Jakarta: PT Bio Farma (Persero) optimistis pengujian vaksin covid-19 Merah Putih berjalan mulus. Pasalnya, teknologi yang digunakan untuk menguji vaksin sudah dikuasai perusahaan pelat merah tersebut.
Juru bicara vaksinasi covid-19 dari Bio Farma, Bambang Heriyanto, menyebut pihaknya mampu menguji vaksin berbasis protein rekombinan. Bio Farma berpengalaman membuat vaksin hepatitis B dengan basis protein tersebut.
“Teknologi dan fasilitasnya (vaksin hepatitis B) tidak jauh dengan (pengujian) vaksin covid-19 berbasis rekombinan,” kata Bambang dalam keterangan tertulis, Rabu, 10 Januari 2021.
Baca: Tiongkok Pertimbangkan Kerja Sama Vaksin dengan Eropa Timur
Menurut dia, vaksin berbasis protein rekombinan termasuk yang paling aman. Pasalnya, molekulnya kecil dan tidak mengakibatkan efek samping yang serius.
Teknologi pengujian protein rekombinan juga sudah dikenal di laboratorium dan industri. Dengan begitu, biaya riset dan produksinya relatif lebih murah.
Bambang menyebut Bio Farma tak hanya siap menguji vaksin covid-19 berbasis protein rekombinan. Pihaknya mampu memproduksi vaksin berbasis virus yang telah dimatikan atau inactivated virus.
“Jadi PT Bio Farma siap melakukan proses selanjutnya,” tegas dia.
Pengembangan vaksin covid-19 Merah Putih terus berjalan. Kandidat vaksin segera diserahkan kepada PT Bio Farma untuk diproses lebih lanjut.
“Di Maret atau paling lambat April 2021 kandidat vaksin akan diserahkan," kata Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kemenristek Ali Ghufron Mukti dalam keterangan tertulis.
Ghufron menuturkan vaksin buatan dalam negeri itu masih harus melalui uji keamanan dan khasiat. Vaksin itu akan diuji kepada hewan hingga uji klinik tahap satu, dua, dan tiga.
Bibit vaksin covid-19 Merah Putih dikembangkan enam lembaga. Mereka ialah Lembaga Bio Molekuler (LBM) Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Universitas Airlangga (Unair), dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Keenam lembaga itu mengembangkan vaksin covid-19 dengan platform yang berbeda. Eijkman memakai platform protein rekombinan. UI dengan platform DNA, MRNA, dan virus like particle (VLP). Unair dan ITB menggunakan adenovirus, sedangkan UGM dan LIPI protein rekombinan.
Jakarta: PT Bio Farma (Persero) optimistis pengujian
vaksin covid-19 Merah Putih berjalan mulus. Pasalnya, teknologi yang digunakan untuk menguji
vaksin sudah dikuasai perusahaan pelat merah tersebut.
Juru bicara vaksinasi
covid-19 dari Bio Farma, Bambang Heriyanto, menyebut pihaknya mampu menguji vaksin berbasis protein rekombinan. Bio Farma berpengalaman membuat vaksin hepatitis B dengan basis protein tersebut.
“Teknologi dan fasilitasnya (vaksin hepatitis B) tidak jauh dengan (pengujian) vaksin covid-19 berbasis rekombinan,” kata Bambang dalam keterangan tertulis, Rabu, 10 Januari 2021.
Baca:
Tiongkok Pertimbangkan Kerja Sama Vaksin dengan Eropa Timur
Menurut dia, vaksin berbasis protein rekombinan termasuk yang paling aman. Pasalnya, molekulnya kecil dan tidak mengakibatkan efek samping yang serius.
Teknologi pengujian protein rekombinan juga sudah dikenal di laboratorium dan industri. Dengan begitu, biaya riset dan produksinya relatif lebih murah.
Bambang menyebut Bio Farma tak hanya siap menguji vaksin covid-19 berbasis protein rekombinan. Pihaknya mampu memproduksi vaksin berbasis virus yang telah dimatikan atau inactivated virus.
“Jadi PT Bio Farma siap melakukan proses selanjutnya,” tegas dia.
Pengembangan vaksin covid-19 Merah Putih terus berjalan. Kandidat vaksin segera diserahkan kepada PT Bio Farma untuk diproses lebih lanjut.
“Di Maret atau paling lambat April 2021 kandidat vaksin akan diserahkan," kata Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kemenristek Ali Ghufron Mukti dalam keterangan tertulis.
Ghufron menuturkan vaksin buatan dalam negeri itu masih harus melalui uji keamanan dan khasiat. Vaksin itu akan diuji kepada hewan hingga uji klinik tahap satu, dua, dan tiga.
Bibit vaksin covid-19 Merah Putih dikembangkan enam lembaga. Mereka ialah Lembaga Bio Molekuler (LBM) Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Universitas Airlangga (Unair), dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Keenam lembaga itu mengembangkan vaksin covid-19 dengan platform yang berbeda. Eijkman memakai platform protein rekombinan. UI dengan platform DNA, MRNA, dan virus like particle (VLP). Unair dan ITB menggunakan adenovirus, sedangkan UGM dan LIPI protein rekombinan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(OGI)