Lombok Barat: Warga yang mengungsi akibat Gempa Lombok kesulitan memperoleh air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka masih berharap ke kiriman dari pihak lain.
"Kalau untuk logistik, Alhamdulillah sudah banyak. Tetapi air bersih ini yang kita masih kesulitan mendapatkannya," kata Muhibah, 34, warga Dusun Api Taik, Desa Guntur Macan, Gunung Sari, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Rabu, 5 September 2018.
Warga selama memenuhi kebutuhan air sehari-hari dari mobil tangki yang didistribusi Palang Merah Indonesia (PMI) dua kali dalam seminggu. Namun, jumlahnya masih sangat kurang karena warga yang terdampak mencapai ribuan orang.
Muhiban berharap persoalan air bersih ini segera bisa teratasi sehingga masyarakat tidak kesulitan mencari air. Mengingat, mereka akan lama tinggal di tenda pengungsian karena rumah mereka luluh lantak.
Kepala Desa Guntur Macan, Murni, mengakui hal senada. Bahkan tidak hanya air, warga juga masih membutuhkan terpal untuk berteduk dan alat berat untuk membersihkan puing-puing bangunan.
"Pernah ada alat berat yang datang, tetapi cuman merobohkan saja. Tidak sampai membersihkan puing-puing bangunan
Sebanyak 925 kepala keluarga (KK) atau 2.816 warga Desa Guntur Macan harus tinggal di posko pengungsian. Mereka tersebar di 14 titik pengungsian yang berada di tujuh dusun. Hampir 98 persen rumah warga rata dengan tanah.
Lombok Barat: Warga yang mengungsi akibat Gempa Lombok kesulitan memperoleh air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka masih berharap ke kiriman dari pihak lain.
"Kalau untuk logistik, Alhamdulillah sudah banyak. Tetapi air bersih ini yang kita masih kesulitan mendapatkannya," kata Muhibah, 34, warga Dusun Api Taik, Desa Guntur Macan, Gunung Sari, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Rabu, 5 September 2018.
Warga selama memenuhi kebutuhan air sehari-hari dari mobil tangki yang didistribusi Palang Merah Indonesia (PMI) dua kali dalam seminggu. Namun, jumlahnya masih sangat kurang karena warga yang terdampak mencapai ribuan orang.
Muhiban berharap persoalan air bersih ini segera bisa teratasi sehingga masyarakat tidak kesulitan mencari air. Mengingat, mereka akan lama tinggal di tenda pengungsian karena rumah mereka luluh lantak.
Kepala Desa Guntur Macan, Murni, mengakui hal senada. Bahkan tidak hanya air, warga juga masih membutuhkan terpal untuk berteduk dan alat berat untuk membersihkan puing-puing bangunan.
"Pernah ada alat berat yang datang, tetapi cuman merobohkan saja. Tidak sampai membersihkan puing-puing bangunan
Sebanyak 925 kepala keluarga (KK) atau 2.816 warga Desa Guntur Macan harus tinggal di posko pengungsian. Mereka tersebar di 14 titik pengungsian yang berada di tujuh dusun. Hampir 98 persen rumah warga rata dengan tanah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)