Jakarta: Kepala Pusat Meteorologi Maritim pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Eko Prasetyo menyebut kecelakaan kapal belakangan ini terjadi akibat cuaca ekstrem. Pemilik transportasi laut diminta lebih waspada terhadap gelombang tinggi.
"(Pemilik transportasi laut perlu) beradaptasi, menyesuaikan kondisi kapal-kapalnya dengan kemampuan berlayar pada tinggi gelombang yang sudah diinformasikan," ujar Eko dalam konferensi pers secara virtual, Minggu, 31 Januari 2021.
Eko meminta nelayan dan nakhoda kapal berhati-hati saat berada di daerah pesisir yang kerap terjadi banjir rob. Hal tersebut untuk mencegah terjadinya benturan antarkapal yang tengah bersandar.
"Sejak 28 Januari (2021) kemarin hingga hari ini masih banyak terjadi laka laut, baik itu antara kapal tabrakan maupun antarkapal nelayan yang rusak ketika disandarkan," jelasnya.
Perairan Indonesia akan diterjang gelombang tinggi antara 2,4-6 meter. Kondisi tersebut tersebar di daerah.
Gelombang setinggi 2,5-4 meter akan menerjang perairan utara Sabang, perairan Aceh, Mentawai, hingga Papua. Sedangkan, gelombang setinggi 4-6 meter akan terjadi di perairan selatan Jawa hingga Sumbawa.
BMKG memprediksi gelombang tinggi tersebut tidak berlangsung lama. Fenomena itu akan usai pada 3 Februari 2021.
Baca: Kapal Muatan Kelapa Sawit Kandas Dihempas Gelombang
Sebelumnya, sejumlah kecelakaan kapal terjadi di perairan Indonesia. Di antaranya antara kapal KM TB Mitra Jaya XIX dengan kapal kargo KM Tanto Bersinar di perairan laut Karangjamuang, Perairan Gresik, Jawa Timur, pukul 03.15 WIB, Sabtu, 23 Januari 2021.
Hingga Sabtu, 30 Januari 2021, sebanyak lima anak buah kapal (ABK) kapal KM TB Mitra Jaya XIX belum ditemukan. Kepala Seksi Operasi Kantor SAR Surabaya, I Wayan Suyatna, menduga kelima ABK terjebak di dalam bangkai kapal, sedangkan penyelam kesulitan akibat kondisi cuaca buruk.
Jakarta: Kepala Pusat Meteorologi Maritim pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Eko Prasetyo menyebut
kecelakaan kapal belakangan ini terjadi akibat cuaca ekstrem. Pemilik transportasi laut diminta lebih waspada terhadap
gelombang tinggi.
"(Pemilik transportasi laut perlu) beradaptasi, menyesuaikan kondisi kapal-kapalnya dengan kemampuan berlayar pada tinggi gelombang yang sudah diinformasikan," ujar Eko dalam konferensi pers secara virtual, Minggu, 31 Januari 2021.
Eko meminta nelayan dan nakhoda kapal berhati-hati saat berada di daerah pesisir yang kerap terjadi banjir rob. Hal tersebut untuk mencegah terjadinya benturan antarkapal yang tengah bersandar.
"Sejak 28 Januari (2021) kemarin hingga hari ini masih banyak terjadi laka laut, baik itu antara kapal tabrakan maupun antarkapal nelayan yang rusak ketika disandarkan," jelasnya.
Perairan Indonesia akan diterjang gelombang tinggi antara 2,4-6 meter. Kondisi tersebut tersebar di daerah.
Gelombang setinggi 2,5-4 meter akan menerjang perairan utara Sabang, perairan Aceh, Mentawai, hingga Papua. Sedangkan, gelombang setinggi 4-6 meter akan terjadi di perairan selatan Jawa hingga Sumbawa.
BMKG memprediksi gelombang tinggi tersebut tidak berlangsung lama. Fenomena itu akan usai pada 3 Februari 2021.
Baca: Kapal Muatan Kelapa Sawit Kandas Dihempas Gelombang
Sebelumnya, sejumlah kecelakaan kapal terjadi di perairan Indonesia. Di antaranya antara kapal KM TB Mitra Jaya XIX dengan kapal kargo KM Tanto Bersinar di perairan laut Karangjamuang, Perairan Gresik, Jawa Timur, pukul 03.15 WIB, Sabtu, 23 Januari 2021.
Hingga Sabtu, 30 Januari 2021, sebanyak lima anak buah kapal (ABK) kapal KM TB Mitra Jaya XIX belum ditemukan. Kepala Seksi Operasi Kantor SAR Surabaya, I Wayan Suyatna, menduga kelima ABK terjebak di dalam bangkai kapal, sedangkan penyelam kesulitan akibat kondisi cuaca buruk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)
