medcom.id, Jakarta: Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengingatkan perlunya kesiapan dalam menghadapi kondisi darurat. Dia ingin para wartawan juga sigap memahami keadaan sekitar saat meliput situasi konflik.
"Rekan wartawan ini kalau memiliki tugas di daerah tidak aman, daerah pertempuran, maka perlu memahami situasi daerah pertempuran, bagaimana caranya memahami Cumemu: Cuaca Medan dan Musuh ketika bertikai," kata Moeldoko ketika membuka "Pelatihan Kedaruratan Wartawan" di Detasemen Pemeliharaan Daerah Latihan (Denharrahlat) Kostrad Sanggabuana, Jawa Barat, Jumat (12/6/2015).
Menurut dia, ketika kondisi darurat dan diwajibkan meliput, wartawan perlu menyiapkan diri dengan baik. Pasalnya, kata dia, perubahan di daerah operasi begitu cepat, penuh resiko, kompleks, dan penuh kejutan.
Markas Besar (Mabes) TNI pun berinisiatif memberi pelatihan khusus bagi wartawan untuk memahami kondisi darurat. Moeldoko berharap, kegiatan ini bisa berguna bagi para jurnalis ketika menghadapi situasi sebenarnya.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu menerangkan, Mabes TNI akan menjadi pelatihan ini sebagai agenda rutin. Dia juga membuka kemungkinan bagi jurnalis meliput di daerah rawan konflik seperti Poso.
"Di daerah operasi itu keras, situasinya keras jadi perlu dilatih memperkenalkan situasi dengan cara ekstrim gitu cara-cara, yang enggak normatif," pungkas dia.
medcom.id, Jakarta: Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengingatkan perlunya kesiapan dalam menghadapi kondisi darurat. Dia ingin para wartawan juga sigap memahami keadaan sekitar saat meliput situasi konflik.
"Rekan wartawan ini kalau memiliki tugas di daerah tidak aman, daerah pertempuran, maka perlu memahami situasi daerah pertempuran, bagaimana caranya memahami Cumemu: Cuaca Medan dan Musuh ketika bertikai," kata Moeldoko ketika membuka "Pelatihan Kedaruratan Wartawan" di Detasemen Pemeliharaan Daerah Latihan (Denharrahlat) Kostrad Sanggabuana, Jawa Barat, Jumat (12/6/2015).
Menurut dia, ketika kondisi darurat dan diwajibkan meliput, wartawan perlu menyiapkan diri dengan baik. Pasalnya, kata dia, perubahan di daerah operasi begitu cepat, penuh resiko, kompleks, dan penuh kejutan.
Markas Besar (Mabes) TNI pun berinisiatif memberi pelatihan khusus bagi wartawan untuk memahami kondisi darurat. Moeldoko berharap, kegiatan ini bisa berguna bagi para jurnalis ketika menghadapi situasi sebenarnya.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu menerangkan, Mabes TNI akan menjadi pelatihan ini sebagai agenda rutin. Dia juga membuka kemungkinan bagi jurnalis meliput di daerah rawan konflik seperti Poso.
"Di daerah operasi itu keras, situasinya keras jadi perlu dilatih memperkenalkan situasi dengan cara ekstrim gitu cara-cara, yang enggak normatif," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(Des)