medcom.id, Jakarta: Jika Wage Rudolf Soepratman lebih dikenal sebagai komponis lagu "Indonesia Raya", maka, siapa pula pelantun pertamanya?
Usut demi usut, dia adalah Theodora Atia alias Dolly, putri sulung pejuang kemerdekaan Haji Agus Salim.
Rosihan Anwar, dalam Sejarah Kecil Petite Historie Indonesia Jilid 3 (2009) mengisahkan, pada malam Kongres Pemuda Kedua 28 Oktober 1928, Soepratman baru saja merampungkan tembang yang kemudian jadi lagu kebangsaan itu. Ketika hendak memperdengarkan di muka umum, Dolly lah gadis yang dinilai layak melantunkan lirik demi lirik Indonesia Raya.
"Hadirin segera senang dengan lagu itu dan minta diulang," tulis Rosihan.
Baca: Para Penyeru Nama Indonesia
Dolly tak sendiri. Ia ditemani Johana Tumbuan, rekannya dari Minahasa. Keduanya, memang bukan anggota kongres lantaran masih terlampau belia, tetapi kehadirannya mewakili Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij), sebuah organisasi kepanduan Jong Islamieten Bond (JIB).
Keandalan Dolly bermain piano, disebut-sebut menjadi alasan bocah yang kala itu masih berusia 15 tahun tersebut ditunjuk Soepratman. Dolly dikenal pula sebagai anak cerdas, karena dalam usia 6 tahun ia sudah memiliki kemampuan bercakap dalam bahasa Inggris dan Belanda dengan fasih.
Faktor lainnya, sosok Dolly yang masih remaja memungkinkan terhindar dari intimidasi berlebih Pemerintah Kolonial. Meski pada keseluruhan tembang yang terdiri tiga stanza itu, Soepratman dan kawan-kawan telah lebih dulu mengubah kata-kata yang dinilai senstif, termasuk "Indonesia" dan "Merdeka". Pada bagian reffrain, Dolly pun diminta menggantinya dengan kata "Indones" dan "Mulia."
"Indones...Indones, mulia...mulia, tanahku, negriku yang kucinta. Indones...Indones, mulia...mulia, hiduplah Indonesia raya," tutup Dolly disambut tepuk tangan peserta kongres.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/dN6rOvPN" allowfullscreen></iframe>
medcom.id, Jakarta: Jika Wage Rudolf Soepratman lebih dikenal sebagai komponis lagu "Indonesia Raya", maka, siapa pula pelantun pertamanya?
Usut demi usut, dia adalah Theodora Atia alias Dolly, putri sulung pejuang kemerdekaan Haji Agus Salim.
Rosihan Anwar, dalam
Sejarah Kecil Petite Historie Indonesia Jilid 3 (2009) mengisahkan, pada malam Kongres Pemuda Kedua 28 Oktober 1928, Soepratman baru saja merampungkan tembang yang kemudian jadi lagu kebangsaan itu. Ketika hendak memperdengarkan di muka umum, Dolly lah gadis yang dinilai layak melantunkan lirik demi lirik Indonesia Raya.
"Hadirin segera senang dengan lagu itu dan minta diulang," tulis Rosihan.
Baca: Para Penyeru Nama Indonesia
Dolly tak sendiri. Ia ditemani Johana Tumbuan, rekannya dari Minahasa. Keduanya, memang bukan anggota kongres lantaran masih terlampau belia, tetapi kehadirannya mewakili
Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij), sebuah organisasi kepanduan Jong Islamieten Bond (JIB).
Keandalan Dolly bermain piano, disebut-sebut menjadi alasan bocah yang kala itu masih berusia 15 tahun tersebut ditunjuk Soepratman. Dolly dikenal pula sebagai anak cerdas, karena dalam usia 6 tahun ia sudah memiliki kemampuan bercakap dalam bahasa Inggris dan Belanda dengan fasih.
Faktor lainnya, sosok Dolly yang masih remaja memungkinkan terhindar dari intimidasi berlebih Pemerintah Kolonial. Meski pada keseluruhan tembang yang terdiri tiga stanza itu, Soepratman dan kawan-kawan telah lebih dulu mengubah kata-kata yang dinilai senstif, termasuk "Indonesia" dan "Merdeka". Pada bagian
reffrain, Dolly pun diminta menggantinya dengan kata "Indones" dan "Mulia."
"Indones...Indones, mulia...mulia, tanahku, negriku yang kucinta. Indones...Indones, mulia...mulia, hiduplah Indonesia raya," tutup Dolly disambut tepuk tangan peserta kongres.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SBH)