Jakarta. Masyarakat berharap Pemilu 2014 menghasilkan senator dan legislator periode 2014-2014 yang anti korupsi. Sayang sekali ada seorang penggiat gerakan anti korupsi yang justru gagal menjadi anggota DPR.
Taufik Basari, pegiat anti korupsi yang sangat direkomendasikan masuk ke parlemen, ternyata justru gagal. Praktisi hukum lulusan Northwestern University, School of Law, Chicago, Amerika Serikat ini juga giat dalam berbagai kegiatan penegakan HAM.
Namun hasil penghitungan suara yang tidak berpihak pada mantan pengacara KPK ini. Tobas, panggilan akrabnya, hanya meraih suara sekitar 12,147 dengan suara NasDem di daerah pemilihan (dapil) Jakarta I sebesar 15,129. Raihan Tobas tersebut tidak cukup mengantarkannya ke Senayan.
“Terima kasih untuk yang sudah membantu saya selama proses pemilu ini. Sangat bahagia sekali, walaupun tidak lolos, namun saya menjalani proses pemilu ini dengan tetap memegang teguh nilai-nilai. Saya tak memakai politik uang dan yang paling penting adalah saya memiliki kesempatan memberikan pendidikan politik langsung kepada masyarakat tentang demokrasi, anti korupsi dan HAM,” ucap Tobas yang mengaku hanya menggelontorkan dana sebesar Rp 400 juta di pileg 2014.
Pria yang terpilih sebagai salah satu caleg layak pilih Majalah Tempo berjanji akan terus melanjutkan kegiatan yang selama ini telah membantunya di kenal oleh masyarakat banyak.
“Saya akan lanjut advokasi memperjuangkan hak-hak korban pelanggaran HAM dalam setiap kesempatan yang saya miliki, akan terus melawan korupsi, dan membangun demokrasi berintegritas demi Indonesia yang lebih baik,” tutur Tobas.
“Apa yang dilakukan Tobas untuk terlibat dalam proses politik dengan mencalonkan diri sebagai calon legislator adalah suatu hal yang luar biasa. Meskipun pada akhirnya tidak lolos ke Senayan, namun Tobas tetap bisa andil dalam upaya-upaya penegakan hukum dan pemberantasan korupsi,” ucap Emerson Yuntho, Koordinator Divisi Monitoring Hukum dan Peradilan Indonesian Corruption Watch (ICW).
Jakarta. Masyarakat berharap Pemilu 2014 menghasilkan senator dan legislator periode 2014-2014 yang anti korupsi. Sayang sekali ada seorang penggiat gerakan anti korupsi yang justru gagal menjadi anggota DPR.
Taufik Basari, pegiat anti korupsi yang sangat direkomendasikan masuk ke parlemen, ternyata justru gagal. Praktisi hukum lulusan Northwestern University, School of Law, Chicago, Amerika Serikat ini juga giat dalam berbagai kegiatan penegakan HAM.
Namun hasil penghitungan suara yang tidak berpihak pada mantan pengacara KPK ini. Tobas, panggilan akrabnya, hanya meraih suara sekitar 12,147 dengan suara NasDem di daerah pemilihan (dapil) Jakarta I sebesar 15,129. Raihan Tobas tersebut tidak cukup mengantarkannya ke Senayan.
“Terima kasih untuk yang sudah membantu saya selama proses pemilu ini. Sangat bahagia sekali, walaupun tidak lolos, namun saya menjalani proses pemilu ini dengan tetap memegang teguh nilai-nilai. Saya tak memakai politik uang dan yang paling penting adalah saya memiliki kesempatan memberikan pendidikan politik langsung kepada masyarakat tentang demokrasi, anti korupsi dan HAM,” ucap Tobas yang mengaku hanya menggelontorkan dana sebesar Rp 400 juta di pileg 2014.
Pria yang terpilih sebagai salah satu caleg layak pilih Majalah Tempo berjanji akan terus melanjutkan kegiatan yang selama ini telah membantunya di kenal oleh masyarakat banyak.
“Saya akan lanjut advokasi memperjuangkan hak-hak korban pelanggaran HAM dalam setiap kesempatan yang saya miliki, akan terus melawan korupsi, dan membangun demokrasi berintegritas demi Indonesia yang lebih baik,” tutur Tobas.
“Apa yang dilakukan Tobas untuk terlibat dalam proses politik dengan mencalonkan diri sebagai calon legislator adalah suatu hal yang luar biasa. Meskipun pada akhirnya tidak lolos ke Senayan, namun Tobas tetap bisa andil dalam upaya-upaya penegakan hukum dan pemberantasan korupsi,” ucap Emerson Yuntho, Koordinator Divisi Monitoring Hukum dan Peradilan Indonesian Corruption Watch (ICW).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LHE)