan yang dibeli pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Rezim pengganti Antananarivo kemudian menjualnya tidak lebih dari setengah harga asli, yaitu sebesar USD24 juta.
Di Indonesia, kisah pembelian pesawat bermula dari usulan presiden SBY, yang kemudian disetujui oleh DPR pada 2012. Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara Lambock V Nahattand berdalih bahwa pembelian pesawat dinilai lebih menguntungkan bila ditinjau dari segi keamanan. Menurutnya, pesawat Boeing banyak digunakan untuk penerbangan VVIP negara-negara di dunia.
Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi mengklaim pembelian pesawat ini akan menghemat sekitar Rp114,2 miliar pertahun. Sementara untuk penyewaan pertahun mencapai Rp840 miliar.
Namun tanggapan berbeda datang dari pengamat penerbangan Dudi Sudibyo. Ia menyoroti tingkat frekwensi penggunaan pesawat kepresidenan tersebut. Bila jarang dipergunakan, menurutnya, yang terjadi justru pemborosan.
Ia juga menyayangkan memilih pesawat Boeing-737 sebagai pesawat kepresidenan Indonesia. Ia menilai penggunaan jenis pesawat seperti ini tidak akan efisien karena hanya mampu mendarat di bandara di kota-kota besar.
Untuk perjalanan dinas untuk wilayah dalam negeri akan lebih efektif menggunakan pesawat CN235 yang mampu menjangkau berbagai wilayah di Indonesia ketimbang pesawat berjenis Boeing-737.
CN 235 sendiri merupakan pesawat buatan dalam negeri yang dikelola oleh PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Di kancah industri pesawat terbang internasional, PT DI menjadi salah satu penyuplai sub-kontraktor (Komponen) untuk industri-industri pesawat terbang ternama seperti Boeing, Airbus, General Dynamic, Fokker, Sukhoi dan lain sebagainya. PT DI juga membuat pesawat pesanan dari negara Asia Tenggara lainnya seperti Thailand, Malaysia, Filipina dan Brunei. Tercatat, Pada tahun 2012 lalu, perusahaan penerbangan yang didirikan pada 26 April 1976 ini berhasil mengirimkan 4 pesawat jenis CN 235 pesanan khusus dari Korea Selatan.
Selain itu PT DI juga sering terlibat dalam kerja sama dalam pembuatan pesawat seperti rancangan membangun pesawat tempur siluman KFX bersama Korea Selatan. Tak hanya pesawat, PT DI juga mampu memproduksi helikopter, senjata, dan menyediakan pelatihan dan jasa pemeliharaan (maintenance service) untuk mesin-mesin pesawat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIT)