Program Cinta Rasul di Masjid Nursiah Daud Paloh, Kompleks Metro TV, Kedoya, Jakarta Barat, (Foto: MTVN/Aulia)
Program Cinta Rasul di Masjid Nursiah Daud Paloh, Kompleks Metro TV, Kedoya, Jakarta Barat, (Foto: MTVN/Aulia)

Rasulullah Ajarkan Umatnya Jadi Konglomerat yang Halal dan Baik

M Rodhi Aulia • 10 Desember 2016 06:32
medcom.id, Jakarta: Pakar Ekonomi Islam Syafii Antonio menyerukan reformasi dan revolusi dalam mencintai dan meneladani Rasulullah atau Nabi Muhammad SAW. Terutama di bidang ekonomi.
 
"Cinta kita ke rasul harus direformasi dan revolusi. Rasul itu jangan kita kerangkeng di musala, di masjid, di mihrab. Tapi kita bawa ke pasar, ke manajemen, dan ke marketing," kata Syafii dalam program Cinta Rasul di Masjid Nursiah Daud Paloh, Kompleks Metro TV, Kedoya, Jakarta Barat, Jumat (9/12/2016).
 
Menurut Syafii, kecintaan yang ditunjukkan umat terhadap rasul selama ini tidak cukup sebatas ibadah saja. Tapi juga harus meneladani cara rasul membangun kekuatan ekonominya dengan berdagang.

"Rasul kita itu sebelum jadi nabi, sebelum jadi pimpinan agama, beliau itu dagang dulu. Yang luar biasa, ternyata dagangnya lebih lama ketimbang jadi rasul," ujar Syafii.
 
Syafii mengatakan Muhammad diangkat menjadi nabi sekira 23 tahun saja dari umur 40 tahun hingga wafat. Sementara dalam hal berdagang, rasul sudah memulainya sejak berusia 12 tahun hingga menjelang kenabian.
 
"Itu sekitar 25 hingga 27 tahun. 27 dibandingkan dengan 23 tahun lebih lama mana? Tapi, kita jarang belajar dari 27 tahun ini," kata Syafii.
 
Syafii menjelaskan modal utama dalam dunia usaha itu bukanlah uang, tapi kepercayaan. Rasul pun sudah mencontohkan itu hingga akhirnya sukses.
 
"Rasul berdagang mengandalkan kepercayaan. Dagang rasul penuh dengan kejujuran. Penuh dengan amanah yang akhirnya mendatangkan minat investor, termasuk di antaranya Siti Khadijah (wanita yang akhirnya dipersunting sebagai istri pertama nabi)," ucap dia.
 
Rasul, kata Syafii, bukanlah pedagang sembarangan. Akan tetapi pedagang yang mampu menjajakan dagangannya dengan strategi hebat hingga luar negeri, skalanya dagangannya besar dan dalam waktu yang lama.
 
"Rasul itu dagangannya bukan ecek-ecek. Bukan dagangnya jualan siwak, parfum di depan masjid. Itu boleh. Tapi rasul itu menyuruh kita untuk menjadi konglomerasi yang halal dan thayyib," tegas dia.
 
Adalah keliru, lanjut Syafii, umat Islam tidak boleh kaya dengan dalih menghindari susahnya hisab. Syafii menegaskan justru umat Islam diminta menjadi orang kaya, tapi bersyukur.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan