Jakarta: Terbongkarnya upaya penyelundupan narkoba melalui laut oleh aparat penegak hukum harus menjadi momentum mempercanggih alat komunikasi atau alkom. Teknologi alkom yang ada sekarang masih perlu ditingkatkan.
"Keberhasilan menggagalkan penyelundupan narkoba ke Indonesia patut diapresiasi. Ini merupakan momentum perbaikan alat utama sistem senjata (alutsista) dan alkom," kata Anggota Komisi III DPR, Ahmad Sahroni, seperti dilansir Antara, Senin, 26 Februari 2018.
Peningkatan alutsista, kata dia, tak hanya untuk satu instansi, tapi harus mencakup semua aparat hukum di laut, termasuk TNI Angkatan Laut yang memiliki fungsi polisional.
"Modernisasi alutsista dan alkom mutlak dilakukan karena diyakini jumlah narkoba yang berhasil masuk ke Indonesia lebih besar dari yang tertangkap," kata politikus Partai NasDem ini.
Untuk menjadikan Indonesia bersih dari narkoba, kata dia, persenjataan, alat komunikasi, hingga sistem teknologi informasi tak boleh kalah canggih dari para penyelundup.
Sahroni menekankan pemberantasan narkoba jangan secara parsial atau mengedepankan ego masing-masing institusi.
"Penggagalan penyelundupan ini menggambarkan semakin gencarnya upaya aparat membebaskan Indonesia dari narkoba. Sinergisitas harus dijaga, jangan masing-masing merasa hebat dan ingin mengedepankan citra kinerjanya lebih dulu," katanya.
Masih banyaknya jumlah narkoba lolos ke Indonesia sebelumnya telah disampaikan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Budi Waseso pada Oktober 2017. Ia menyebutkan sebanyak 1.097,6 ton prekursor dan 250 ton sabu yang sudah siap pakai setiap tahunnya masuk ke Indonesia dari China.
Baca: Kapal di Kepri Diduga Bawa 3 Ton Sabu
Selain menyoroti sinergisitas aparat menggagalkan penyelundupan, Sahroni sebelumnya turut menyoroti maraknya artis yang tersangkut kasus narkoba dan bahkan terindikasi sebagai pengedar.
Salah satu hasil dari tes urine artis oleh Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya adalah ditangkapnya pesinetron Rizal Djibran di rumahnya di kawasan Bekasi dengan barang bukti sabu 0,66 gram serta alat isapnya.
"Kita mendukung BNN bekerja sama dengan perhimpunan atau perkumpulan artis untuk melakukan tes urine. Rentetan tangkapan artis yang mengonsumsi narkoba di awal tahun ini menggambarkan rentannya profesi ini terhadap narkoba," tuturnya.
Sementara itu, Ketua DPD Gerakan Anti Narkotika (Granat) Jawa Timur, Arie Soeripan Tyawatie menilai BNN harus melakukan tes urine kepada semua artis untuk memastikan mereka yang menggeluti profesi tersebut tidak terjerat narkoba.
Bahkan, menurut dia, bukan hanya tes urine sebagai deteksi dini. Hukuman sosial sebaiknya juga perlu diterapkan terhadap artis yang terbukti mengonsumsi atau mengedarkan narkoba.
"Peredaran narkoba di artis ini sudah sangat parah. Rehabilitasi juga kadang salah kaprah dipergunakan. Karena sedikit-sedikit direhabilitasi. Padahal ada ketentuan sekian persen baru bisa direhab," kata dia.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/Obzv76gb" allowfullscreen></iframe>
Jakarta: Terbongkarnya upaya penyelundupan narkoba melalui laut oleh aparat penegak hukum harus menjadi momentum mempercanggih alat komunikasi atau alkom. Teknologi alkom yang ada sekarang masih perlu ditingkatkan.
"Keberhasilan menggagalkan penyelundupan narkoba ke Indonesia patut diapresiasi. Ini merupakan momentum perbaikan alat utama sistem senjata (alutsista) dan alkom," kata Anggota Komisi III DPR, Ahmad Sahroni, seperti dilansir
Antara, Senin, 26 Februari 2018.
Peningkatan alutsista, kata dia, tak hanya untuk satu instansi, tapi harus mencakup semua aparat hukum di laut, termasuk TNI Angkatan Laut yang memiliki fungsi polisional.
"Modernisasi alutsista dan alkom mutlak dilakukan karena diyakini jumlah narkoba yang berhasil masuk ke Indonesia lebih besar dari yang tertangkap," kata politikus Partai NasDem ini.
Untuk menjadikan Indonesia bersih dari narkoba, kata dia, persenjataan, alat komunikasi, hingga sistem teknologi informasi tak boleh kalah canggih dari para penyelundup.
Sahroni menekankan pemberantasan narkoba jangan secara parsial atau mengedepankan ego masing-masing institusi.
"Penggagalan penyelundupan ini menggambarkan semakin gencarnya upaya aparat membebaskan Indonesia dari narkoba. Sinergisitas harus dijaga, jangan masing-masing merasa hebat dan ingin mengedepankan citra kinerjanya lebih dulu," katanya.
Masih banyaknya jumlah narkoba lolos ke Indonesia sebelumnya telah disampaikan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Budi Waseso pada Oktober 2017. Ia menyebutkan sebanyak 1.097,6 ton prekursor dan 250 ton sabu yang sudah siap pakai setiap tahunnya masuk ke Indonesia dari China.
Baca:
Kapal di Kepri Diduga Bawa 3 Ton Sabu
Selain menyoroti sinergisitas aparat menggagalkan penyelundupan, Sahroni sebelumnya turut menyoroti maraknya artis yang tersangkut kasus narkoba dan bahkan terindikasi sebagai pengedar.
Salah satu hasil dari tes urine artis oleh Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya adalah ditangkapnya pesinetron Rizal Djibran di rumahnya di kawasan Bekasi dengan barang bukti sabu 0,66 gram serta alat isapnya.
"Kita mendukung BNN bekerja sama dengan perhimpunan atau perkumpulan artis untuk melakukan tes urine. Rentetan tangkapan artis yang mengonsumsi narkoba di awal tahun ini menggambarkan rentannya profesi ini terhadap narkoba," tuturnya.
Sementara itu, Ketua DPD Gerakan Anti Narkotika (Granat) Jawa Timur, Arie Soeripan Tyawatie menilai BNN harus melakukan tes urine kepada semua artis untuk memastikan mereka yang menggeluti profesi tersebut tidak terjerat narkoba.
Bahkan, menurut dia, bukan hanya tes urine sebagai deteksi dini. Hukuman sosial sebaiknya juga perlu diterapkan terhadap artis yang terbukti mengonsumsi atau mengedarkan narkoba.
"Peredaran narkoba di artis ini sudah sangat parah. Rehabilitasi juga kadang salah kaprah dipergunakan. Karena sedikit-sedikit direhabilitasi. Padahal ada ketentuan sekian persen baru bisa direhab," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)