Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta seluruh pelaku di sektor transportasi untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap cuaca ekstrem. Cuaca ekstrem masih berlangsung hingga Mei 2021.
"Cuaca signifikan atau potensi cuaca ekstrem masih dapat terjadi di puncak musim hujan ini," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulis, Jakarta, Jumat, 5 Februari 2021.
Dwikorita mengatakan beberapa wilayah mengalami fenomena cuaca yang terjadi secara bersamaan. Adanya Monsoon Asia dan daerah konvergensia antar-tropis (ITCZ) juga memperlihatkan anomali yang mengarah pada penguatan curah hujan tinggi di sebagian besar wilayah Indonesia.
Baca: Cuaca Ekstrem, Sejumlah Wilayah di Jabar Diminta Siaga Bencana
Kemunculan fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang tengah melintasi wilayah Indonesia menuju Samudra Pasifik juga memengaruhi curan hujan. MJO merupakan pergerakan kumpulan awan-awan hujan dari Samudra Hindia sebelah Timur Afrika.
"MJO juga berpengaruh dalam meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia. Ditambah Kombinasi antara MJO, gelombang Rossby Ekuator, gelombang Kelvin, dan gelombang low frequency," jelas Dwikorita.
Tumpukan fenomena itu terjadi di periode dan wilayah yang sama, yakni di Laut China Selatan, Samudera Pasifik utara Papua, Samudra Hindia barat Lampung, selatan Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagian besar Jawa, Bali, NTT bagian barat, Laut Bali, dan Laut Sumbawa. Fenomena tersebut mampu meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan pola sirkulasi siklonik di wilayah tersebut.
"Ditambah fenomena La Nina yang saat ini juga masih aktif dengan indeks moderat yang mengarah ke kondisi lemah dan diprediksi menjadi normal pada Mei 2021," terang Dwikorita.
Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta seluruh pelaku di sektor transportasi untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap
cuaca ekstrem. Cuaca ekstrem masih berlangsung hingga Mei 2021.
"Cuaca signifikan atau potensi cuaca ekstrem masih dapat terjadi di puncak
musim hujan ini," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulis, Jakarta, Jumat, 5 Februari 2021.
Dwikorita mengatakan beberapa wilayah mengalami fenomena cuaca yang terjadi secara bersamaan. Adanya Monsoon Asia dan daerah konvergensia antar-tropis (ITCZ) juga memperlihatkan anomali yang mengarah pada penguatan curah hujan tinggi di sebagian besar wilayah Indonesia.
Baca: Cuaca Ekstrem, Sejumlah Wilayah di Jabar Diminta Siaga Bencana
Kemunculan fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang tengah melintasi wilayah Indonesia menuju Samudra Pasifik juga memengaruhi curan hujan. MJO merupakan pergerakan kumpulan awan-awan hujan dari Samudra Hindia sebelah Timur Afrika.
"MJO juga berpengaruh dalam meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia. Ditambah Kombinasi antara MJO, gelombang Rossby Ekuator, gelombang Kelvin, dan gelombang
low frequency," jelas Dwikorita.
Tumpukan fenomena itu terjadi di periode dan wilayah yang sama, yakni di Laut China Selatan, Samudera Pasifik utara Papua, Samudra Hindia barat Lampung, selatan Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagian besar Jawa, Bali, NTT bagian barat, Laut Bali, dan Laut Sumbawa. Fenomena tersebut mampu meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan pola sirkulasi siklonik di wilayah tersebut.
"Ditambah fenomena La Nina yang saat ini juga masih aktif dengan indeks moderat yang mengarah ke kondisi lemah dan diprediksi menjadi normal pada Mei 2021," terang Dwikorita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)